Wednesday 11 February 2015

Morfologi Daratan dan Dasar Laut di Indonesia

Tugas Mata Kuliah :

GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA
download (1)


NAMA    : MARIO PUTRA ASRI R.
NIM         : 121 504 1 018
PRODI    : PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
20
MORFOLOGI DARATAN DAN DASAR LAUT DI WILAYAH INDONESIA

1.     REGION DAN REGIONALISASI
Region merupakan konsep dasar yang penting dalam geografi, beberapa akhli geografi mendefinisikan regian sebagai berikut :
·         James and Wittlesey : a Region is an area of any size, homogenous in term of spesific criteria and distinguishes form bordering area by a particular kind of association of areally related feature and therefore pocessing some kind of internal cohessive
·         Hartshorne : a Region is an area of specific location which is in some way distinctive form other areas and which extends as far as that distinction extends
·         Hagget : a Region is any tract on the earths surface with characteristic, either natural or man made that make it different form areas that sorround it.
·         Bintarto : sebagian permukaan bumi yang dapat dibedakan dalam hal-hal tertentu dari wilayah sekitarnya.
Dari keempat definisi itu tampak bahwa suatu wilayah disebut region jika memiliki karakteristik tersendiri yang dapat dibedakan dari wilayah disekelilingnya. Wilayah itu mempunyai kohesif atau keterkaitan secara internal dalam unsur-unsur tertentu yang tidak dimiliki oleh wilayah luarnya (ekternal). Hanya Hagget yang memberikan arah tentang unsur yang menjadi karakter atau ciri region itu yaitu dapat berupa unsur fisik atau pun yang dibuat oleh manusia. Menurut Johnston, geografi regional pada dasarnya adalah studi tentang wilayah di permukaan bumi dengan mempergunakan analisis perbedaan wilayah (areal differentiation) dan persamaan wilayah (areal likenesses). Paterson menjelaskan bahwa tujuan dari studi ini adalah mengkaji situasi-situasi yang spesifik dari lokasi suatu tempat. Pendekatan keruangan merupakan ciri utama dalam geografi regional. Pengertian ruang dalam geografi mengandung pengertian integrasi dari atmosfer, lithosfer, hidrosfer dan biosfer yang hidup didalamnya termasuk manusia. Manusia sebagai perpaduan antara ratio atau akal dan budaya yang melahirkan teknologi serta keimanan, menghasilkan pola-pola ter-sendiri dari memanfaatkan alam lingkungan sekitarnya. Sehingga melahirkan satu keunikan wilayah ( areal uniquenss) yang dapat dibedakan dari wilayah lainnya.
Pengertian dari region yaitu wilayah yang jelas teridentifikasi meskipun sebenarnya untuk wilayah tersebut relatif tergantung konteks waktu selain itu unsur yang mendorong identifikasi diri adalah secara sejarah dan juga geografisnya serta aktivitas yang dilakukan terutama di bidang ekonomi. Contohnya saja Arab Saudi dan Uni Emirat Arab masuk kedalam region Timur Tengah karena mempunyai kesamaan geografis. Kriteria lain yang digunakan untuk menentukan kesamaan region selain geografis yaitu sejarah, politik/militer, dan ekonomi. Dalam kriteria ekonomi, suatu region bisa disebut region ekonomi jika region tersebut terbentuk akibat pola perdagangan dan berbagai ikatan ekonomi lainnya yang secara relatif insentif diantara negara-negara yang ada didalamnya.
Sedangkan regionalisasi dan regionalisme merupakan dua istilah yang hampir sama artinya. Regionalisasi yaitu merupakan dinamika dalam suatu wilayah yang membentuk identifikasi yang sama tapi belum tentu regionalisme. Maksud dari identifikasi yang sama yaitu adalah identitasnya yang kemudian bersatu. Biasanya regionalisasi ini berwujud sebagai kerjasama-kerjasama. Contohnya saja ASEAN yang merupakan regionalisasi wilayah. Sementara regionalisme sendiri berarti semacam entitas politik baru dari beberapa negara yang terkumpul untuk membentuk political union bersama. Regionalisme muncul dari beberapa tahapan-tahapan: market, ekonomi bersama, dan political union. Dalam regionalisme diharapkan akan tercapai suatu komunitas yang damai dan dapat bekerjasama untuk meningkatkan kesejahteraan. Saat ini bentuk organisasi yang paling ideal mencerminkan regionalisme adalah Uni Eropa.

2.      RANGKAIAN DAN BENTUK – BENTUK PEGUNUNGAN DI INDONESIA      Pegunungan adalah daerah yang terdiri dari rangkaian gunung gunung yang memanjang seperti bentuk pematang raksasa dengan ketinggian 200meter hingga ribuan meter di atas permukaan air laut. Pegunungan terjadi karena adanya proses lipatan dan patahan yang disebabkan oleh tenaga endogen. Berdasarkan ketinggiannya, pegunuungan dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu:
·         Pegunungan tinggi, Berketinggian lebih dari 1500m
·         Pegunungan menengah, berketinggian antara 500-1500m
·         Pegunungan rendah, berketinggian antara 200-300m.
Contoh bentuk muka bumi pegunungan di dunia antara lain: pegunungan seribu (jawa tengah), Pegunungan Kendeng(Jwa tengah), Pegunungan alpen(Eropa), Pegunungan Rocky (Amerika utara), Pegunungan Himalaya (India), Pegunungan alaska (Amerika Serikat), Pegunungan Andes (Amrika Selatan), dan Pegunungan lainy
Pegunungan merupakan kumpulan atau barisan gunung. Kawasan pegunungan diidentifikasikan sebagai daratan yang memiliki kemiringan lereng yang relative lebih besar bila dibandingkan dengan dataran dan mempunyai ketinggian di atas 1000 meter. Adapun perbukitan adalah daerah dengan kondisi sama dengan pegunungan, namun memiliki ketinggian yang lebih rendah ( antara 200 sampai 300 meter ). Karena kemiringan lerengnya yang relative besar, maka kawasan ini bila digambarkan dengan peta kontur akan memiliki garis-garis kontur yang relative rapat satu sama lain. Adapun pada peta umum, kawasan ini digambarkan dengan symbol area berwarna cokelat.

Di Indonesia  terdapat beberapa deretan pegunungan, yaitu:
1. Deretan pegunungan Sunda, yaitu deretan pegunungan yang berjajar dari Pulau Sumatera,  Jawa, Nusatenggara, Maluku Selatan dan berakhir di Pulau Banda.
2. Deretan  Sirkum Australia, yaitu deretan pegunungan yang berjajar dari Australia, ujung timur Pulau Irian, masuk melalui bagian tengah Irian dengan puncak tertinggi Jayawijaya.
3. Deretan pegunungan Sangihe, yaitu deretan pegunungan yang membujur dari Kepulauan Sangihe (Sulawesi Utara), masuk ke Minahasa, Teluk Gorontalo (dengan Gunung Una-Una yang sering meletus) hingga Sulawesi Selatan.
4. Deretan Pegunungan  Halmahera, yaitu deretan pegunungan yang berderet mulai dari Pulau Talaut, Pulau Maju dan Tifor di Maluku Utara, masuk ke Halmahera serta Pulau Ternate dan Tidore, berbelok ke timur hingga Kepala Burung
5. Deretan Pegunungan Kalimantan, deretan ini bermula dari Pulau Palawan (Filipina) kemudian masuk ke Kalimantan.
Pegunungan Lipatan adalah pegunungan yang berbentuk gelombang disebabkan tenaga endogen yang arah dan tekanannya mendatar atau horizontal. Akibat tekanan mendatar tersebut, maka terjadilah pelengkungan lipatan pada lapisan kulit bumi. Semula tekanan tersebut membentuk lipatan tegak lurus atau simetris, yaitu lipatan yang bidang sumbunya mempunyai jarak yang sama dengan kedua sayapnya.

Setelah lipatan tegak terbentuk, ternyata tekanan tersebut terus bekerja, sehingga lipatan tegak menjadi lipatan miring. Jika tekanan tersebut terus mendesak pada lipatan miring, maka akan terbentuk lipatan menggantug. Pada lipatan gantung tekanan horizontal masih terus maka akan terbentuk lipatan isoklinal, jika tekanan terus saja akan terbentuk lipatan rebah, dan akhirnya akan terbentuk lipatan sesar sungkup. 
                       
Berikut ini disajikan gambar proses terbentuknya lipatan :



Pegunungan lipatan terdeiri atas bagian yang disebut dengan sinklinal dan antiklinal. Sinklinal adalah bagian pegunungan lipatan yang berupa lembah. Sedangkan antiklinal adalah bagian pegunungan lipatan yang berupa punggung atau puncak. Kumpulan antiklinal antiklinal dalam sebuah lipatan disebut antiklinorium, sedangkan kumpulan sinklinal sinklinal disebut sinklinorium. Jenis pegunungan lipatan yang tersebar di seluruh dunia membentuk pola atau jalur tertentu. Ada tiga jalus pegunungan lipatan di dunia, yaitu :

  1. Pegunungan Sirkum Pasifik
Jalur Pegunungan Sirkum Pasifik adalah rangkaian atau jalur pegunungan lipatan yang mengelilingi Samudra pasifik. Rangkaian jalur pegunungan Sirkum Pasifik ini dimulai dari:
    • Pegunungan Andes di Amerika Selatan Menuju utara ke
    • Pegunungan Sieera Nevada di Mexico, terus ke utara menuju
    • Pegunungan Rocky di Amerika Utara, terus ke arah utara menuju
    • Pegunungan Alaska di negara bagian Alaska, selanjutnya ke barat dan selatan menuju
    • Pegunungan di Kep. Aleutian dan Kep. Jepang, Taiwan, Menuju
    • Filipina terus ke Indonesia dan berakhir di Laut Banda
    • Pegunungan Sirkum Mediteran
    • Jalur Pegunungan Sirkum Mediteran adalah pegunungan lipatan yang melingkari bagian tengah benua Eropa dan Asia. Jalur pegunungan Sirkum Mediteran ini secara urut dari arah barat ke timur, dimulai dari:
    • Pegunungan Atlas di Afrika Utara menuju ke
    • pegunungan Alpen di eropa selatan, terus menuju ke
    • Pegunungan Kaukasus di Jazirah Balkan, terus menuju ke
    • Pegunungan Elburizan di Asia kemudian ke
    • Pegunungan Himalaya, Pegunungan Arakan Yoma, Zamaika, Andaman, dan Nicobar sterusnya masuk ke Indonesia dan berakhir di Laut Banda.

  1. Pegunungan Sirkum Australia
Jalur pegunungan lipatan Australia ini rangkaiannya dimulai dari pegunungan Alpen di Australia menuju ke Selandia Baru, California, dan masuk irian Timur wilayah Papua Nugini. Rangakian terus menyambung ke arah barat menuju Irian Barat Wilayah Indonesia sampai ke wilayah kepala Burng bahkan ada yang sampai ke pulau Halmahera.  Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa wilayah Indonesia merupakan tempat pertemuan tiga jalur pegunungan muda dunia. Akibat dari keadaan tersebut wilayah Indonesia menjadi labil dan rawan bencana. Keadaan labil disebabnya banyaknya gempa bumi, baik gempa tektonik maupun gempa vulkanik. Rawan bencana di Indoensia juga disebabkan karena Indonesia merupakan pertemuan bebebrapa lempeng benua dan samudra.
B. Pegunungan Patahan
Pegunungan patahan adalah pegunungan yang terbentuk karena tenaga endogen yang menekan lapisan kulit bumi secara vertikal sehingga lapisan terangkat dan patah. tenaga endogen yang menekan lapisan kulit bumi baik secara vertikal maupun secara horizontal bisa menyebabkan lapisan kulit bumi tersebut menjadi retak dan patah. Bidang atau bagian kulit bumi yang retak atau patah disebut bidang patahan.  Bidang patahan yang sudah mengalami pergeseran atau gerakan disebut fault atau sesar. Pergeseran bidang patahan tersebut bisa terjadi secara vertikal maupun secara horizontal.
Proses diatropisme yang mengakibatkan terjadi pegunungan lipatan dan pegunungan patahan, ternyata juga membawa dampak positif maupun negatif. Dampak positif yang ditimbulkan akibat adanya proses diatropisme, yaitu :
·         Terbentuknya pegunungan yang membawa manfaat bagi kehidupan, antara lain mendatangkan hujan, dan menghasilkan berbagai mineral.
·         Bahan mineral dari dalam lapisan kulit bumi terangkat ke atas, sehingga banyak galian tambang.
3.      DATARAN TINGGI DI INDONESIA
Dataran tinggi (disebut juga plateau atau plato) diidentifikasikan sebagai relief daratan yang relative landai dengan ketinggian antara 200-1000 m di atas permukaan air laut. Dataran tinggi terbentuk sebagai hasil erosi dan sedimentasi. Beberapa dataran tinggi antara lain Dataran Tinggi Dekkan, Dataran Tinggi Gayo, Dataran Tinggi Dieng, Dataran Tinggi Malang, dan Dataran Tinggi Alas. Dataran tinggi bisa juga terjadi oleh bekas kaldera luas, yang tertimbun material dari lereng gunung sekitarnya. Dataran tinggi dari kategori terakhir ini antara lain adalah Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah.
Dataran tinggi digambarkan dengan menggunakan symbol  area kuning atau cokelat muda. Pada peta topografi, penggambaran dataran tinggi digambarkan dengan garis kontur yang agak jarang, namun memiliki angka penunjuk kontur yang besar ( antara 200-1000 meter ).
Dataran tinggi adalah adalah daerah datar yang memiliki ketinggian lebih dari 400 meter di atas permukaan laut (dpl). Dataran tinggi dapat dimanfaatkan untuk perkebunan maupun tempat peristirahatan.Selain itu, dataran tinggi digunakan untuk menanam tanaman jenis sayuran dan buah-buahan. Beberapa Dataran Tinggi di Indonesia, antara lain Alas (Nanggoe Aceh Darussalam), Kerinci (Sumatera barat), Dieng (Jawa Tengah), Tengger (Jawa Timur), Bone (Sulawesi Selatan), dan Minahasa (Sulawesi Utara).
DATARAN – DATARAN TINGGI DI INDONESIA
1.      Atlas – DI Aceh.
2.      Barui – Sulawesi Tengah.
3.      Batak – Sumatra Utara.
4.      Bingkoku – Sulawesi Tenggara.
5.      Bone – Sulawesi Selatan.
6.      Bukit Barisan – Bengkulu.
7.      Charles Louis – Papua.
8.      Cianjur – Jawa Barat.
9.      Dieng – Jawa Tengah.
10.  Gayo – DI Aceh.
11.  Jayawijaya – Papua.
12.  Ka            puas Hulu – Kalimantan Barat.
13.  Karo – Sumatra Utara.
14.  Kerinci – Sumatra Barat.
15.  Luwu – Sulawesi Selatan.
16.  Magelang – Jawa Tengah.
17.  Malang – Jawa Timur.
18.  Minahasa – Sulawesi Utara.
19.  Minangkabau – Sumatra Barat.
20.  Muller – Kalimantan Barat.
21.  Pasai – DI Aceh.
22.  Penreng – Sulawesi Tengah.
23.  Priangan – Jawa Barat.
24.  Skhwaner – Kalimantan Barat.
25.  Sudirman – Papua.
26.  Sumedang – Jawa Barat.
27.  Tengger – Jawa Timur.
28.  Wajo – Sulawesi Selatan.
           
            Dataran Tinggi Cianjur, Jawa Barat


            Danau Sentarum, Dataran Tinggi Kapuas Hulu, Kalimantan Barat

            Danau Tondano, Dataran Tinggi Minahasa, Sulawesi Utara

Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah

Dataran Tinggi Jayawijaya, Papua

Dataran Tinggi Karo, Sumatra Utara
4.      DATARAN RENDAH DI INDONESIA
Dataran rendah merupakan suatu bentang alam tanpa banyak memiliki perbedaan ketinggian antara tempat yang satu dengan tempat yang lain. Dataran rendah diidentifikasikan sebagai relief daratan yang mempunyai ketinggian antara 0-200 m di atas permukaan laut. Di Indonesia banyak kita jumpai wilayah dataran rendah yang terjadi dari hasil sedimentasi material ( tanah ) yang dibawa oleh sungai-sungai ke muara. Oleh karena itu, daerah ini juga disebut dataran alluvial. Misalnya, dataran alluvial di Sumatera bagian timur, jawa bagian utara, Kalimantan barat, kalimanatan selatan, Kalimantan timur serta irian jaya bagian barat dan utara. Di pulau-pulau lain juga terdapat alluvial, tetapi ukurannya sempit. Daerah dataran alluvial memiliki penduduk lebih padat jika dibandingakn dengan daerah pegunungan, karena dataran alluvial biasanya merupakan daerah subur.
Bentuk muka bumi berupa dataran rendah digambarkan menggunakan symbol area berwarna hijau. Pewarnaan hijau tersebut dapat dipecah lagi menjadi beberapa tingkatan warna, misalnya warna hijau untuk ketinggian antara 0-100m dan warna hijau muda untuk ketinggian antara 100-200m di atas permukaan laut. Pada peta topografi, dataran rendah dicirikan dengan penggambaran garis kontur yang jarang. Di Indonesia banyak dijumpai dataran rendah, misalnya pantai timur Sumatera, pantai utara Jawa Barat, pantai selatan Kalimantan, Irian Jaya bagian barat, dan lain-lain. Dataran rendah terjadi akibat proses sedimentasi. Di Indonesia dataran rendah umumnya hasil sedimentasi sungai. Dataran rendah ini disebut dataran aluvial. Dataran aluvial biasanya berhadapan dengan pantai landai laut dangkal. Dataran ini biasanya tanahnya subur, sehingga penduduknya lebih padat bila dibandingkan dengan daerah pegunungan.
5.      TOFOGRAFI DASAR LAUT DALAM
The Deep, yaitu dasar laut yang terdalam yang berbentuk palung laut (trog). Pada ocean floor terdapat relief bentukan antara lain:
1. Gunung laut, yaitu gunung yang kakinya di dasar laut sedangkan badan puncaknya muncul ke atas permukaan laut dan merupakan sebuah pulau. Contoh: gunung Krakatau.
2. Seamount, yaitu gunung di dasar laut dengan lereng yang curam dan berpuncak runcing serta kemungkinan mempunya tinggi sampai 1 km atau lebih tetapi tidak sampai kepermukaan laut. Contoh: St. Helena, Azores da Ascension di laut Atlantik.
3. Guyot, yaitu gunung di dasar laut yang bentuknya serupa dengan seamount tetapi bagian puncaknya datar. Banyak terdapat di lautan Pasifik.
4. Punggung laut (ridge), yaitu punggung pegunungan yang ada di dasar laut. Contoh: punggung laut Sibolga.
5. Ambang laut (drempel), yaitu pegunungan di dasar laut yang terletak diantara dua laut dalam. Contoh: ambang laut sulu, ambang laut sulawesi.
6. Lubuk laut (basin), yaitu dasar laut yang bentuknya bulat cekung yang terjadi karena ingresi. Contoh: lubuk laut sulu, lubuk laut sulawesi.
7. Palung laut (trog), yaitu lembah yang dalam dan memanjang di dasar laut terjadi karena ingresi. Contoh: Palung Sunda, Palung Mindanao, Palung Mariana.

6.      TOFOGRAFI DASAR LAUT DANGKAL
Secara umum dasar laut terdiri atas empat bagian. Pembagian ini dimulai dari bagian daratan menuju ke tengah laut, adalah sebagai berikut:
1.      Landasan Benua (Continental Shelf)
Continental shelf (landasan benua) adalah dasar laut yang berbatasan dengan benua. Di dasar laut ini sering ditemukan juga lembah yang menyerupai sungai. Lembah beberapa sungai yang terdapat di Continental Shelf ini merupakan bukti bahwa dulunya continental shelf meupakan bagian daratan yang kemudian tenggelam.
2.   Lereng Benua (Continental Slope)
Continental slope (lereng benua) biasanya terdapat di pinggir continental shelf. Daerah continental slope bisa mencapai kedalaman 1500 m dengan sudut kemiringan  biasanya tidak lebih dari 5 derajat.
3.      Deep Sea Plain
Deep sea plain meliputi dua pertiga seluruh dasar laut dan terletak pada kedalaman lebih dari 1.500 m, biasanya relief di daerah ini bervariasi, mulai dari yang rata sampai pada puncak vulkanik yang menyembul di atas permukaan laut sebagai pulau yang terisolasi.


7.      BENTUK TOPOGRAFI PULAU SUMATERA





Pulau Sumatera terletak di bagian barat gugusan Kepulauan Nusantara.
Berbentuk memanjang (baratlaut – tenggara), luas 435.000 km2
Panjang: 1.650 km
Lebar: bagian utara = 100 – 200 km bagian selatan: ±350 km
Di sebelah utara berbatasan dengan Teluk Benggala, di timur dengan Selat Malaka, di sebelah selatan dengan Selat Sunda, dan di sebelah barat dengan Samudera Hindia.
Di sebelah timur pulau, banyak dijumpai rawa yang dialiri oleh sungai-sungai besar.
Dalam bagian Sumatra, Tobler (1917) membedakan elemen-elemen tektonis dan morfologis sebagai berikut: (dari timurlaut ke baratdaya)
• Dataran alluvial pantai timur.
• Tanah depan (Foreland) Tertier (peneplain) dengan Pegunungan Tigapuluh.
• Depresi Sub-Barisan.
• Barisan-Depan (Fore-Barisan) dengan massa lipatan berlebihan (overthrust masses).
• Schiefer Barisan dengan pelipatan yang hebat dan batuan metamorf Pre-tertier.
• Barisan Tinggi (High Barisan) dengan vulkan- vulkan muda.
• Dataran alluvial pantai barat.

Bumi Aceh dapat dikelompokkan ke dalam empat golongan, wilayah:
1.Wilayah dataran rendah.
2.Wilayah Pegunungan Utara.
3.Wilayah Pegunungan Tengah, atau Gayo
4.Wilayah Pegunungan Selatan, atau Alas.
Daerah Sumatera Utara dapat digolongkan ke dalam tiga wilayah fisiografi utama, yaitu :
1. Wilayah dataran rendah.
2. Wilayah lipatan.
3. Wilayah pegunungan.
            Daerah Sumatera Barat dapat digolongkan ke dalam tiga wilayah fisiografi utama, yaitu :
1. Wilayah pegunungan vulkanik
2. Wilayah perbukitan tersier
3. Wilayah dataran rendah
            Daerah Riau dapat digolongkan ke dalam tiga wilayah fisiografi utama, yaitu: 1. Wilayah rawa
2. Wilayah Dataran rendah
3. Wilayah Perbukitan
            Bengkulu, dipisahkan dengan kedua propinsi yaitu Jambi dan Sumatra Selatan oleh Bukit Barisan, sebuah pegunungan yang punggungnya cukup tinggi. Hanya di beberapa tempat saja yang terdapat celah-celah yang cukup rendah dan lebar tempat melintasi pegunungan itu. Oleh karena itu tidaklah mengherankan kalau Bengkulu pada waktu yang lampau senantiasa terpencil, meskipun Kota Bengkulu pernah menjadi benteng terakhir orang-orang Inggris di bawah pimpinan Raffles di Indonesia.
            Lampung adalah bentuk lanjutan dari fisiografi Bengkulu dan Sumatra Selatan. Di pesisir barat terdapat dataran rendah yang sempit. Kemudian terdapat wilayah pegunungan dengan dua jalur punggung pegunungan di mana Slenk Semangko terdapat di antaranya. Mendekati pantai timur terdapat Wilayah Dataran Rendah yang cukup lebar.

8.      BENTUK TOPOGRAFI PULAU JAWA




Seperti juga Sumatra, pulau ini dihubungkan juga dengan laut Dangkalan Sunda, sehingga secara fisiografis termasuk Tanah Sunda Tengah. Dalam bab ini pembicaraan mengenai pulau-pulau tersebut (Jawa dan Madura) dimasukkan dalam bagian daerah Dangkalan Sunda. Tetapi secara geologis, seluruhnya termasuk ke dalam sistem pegunungan muda Tertier yang mengelilingi Tanah Sunda Pre-Tertier, yang membentuk bagian dari Sistem Pegunungan Sunda, seperti halnya Sumatra. 
Jawa, luasnya 127.000 km2 dan Madura 4.000 km2, seluruhnya hampir sama dengan 4 X luas Negeri Belanda (luas Negeri Belanda, tanpa “Zuiderzee” 34.181 km2). Panjang Pulau Jawa ± 1.000 km dan Madura 160 km.
Elemen struktural yang pokok dari pulau ini ialah Geantiklinal Jawa Selatan yang membentang di sepanjang separuh selatan pulau itu dan Geosynklinal Jawa Utara, yang meliputi seluruh bagian utaranya. Dari Semarang ke timur, basin geosinklinal ini menjadi bertambah lebar serta bercabang, menjadi cabang utara, yaitu merupakan daerah bukit-bukit Rembang dan Madura; dan cabang selatan yang terdiri dari Pegunungan Kendeng dan Selat Madura.
Geantiklinal Jawa Selatan itu terbentuknya kurang menentu bila dibandingkan dengan rangkaian Barisan yang membentuk kerangka geantiklinal Sumatra. Hal ini disebabkan karena bagian puncak geantiklinal Jawa telah hancur (rusak) yang sekarang secara fisiografis merupakan sebuah jalur depresi yang merupakan bekas geantiklinal yang dahulu terangkat sebagai sebuah pulau.
Sayap selatan geantiklinal Jawa itu dibentuk oleh Pegunungan Selatan yang merupakan blok pengerutan miring ke arah Samudra Indonesia seperti halnya blok Bengkulu di Sumatra. Di bagian tengah pulau Jawa, Pegunungan Selatan itu telah hilang di bawah permukaan laut, sehingga di sini, depresi menengah itu (the median depression) dibatasi oleh Samudra Indonesia. Gejala yang sama telah di amati di Sumatra Utara (maksudnya, Aceh), yaitu tempat depresi Semangko yang dibatasi oleh ambang tanah rendah (low land embayments) Singkil dan Meulaboh pada pantai barat.Barisan pegunungan berapi aktif dengan tinggi diatas 3.000 meter diatas permukaan laut berada di pulau ini, salah satunya Gunung Merapi di Jawa Tengah dan Gunung Bromo di Jawa Timur yang terkenal sangat aktif. Bagian selatan pulau berbatasan dengan Samudera India, pantai terjal dan dalam, bagian utara pulau berpantai landai dan dangkal berbatasan dengan Laut Jawa dan dipisahkan dengan pulau Madura oleh Selat Madura. Di bagian barat pulau Jawa dipisahkan dengan pulau Sumatera oleh Selat Sunda dan di bagian timur pulau Jawa dipisahkan dengan pulau Bali oleh Selat Bali.

9.      BENTUK TOPOGRAFI PULAU KALIMANTAN
Pulau Kalimantan terletak di sebelah utara Pulau Jawa, sebelah timur Selat Malaka, sebelah barat Pulau Sulawesi dan sebelah selatan Filiphina. Luas pulau Kalimantan adalah 743.330 km². Pulau Kalimantan dikelilingi oleh Laut Cina Selatan di bagian barat dan utara-barat, Laut Sulu di utara-timur, Laut Sulawesi dan Selat Makassar di timur serta Laut Jawa dan Selat Karimata di bagian selatan. Gunung Kinabalu (4095 m) yang terletak di Sabah, Malaysia ialah lokasi tertinggi di Kalimantan. Selain itu terdapat pula Gunung Palung, Gunung Lumut, dan Gunung Liangpran. Sungai-sungai terpanjang di Kalimantan adalah Sungai Kapuas (1143 km) di Kalimantan Barat, Indonesia, Sungai Barito (880 km) di Kalimantan Tengah, Indonesia, Sungai Mahakam (980 km) di Kalimantan Timur, Indonesia, Sungai Rajang (562,5 km) di Serawak, Malaysia. Jalan Nasional RI di Kalimantan sepanjang 6.075,97 km yang secara umum dengan kondisi mantap baru mencapai 77%.
Wilayah pulau Kalimantan dalam wilayah Republik Indonesia, terletak diantara 40 24` LU - 40 10` LS dan anatara 1080 30` BT - 1190 00` BT dengan luas wilayah sekitar 535.834 km2. Berbatasan langsung dengan negara Malaysia (Sabah dan Serawak) di sebelah utara yang panjang perbatasannya mencapai 3000 km mulai dari proinsi Kalimanatan Barat sampai dengan Kalimantan Timur. Sebagai daerah yang memiliki kawasan perbatasan maka mempunyai persoalan/masalah yang terkait ”illegal trading” apalagi penduduk kawasan negara tetangga jauh lebih sejahtera dan pembangunannya maju pesat. Selain itu pesoalan ”illegal loging” yang sering merusak potensi sumber daya alam (hutan tropis) kita terus berkembang sejalan dengan tingkat ekonommi masyarakat perbatasan yang belum maju tersebut.
Dilain pihak pulau Kalimantan juga mempunyai potensi antara lain untuk ikut dalam sistem kerangka kerjasama ekonomi regional seperti BIMP-EAGA (Brunai, Indonesia, Malaysia, Philipina – Eastern Asian Growth Area) dan dilalui jalur perdagangan laut internasional ALKI 1 dan ALKI 2.
Pulau Kalimantan sebagaian besar merupakan daerah pegunungan / perbukitan (39,69 %), daratan (35,08 %), dan sisanya dataran pantai/ pasang surut (11,73 %) dataran aluvial (12,47 %), dan lain–lain (0,93 %). Pada umumnya topografi bagian tengah dan utara (wilayah republik Indonesia/RI) adalah daerah pegunungan tinggi dengan kelerengan yang terjal dan merupakan kawasan hutan dan hutan lindung yang harus dipertahankan agar dapat berperan sebagai fungsi cadangan air dimasa yang akan datang. Pegunungan utama sebagai kesatuan ekologis tersebut adalah Pegunungan Muller, Schawaner, Iban dan Kapuas Hulu serta dibagian selatan Pegunungan Meratus. Hasil hutan yang potensi di Kalimantan adalah kayu industri, rotan, damar, dan tengkawang. Sayangnya spesies hasil hutan seperti kayu gaharu, ramin, dan cendana sudah hampir punah. Analisis ekonomi hasil hutan dengan ekosistimnya untuk menjaga keseimbangan lingkungan perlu dilakukan untuk kesejahteraan masyarakat setempat, wilayah dan ekonomi nasional.
Para Ahli agronomi sepakat bahwa tanah-tanah di Kalimantan adalah tanah yang sangat miskin, sangat rentan dan sangat sukar dikembangkan untuk pertanian. Lahan daratan memerlukan konservasi yang sangat luas karena terdiri dari lahan rawa gambut, lahan bertanah asam, berpasir, dan lahan yang memiliki kelerengan curam. Kalimantan dapat dikembangkan, tetapi hanya dalam batas-batas ekologis yang agak ketat dan dengan kewaspadaan tinggi. Lahan yang luas telah dieksploitasi secara buruk.  Operasi pembalakan yang dikelola dengan buruk pula, serta rencana-rencana pertanian yang gagal, telah meninggalkan bekas-bekasnya pada bentang lahan di Kalimantan.  Padang Pasir putih yang luas dan kerangas yang mengalami Lateralisasi menjadi merah dan ditinggalkan, padahal semula ditumbuhi hutan lebat. Setiap tahun lautan padang alang-alang menjadi kering dan terbakar. Hutan tidak mendapat kesempatan untuk mengadakan regeneresi dan lautan padang rumput terus bertambah luas.
Sebagai besar lahan Gambut berada di Kalimantan tengah dan selatan dan sebagaian kecil di pantai Kalimantan barat dan di Kaltim bagian utara. Kondisi tanah di dataran teras pedalaman, pegunungan, dan bukit-bukit relatif agak baik untuk kegiatan pertanian. Untuk ini diperlukan optimasi pemanfaatan lahan agar hasil gunaanya dapat memberikan nilai ekonomis dan perkembangan pada wilayah. Memilih kesesuaian ruang untuk kegiatan usaha yang sesuai dengan kesesuan tanah sangat diperlukan.
Proses-proses ekologis utama adalah proses-proses yang diatur atau ditentukan oleh ”ekosisitem dan sangat mempengaruhi produksi pangan, kesehatan dan aspek lain untuk kelangsungan hidup manusia dan pembangunan. Sistem penunjang kehidupan adalah ekosistem ekosistem utama yang terlibat di dalamnya, beberapa ekosistem kehidupan yang menghadapi ancaman bahaya terbesar adalah sistem pertanian, hutan, lahan basah dan sistem pesisir.
Potensi hidrologi di Kalimantan merupakan faktor penunjang kegiatan ekonomi yang baik. Selain banyak danau-danau yang berpotensi sebagai sumber penghasil perikanan khususnya satwa ikan langka, da hal ini perlu dioptimasikan agar punya nilai ekonomis namun tetap menjaga fungsi dan peran danau tersebut. Sejumlah sungai besar merupakan urat nadi transportasi utama yang menjalarkan kegiatan perdagangan hasil sumber daya alam dan olahan antar wilayah dan eksport-import.
Sungai-sungai di Kalimantan ini cukup panjang dan yang terpanjang adalah sungai Kapuas (1.143 km) di Kalbar dan dapat menjelajah 65 % wilayah Kalimantan Barat.  Pencemaran sungai dikarenakan pembalakan hutan, buangan limbah industri tanpa perlakukan, limbah rumah tangga dan limbah dari penambangan emas tanpa izin telah menyebabkan alur perairan menjadi bahaya bila digunakan untuk keperluan ruamah tangga dan menyebabkan kerugian berupa sebagian sumber daya perikanan. Potensi pertambangan banyak terdapat di pegunungan dan perbukitan di bagaian tengah dan hulu sungai.
Deposit pertambangan yang cukup potensial adalah emas, mangan, bauksit, pasir kwarsa, fosfat, mika dan batubara. Tambang minyak dan gas alam cair terdapat di dataran rendah, pantai, dan ”off sore”. Kegiatan pertambangan ini seringkali menimbulkan konflik dengan pemanfaatan ruang lainnya yaitu dengan kehutanan, perkebunan, dan pertanian. Oleh karenanya optimasi pemanfaatan SDA agar tidak hanya sekedar mengejar manfaat ekonomi.
Kegiatan perkebunan pada umumnya berada pada wilayah di perbukitan dataran rendah. Perkebunan yang potensi dan berkembang adalah : sawit, kelapa, karet, tebu dan perkebunan tanaman pangan. Usaha perkebunan ini sudah mulai berkembang banyak dan banyak investor mulai datang dari negara jiran, karena keterbatasan lahan di negara jiran tersebut. Untuk terus dikembangkan secara ekonomis dengan memanfaatkan lahan yang sesuai. Namun sekarang ini pengembangan perkebunan juga mengancam kawasan perbukitan dataran tinggi, namun di duga areal yang sebenarnya kurang cocok untuk perkebunan hanya sebagai dalih untuk melakukan eksploitasi kayu.
Walaupun di Kalimantan terbebas dari bahaya gunung berapi, patahan/sesar dan gempa bumi, namun masih mungkin terjadi beberapa potensi bahaya lingkungan. Berdasarkan kajian Banter (1993) kemungkinan sering terjadi erosi pada lereng barat laut pegunungan Schwener dan G Benturan, serta di beberapa tempat lainnya di bagian tengan dan hulu sungai besar di Kalimantan. Erosi sabagai akibat aberasi pantai terjadi di pantai barat, selatan dan timur. Bahaya lingkungan lainnya adalah kebakaran hutan pada musim kemarau sebagai akibat panas alam yang membakar batu bara yang berada di bawah hutan tropis ini.
10.  BENTUK TOPOGRAFI PULAU SULAWESI






Pulau Sulawesi, merupakan pulau yang terpisah dari Kepulauan Sunda Besar bila ditilik dari kehidupan flora dan fauna oleh karena garis Wallace berada di sepanjang Selat Makassar, yang memisahkan pulau Sulawesi dari kelompok Kepulauan Sunda Besar di zaman es. Pulau Sulawesi merupakan gabungan dari 4 jazirah yang memanjang, dengan barisan pegunungan berapi aktif memenuhi lengan jazirah, yang beberapa di antaranya mencapai ketinggian diatas 3.000 meter diatas permukaan laut; tanah subur, ditutupi oleh hutan tropik lebat (primer dan sekunder).
Sulawesi dilintasi garis katulistiwa di bagian seperempat utara pulau sehingga sebagian besar wilayah pulau Sulawesi berada di belahan bumi selatan. Di bagian utara, Sulawesi dipisahkan dengan pulau Mindanao - Filipina oleh Laut Sulawesi dan di bagian selatan pulau dibatasi oleh Laut Flores. Di bagian barat pulau Sulawesi dipisahkan dengan pulau Kalimantan oleh Selat Makassar, suatu selat dengan kedalaman laut yang sangat dalam dan arus bawah laut yang kuat. Di bagian timur, pulau Sulawesi dipisahkan dengan wilayah geografis Kepulauan Maluku dan Irian oleh Laut Banda.
Secara geologik pulau Sulawesi sangat labil secara karena dilintasi patahan kerak bumi lempeng Pasifik dan merupakan titik tumbukan antara Lempeng Asia, Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik.
Kondisi topografi Sulawesi umumnya pegunungan (60,1%) dan berbukit (18,5%), memanjang mulai dari Sulawesi Utara ke arah selatan, timur dan tenggara. Lahan yang relatif datar (11,5%) terdapat hanya di wilayah pesisir pantai dan banyak dilintasi oleh sungai-sungai. Taman Nasional Lore Lindu berada pada ketinggian 200-2610 meter di atas permukaan laut, puncak tertinggi adalah Gunung Nokilalaki (2355 m) dan gunung Tokosa/Rorekatimbu (2610 m). Bentuk topografi bervariasi mulai dari datar, landai, agak curam, curam, hingga sangat curam
Secara morfologi, kondisi topografi wilayah kabupaten sangat bervariasi, yaitu dari area dataran hingga area yang bergunung. Sekitar 38,26 persen atau seluas 31.370 Ha merupakan kawasan dataran hingga landai dengan kemiringan 0 - 15 persen. Area perbukitan hingga bergunung dengan kemiringan di atas 40 persen, diperkirakan seluas 25.625 Ha atau 31,25 persen.
Berdasarkan klasifikasi menurut ketinggian diatas permukaan laut (dpl), wilayah kabupaten terbagi ke dalam 5 (lima) klasifikasi ketinggian , dengan luasan sebagai berikut :
1.            Area dengan ketinggian 0 - 25 meter dpl , seluas 3.788 ha
2.            Area dengan ketinggian 25 - 100 meter dpl, seluas 7.983 ha
3.            Area dengan ketinggian 100 - 500 meter dpl, seluas 45.535 ha
4.            Area dengan ketinggian 500 - 1000 meter dpl, seluas 17.368 ha
5.            Area dengan ketinggian > 1000 meter dpl, seluas 6.569 ha
Kondisi topografi Sulawesi umumnya pegunungan (60,1%) dan berbukit (18,5%), memanjang mulai dari Sulawesi Utara ke arah selatan, timur dan tenggara. Lahan yang relatif datar (11,5%) terdapat hanya di wilayah pesisir pantai dan banyak dilintasi oleh sungai-sungai.

11.  BENTUK TOPOGRAFI PULAU IRIAN
Pulau Papua (dahulu: Irian) adalah pulau yang kedua luasnya di dunia setelah Tanahhijau (Greenland). Papua terletak antara 00 19’ – 100 45’ LS dan 1300 45’ – 1500 48’ BT. Panjangnya 2.400 km dan lebar maksimum 660 km. Bersama dengan pulau Frederik Hendrik (Pulau Kelopom, sekarang Pulau Dolak/Yos Sudarso) luasnya 785.360 km2, dan bersama-sama dengan pulau-pulau kecil di sekitarnya, luasnya 805.000 km2. Daerah yang termasuk Indonesia luasnya 394.000 km2.
Secara fisiografis Papua dapat dibedakan menjadi tiga bagian:
a.       Semenanjung barat atau Kepala Burung yang dihubungkan oleh leher yang sempit dengan pulau utama (1300 – 1350 BT).
b.      Pulau utama atau Tubuh (antara 1350 – 143½0 BT).
c.       Bagian Timur termasuk juga Ekor-nya (143½0 – 1510 BT) (Papua Nugini)
Di sebelah utara Irian terdapat bagian dari Samudra Pasifik yang dalamnya ± 4.000 m yang di bagian utara dibatasi oleh pulau-pulau Karolina. Pulau-pulau karang yang muncul dengan menanjak dari dasar samudra itu, (seperti Mapia di sebelah utara Manokwari) menunjukkan bahwa bagian lautan ini menggambarkan suatu blok kontinen yang tenggelam. Pikiran ini diperkuat oleh adanya amphibol kristalin dan schist-schist kapur di Yapen (sebelah utara Teluk Geelvink) dan pada pegunungan-pegunungan Cyclops serta Bougainville sepanjang pantai utara Papua, baik di Jap di bagian barat maupun di Truk pada Karolina Timur. Blok kontinen yang tenggelam di sebelah utara Irai ini telah dipandang sebagai tanah batas dari Melanesia (Bemmelen, 1933). Ke arah selatan, Dangkalan Sahul (Laut Arafura dan Selat Torres menghubungkan) Papua dengan Benua Australia.
Keadaan topografi Papua bervariasi mulai dari dataran rendah berawa sampai dataran tinggi yang dipadati dengan hutan hujan tropis, padang rumput dan lembah dengan alang- alangnya. Dibagian tengah berjejer rangkaian pegunungan tinggi sepanjang 650 km. Salah satu bagian dari pegunungan tersebut adalah pegunungan Jayawijaya yang terkenal karena disana terdapat tiga puncak tertinggi yang walaupun terletak didekat katulistiwa namun selalu diselimuti oleh salju abadi iaitu puncak Jayawijaya dengan ketinggian 5,030m (15.090 ft), puncak Trikora 5.160 m (15.480 ft) dan puncak Yamin 5.100 m (15.300 ft). Sungai-sungai besar beserta anak sungainya mengalir ke arah selatan dan utara. Sungai Digul yang bermula dari pedalaman kabupaten Merauke mengalir ke Laut Arafura. Sungai Warenai, Wagona dan Mamberamo yang melewati Kabupaten Jayawijaya, Paniai dan Jayapura bermuara di Samudera Pasifik. Sungai-sungai tersebut mempunyai peranan penting bagi masyarakat sepanjang alirannya baik sebagai sumber air bagi kehidupan sehari-hari, sebagai penyedia ikan maupun sebagai sarana penghubung ke daerah luar. Selain itu terdapat pula beberapa danau, diantaranya yang terkenal adalah Danau Sentani di Jayapura, Danau Yamur, Danau Tigi dan Danau Paniai di Kabupaten Nabire dan Paniai.
Topografi daerah Papua yang dipenuhi hutan lebat, gunung, dan lembah tak memungkinkan dibukanya jalan darat dengan cepat. Demikian pula di Kaimana, topografi berteluk- teluk sehingga lebih mengandalkan transportasi air sebagai sarana perhubungan antarkecamatan. Tak heran di setiap kecamatan di Kaimana terdapat dermaga meskipun sederhana dan terbuat dari kayu. Di Kecamatan Teluk Arguni, misalnya, dermaga kayu hanya dapat menampung kapal kecil yang masuk keluar ke Teluk Arguni. Dermaga ini masih terpengaruh pasang surut. Kondisi serupa dijumpai pula di Kecamatan Teluk Etna dan Buruway. Di Kecamatan Buruway terdapat jalan darat, terbatas pada ibu kota kecamatan dan di Pulau Adi, sedangkan jalan akses keluar kecamatan belum tersedia.

12.  BENTUK TOPOGRAFI PULAU NUSA TENGGARA
Pulau-pulau ini terletak pada dua jalur geantiklinal, yang merupakan perluasan barat dari Busur-busur Banda. Geantiklinal-dalam (misalnya utara, Busur Dalam) membujur sari timur sampai ke pulau-pulau Romang, Wetar, Kambing, Alor atau Ombai, Pantar, Lomblen, Solor, Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan Bali. Busur-Luar (yaitu di bagian selatan) dibentuk oleh pulau-pulau Timor, Semau, Roti, Sawu (Savu), Raijua, dan Dana.  Punggungan geantiklinal itu bercabang-cabang di dalam daerah Sawu. Salah satu cabang membentuk sebuah cabang yang menurun ke arah laut melintasi Raijua dan Dana, dan berakhir ke arah punggungan bawah-laut pada palung di sebelah selatan Jawa; cabang yang lain merupakan rantai penghubung dengan busur dalam yang melintasi pulau Sumba.
Ada tiga wilayah fisiografi yang jelas kelihatan di gugusan Kepulauan Nusa Tenggara (Kep. Sunda Kecil), yaitu:
a.       Wilayah Pegunungan Volkanik, baik volkanik tua ataupun muda.
b.      Wilayah Dataran Rendah Aluvial.
c.       Wilayah yang tidak volkanik
Ketiga bentuk wilayah ini nampak jelas di Pulau Bali dan Lombok. Wilayah Dataran Rendah Aluvial yang terdapat di kedua pulau ini dilandasi oleh lapisan breksia, (istilah setempat dikenal dengan padas batu), yang sulit ditembus air. Adanya lapisan breksia itu menyulitkan penggalian sumur untuk air minum.         
Di Pulau Sumbawa wilayah dataran aluvial itu nampak di selatan Tambora, dari Dorokempo – Dompu sampai Raba. Di Nusa Tenggara Timur wilayah dataran rendah ini meskipun ada, tetapi tidak jelas nampak karena sempitnya, seperti misalnya di Flores. Sumba, Savu, Rote, Timor hanya terdiri dari wilayah yang tidak volkanik. Batu gamping yang menjadi bahan utama gugusan pulau-pulau terselatan pulau-pulau ini seringkali sulit diolah untuk tanah pertanian.
13.  BENTUK TOPOGRAFI PULAU KEPULAUAN MALUKU
Daerah ini merupakan daerah relief yang beraneka ragam dengan basin-basin dan pegunungan-pegunungan; sekarang proses pembentukan pegunungan berlangsung sangat aktif. 
Maluku terdiri dari dua wilayah fisiografi; yang pertama adalah lingkaran (busur) “dalam” Kepulauan Maluku dari Wetar, P. Roma, Kep. Damar (P. Damar, P. Teun, P. Nila, P. Serui) sampai Kepulauan Banda; kemudian di Maluku Utara, Pulau Tidore, Pulau Ternate, sampai dengan bagian utara dari Pulau Halmahera, yang sifatnya volkanik. 
1)      Maluku Utara
Maluku Utara merupakan rantai penghubung antara Filipina di bagian utara, Irian di bagian timur, dan Selawesi di bagian barat. Daerah ini tersusun dari punggungan-punggungan bawah laut dan dataran-dataran yang kompleks, berupa rangkaian dan gugusan pulau-pulau yang dipisahkan oleh basin-basin kecil dan palung-palung laut. Kedalaman palung-palung itu pada umumnya 2000 – 4000 m dan tinggi rata-rata daerah itu 1500 m.
Jadi ternyata, bahwa Maluku Utara merupakan kulit bumi yang terangkat dengan kuat dengan ketinggian rata-ratanya beberapa ribu meter di atas daerah sekelilingnya yang tenggelam.
Maluku Utara dibentuk oleh dua sistem punggungan yang memusat, yang satu membatasi Basin Sulawesi yang cembung ke timur, dan yang lain membatasi bagian tengah kelompok Halmahera yang cembung ke barat. Berturut-turut akan kami sebut Sistem Sangihe dan Sistem Ternate. Sistem Sangihe terdiri dari satuan-satuan berikut:
a)      Palung-belakang (Back deep         : Basin Sulawesi.
b)      Busur dalam yang vulkanis          : Punggungan Sangihe.
c)      Palung-antara (Interdeep)             : Palung-palung Sangihe -
                                                         : Gorontalo.
d)     Busur luar yang tak vulkanis       : Punggungan Talaud – Mayu.
Sistem-sistem ini membentuk mata rantai antara busur Samar di Filipina serta Lengan Utara dan Timur Sulawesi.


Sistem Ternate terdiri dari elemen-elemen berikut:
a)      Palung belakang
Bagian umum dari kelompok Halmahera, hanya sebagian yang tenggelam (Basin Halmahera).
b)      Busur dalam yang vulkanis
Zona Ternate (ujung utara Halmahera, Hiri, Ternate, Tidore, Mare, Makian).
c)      Palung antara
Palung Morotai – Ternate – Bacan.
d)     Busur luar yang tak vulkanis
Punggungan Snellius – Mayu – Obi.
Ternyata bahwa pada punggungan Mayu di bagian tengah Laut Maluku kedua sistem tersebut jalin-menjalin; punggungan Mayu merupakan busur luar dari kedua sistem ini. Kondisi ini merupakan fakta geotektonik yang penting.
2)      Maluku Selatan atau Busur Banda
Busur Banda terletak pada ujung timur (bagian) dari sebuah sistem pegunungan besar dunia (Sistem orogenesis/ Pegunungan Sunda) yang panjangnya di Indonesia kira-kira 7.000 km. Bentuknya melengkung dan membatasi kepulauan Indonesia pada sisi barat dan selatannya. Busur-busur tersebut dapat diikuti mulai dari Birma (sekarang Myanmar) lewat Andaman dan Nikobar, Sumatra, Jawa dan pulau-pulau Sunda Kecil menuju ke Busur-busur Banda. Sepanjang sistem pegunungan besar ini, busur tersebut terdiri dari dua geantiklinal (geo-antiklinal) yang sejajar, yaitu sebuah busur dalam yang vulkanis dan sebuah busur luar yang tidak vulkanis (tetapi seismik), dengan dorongan-dorongan yang menuju ke arah luar.


14.  HUBUNGAN KONTUR LERENGDENGAN BERBAGAI TUMBUHAN
Kontur lereng sangat bermanfaat pada tumbuhan karena dapat mengurangi erosi, mengurangi kehilangan unsur hara, dan mempercepat pengolahan tanah apabila menggunakan tenaga ternak atau traktor karena luku atau alat pengolah tanah yang lain. Tingkat erosi suatu lahan akan sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah untuk pertanian. Semakin tinggi/besar tingkat erosi tanah permukaannya berarti semakin tidak subur dan tidak cocok untuk tanaman pertanian pangan. Ketinggian tempat adalah ketinggian dari permukaan air laut (elevasi). Ketinggian tempat mempengaruhi perubahan suhu udara. Semakin tinggi suatu tempat, misalnya pegunungan, semakin rendah suhu udaranya atau udaranya semakin dingin. Semakin rendah daerahnya semakin tinggi suhu udaranya atau udaranya semakin panas. Oleh karena itu ketinggian suatu tempat berpengaruh terhadap suhu suatu wilayah. Perubahan suhu ini tentunya mengakibatkan perbedaan jenis tumbuhan pada wilayah-wilayah tertentu sesuai dengan ketinggian tempatnya.
15.  HUBUNGAN KONTUR DENGAN EROSI
Kontur lereng dan Erosi sangan berkaitan utamanya untuk menjaga kestabilan lahan pertanian daerah miring dan salah satu usaha untuk mengurangi tingkat erosi tanah. Topografi adalah bentuk kemiringan dan panjang lereng yang dapat menentukan laju aliran air di permukaan. Pada lahan datar percikan air melemparkan partikel-partikel tanah ke segala arah,  sedangkan pada lahan yang miring partikel-partikel tanah banyak yang terlempar ke arah bawah sesuai dengan kemiringan lereng. Tanah yang mudah tererosi ditinjau dari segi kontur lereng:
1.         Tanah tidak dibuat tanggul pasangan (guludan) sebagai penahan erosi
2.         Tanah miring tidak dibuat teras-teras dan guludan sebagai penyangga air
Pada tanah yang memiliki land slope 5%-10% gejala-gejala erosi pada top soil bisa terjadi. Sehingga perlu dilakukan tindakan-tindakan praktis untuk mempertahankan produktivitasnya. Misalnya dengan melakukan penanaman menurut kontur dan cross slope seeding of legumes. Pada tanah yang yang memiliki land slope yang lebih curam yaitu antara 15%-25% yang menurut penelitian lapisan top soilnya hampir seluruhnya terhanyutkan makam perlu dibuatkan sengkedan dan drinage yang baik agar saat hujan deras pengikisan lapisan top soilnya dapat dikurangi.
Selanjutnya tanah yang memiliki land slope antar 25%-35%, yang berdasarkan penelitian bagian top soil-nya telah tererosi hebat, kandungan kelembabannya sangat dipengaruhi angin kencang, akan tetapi dalam batas-batas tertentu masih dapat ditanami misalnya :tanaman yang tumbuhnya rapat, rumput-rumputan atau jenis makanan ternak. Dengan membiarkan jenis rerumputan tumbuh didaerah ini, kemungkinan lapisan permukaan akan sedikit demi sedikit terbentuk kembali. Tanah yang memiliki land slope melebihi 40% sebaiknya dipelihara sebagai tanah-tanah hutan, ditanami dengan tanaman keras sedang ground cover crops-nya seperti rerumputan dan semak belukar, dengan cara ini erosi dapat dihambat.
Tanah dibagian bawah lereng mengalami erosi yang sangat berat dibandingkan di atas lereng karena semakin ke bawah, air yang terkumpul semakin banyak dan kecepatan aliran juga meningkat, sehingga daya erosinya besar. Beberapa pakar mendapatkan bahwa erosi meningkat 1,5 kali bila panjang lereng menjadi dua kali lebih panjang. Pada dasarnya erosi merupakan proses perataan kulit bumi. Jadi selama kulit bumi tidak rata, erosi akan tetap terjadi dan tidak mungkin untuk menghentikannya. Oleh karena itu usaha konservasi tanah tidak berusaha untuk menghentikan erosi, tetapi hanya mengendalikan erosi ke suatu nilai tertentu yang tidak merugikan. Studi kelerengan bisa menjadi parameter seberapa besar tingkat erosi yang terjadi. Jika lereng permukaan menjadi dua kali lebih curam maka banyaknya erosi persatuan luas menjadi 2,0-2,5 lebih banyak dengan kata lain erosi semakin besar dengan makin curamnya lereng. Sementara besarnya erosi menjadi lebih dari dua kali lebih curam, jumlah aliran permukaan tidak banyak bertambah bahkan cenderung mendatar. Hal ini disebabkan jumlah aliran permukaan dibatasi oleh jumlah air hujan yang jatuh (Sitanala Arsyad, 1989).
Faktor lereng sangat mempengaruhi erosi yang terjadi. Pengaruh lereng pada proses terjadinya erosi yaitu mempengaruhi besarnya energy penyebab erosi. Karakteristik lereng yang mempengaruhi besarnya energy penyebab erosi adalah:
1.      Kemiringan lereng
2.      Panjang lereng
3.      Bentuk lereng
Kemiringan lereng mempengaruhi kecepatan dan volume limpasan permukaan. Makin curam suatu lereng maka kecepatan lereng permukaan semakin besar. Dengan demikian maka semakin singkat pula kesempatan air untuk melakukan infiltrasi sehingga volume aliran permukaan besar. Panjang lereng mempengaruhi besarnya limpasan permukaan, semakin panjang suatu lereng maka semakin besar limpasannya. Apabila volume besar maka besarnya kemampuan untuk menimbulkan erosi juga semakin besar.
Kemiringan lereng dapat dihitung dari peta topografi/rupa bumi, namun demikian panjang lereng erosi tidak dapat diukur dari peta karena yang terukur adalah panjang lereng bukit. Besarnya indeks panjang dan kemiringan lereng dapat ditentukan dengan cara menghitung kerapatan garis kontur per satuan panjang. 



16.  HUBUNGAN KONTUR LERENG DENGAN MANFAAT DAN KONSERVASI LAHAN
Kontur lereng berpengaruh terhadap konservasi lahan. Sehingga lahan dapat dikelola dengan baik untuk kepentingan sekarang dan masa yang akan datang.
Konservasi merupakan upaya memelihara atau menjaga kelestarian untuk menyangga kehidupan. Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan persyaratan yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sifat-sifat fisik dan kimia tanah dan keadaan topografi lapangan menentukan kemampuan untuk suatu penggunaan dan perlakuan yang diperlukan. Sistem untuk penilaian tanah tersebut dirumuskan dalam sistem klasifikasi dalam kemampuan lahan yang ditujukan untuk mencegah kerusakan tanah oleh erosi, memperbaiki tanah yang rusak, memelihara serta meningkatkan produktifitas tanah agar dapat digunakan secara lestari (Sitanala Arsyad, 1989). Dengan demikian maka konservasi tanah tidaklah berarti penundaan penggunaan tanah atau pelarangan penggunaan tanah, tetapi penyesuaian macam penggunaannya dengan syarat-syarat yang diperlukan, agar dapat berfungsi secara lestari.
Pengolahan tanah menurut kontur dilakukan dengan pembajakan membentuk jalur-jalur menurut kontur atau memotong lereng, sehingga membentuk jalur-jalur tumpukan tanah dan alur yang menurut kontur atau melintang lereng. Pengolahan tanah menurut kontur akan lebih efektif jika diikuti dengan penanaman menurut garis kontur.
Pengolahan menurut kontur antara lain:

1.      Guludan
Guludan adalah tumoukan tanah yang dibuat memanjang menurut garis kontur atau memotong arah garis lereng. Jarak guludan dibuat tergantung pada kecuraman lereng. Sistem ini biasa diterapkan pada tanah yang kepekaan erosinya rendah dengan kemiringan sampai 6%.
2.      Guludan bersaluran
Guludan bersaluran memanjang menurut arah garis kontur atau memotong lereng di sebelah atas guludan dibuat saluran yang memanjang mengikuti guludan. Pada metode ini guludan diperkuat dengan tanaman rumput, perdu atau pohon-pohonan yang tidak tinggi. Guludan bersaluran dapat dibuat pada tanah dengan kemiringan lereng 12%
3.      Parit pengelak
Parit pengelak adalah semacam parit yang memotong arah lereng dengan kemiringannya yang kecil sehingga kecepatan alir tidak lebih dari 0,5m/detik. Cara ini biasa dibuat pada tanah yang berlereng panjang dan seragam yang permeabilitasnya rendah. Fungsi parit ini untuk menampung dan menyalurkan aliran permukaan dari bagian atas lereng dengan kecepatan rendah ke saluran pembuangan yang ditanami oleh rumput.
4.      Teras
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan memungkinkan penyerapan air oleh tanah.