Tugas
Mata Kuliah :
GEOGRAFI REGIONAL INDONESIA
NAMA : MARIO PUTRA ASRI R.
NIM : 121 504 1 018
PRODI : PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
20
MORFOLOGI
DARATAN DAN DASAR LAUT DI WILAYAH INDONESIA
1. REGION
DAN REGIONALISASI
Region merupakan konsep dasar yang
penting dalam geografi, beberapa akhli geografi mendefinisikan regian sebagai
berikut :
·
James and Wittlesey : a Region is an area of any size,
homogenous in term of spesific criteria and distinguishes form bordering area
by a particular kind of association of areally related feature and therefore
pocessing some kind of internal cohessive
·
Hartshorne : a Region is an area of specific location which
is in some way distinctive form other areas and which extends as far as that
distinction extends
·
Hagget : a Region is any tract on the earths surface with
characteristic, either natural or man made that make it different form areas
that sorround it.
·
Bintarto : sebagian permukaan bumi yang dapat dibedakan
dalam hal-hal tertentu dari wilayah sekitarnya.
Dari
keempat definisi itu tampak bahwa suatu wilayah disebut region jika memiliki
karakteristik tersendiri yang dapat dibedakan dari wilayah disekelilingnya.
Wilayah itu mempunyai kohesif atau keterkaitan secara internal dalam
unsur-unsur tertentu yang tidak dimiliki oleh wilayah luarnya (ekternal). Hanya
Hagget yang memberikan arah tentang unsur yang menjadi karakter atau ciri
region itu yaitu dapat berupa unsur fisik atau pun yang dibuat oleh manusia.
Menurut Johnston, geografi regional pada dasarnya adalah studi tentang wilayah
di permukaan bumi dengan mempergunakan analisis perbedaan wilayah (areal
differentiation) dan persamaan wilayah (areal likenesses). Paterson menjelaskan
bahwa tujuan dari studi ini adalah mengkaji situasi-situasi yang spesifik dari
lokasi suatu tempat. Pendekatan keruangan merupakan ciri utama dalam geografi
regional. Pengertian ruang dalam geografi mengandung pengertian integrasi dari
atmosfer, lithosfer, hidrosfer dan biosfer yang hidup didalamnya termasuk
manusia. Manusia sebagai perpaduan antara ratio atau akal dan budaya yang
melahirkan teknologi serta keimanan, menghasilkan pola-pola ter-sendiri dari
memanfaatkan alam lingkungan sekitarnya. Sehingga melahirkan satu keunikan
wilayah ( areal uniquenss) yang dapat dibedakan dari wilayah lainnya.
Pengertian dari region yaitu wilayah
yang jelas teridentifikasi meskipun sebenarnya untuk wilayah tersebut relatif
tergantung konteks waktu selain itu unsur yang mendorong identifikasi diri
adalah secara sejarah dan juga geografisnya serta aktivitas yang dilakukan
terutama di bidang ekonomi. Contohnya saja Arab Saudi dan Uni Emirat Arab masuk
kedalam region Timur Tengah karena mempunyai kesamaan geografis. Kriteria lain
yang digunakan untuk menentukan kesamaan region selain geografis yaitu sejarah,
politik/militer, dan ekonomi. Dalam kriteria ekonomi, suatu region bisa disebut
region ekonomi jika region tersebut terbentuk akibat pola perdagangan dan
berbagai ikatan ekonomi lainnya yang secara relatif insentif diantara
negara-negara yang ada didalamnya.
Sedangkan
regionalisasi dan regionalisme merupakan dua
istilah yang hampir sama artinya. Regionalisasi yaitu merupakan dinamika dalam
suatu wilayah yang membentuk identifikasi yang sama tapi belum tentu
regionalisme. Maksud dari identifikasi yang sama yaitu adalah identitasnya yang
kemudian bersatu. Biasanya regionalisasi ini berwujud sebagai
kerjasama-kerjasama. Contohnya saja ASEAN yang merupakan regionalisasi wilayah.
Sementara regionalisme sendiri berarti semacam entitas politik baru dari
beberapa negara yang terkumpul untuk membentuk political union bersama.
Regionalisme muncul dari beberapa tahapan-tahapan: market, ekonomi bersama, dan
political union. Dalam regionalisme diharapkan akan tercapai suatu komunitas
yang damai dan dapat bekerjasama untuk meningkatkan kesejahteraan. Saat ini
bentuk organisasi yang paling ideal mencerminkan regionalisme adalah Uni Eropa.
2.
RANGKAIAN
DAN BENTUK – BENTUK PEGUNUNGAN DI INDONESIA Pegunungan adalah daerah yang terdiri dari
rangkaian gunung gunung yang memanjang seperti bentuk pematang raksasa dengan
ketinggian 200meter hingga ribuan meter di atas permukaan air laut. Pegunungan
terjadi karena adanya proses lipatan dan patahan yang disebabkan oleh tenaga
endogen. Berdasarkan ketinggiannya, pegunuungan dibedakan menjadi 3 bagian,
yaitu:
·
Pegunungan tinggi, Berketinggian lebih dari 1500m
·
Pegunungan menengah, berketinggian antara 500-1500m
·
Pegunungan rendah, berketinggian antara 200-300m.
Contoh bentuk muka bumi pegunungan di dunia antara lain: pegunungan seribu (jawa tengah), Pegunungan Kendeng(Jwa tengah), Pegunungan alpen(Eropa), Pegunungan Rocky (Amerika utara), Pegunungan Himalaya (India), Pegunungan alaska (Amerika Serikat), Pegunungan Andes (Amrika Selatan), dan Pegunungan lainy
Contoh bentuk muka bumi pegunungan di dunia antara lain: pegunungan seribu (jawa tengah), Pegunungan Kendeng(Jwa tengah), Pegunungan alpen(Eropa), Pegunungan Rocky (Amerika utara), Pegunungan Himalaya (India), Pegunungan alaska (Amerika Serikat), Pegunungan Andes (Amrika Selatan), dan Pegunungan lainy
Pegunungan merupakan
kumpulan atau barisan gunung. Kawasan pegunungan diidentifikasikan sebagai daratan yang
memiliki kemiringan lereng yang relative lebih besar bila dibandingkan dengan
dataran dan mempunyai ketinggian di atas 1000 meter. Adapun perbukitan adalah
daerah dengan kondisi sama dengan pegunungan, namun memiliki ketinggian yang
lebih rendah ( antara 200 sampai 300 meter ). Karena kemiringan lerengnya yang
relative besar, maka kawasan ini bila digambarkan dengan peta kontur akan
memiliki garis-garis kontur yang relative rapat satu sama lain. Adapun pada
peta umum, kawasan ini digambarkan dengan symbol area berwarna cokelat.
Di Indonesia terdapat beberapa
deretan pegunungan, yaitu:
1. Deretan pegunungan Sunda, yaitu
deretan pegunungan yang berjajar dari Pulau Sumatera, Jawa, Nusatenggara,
Maluku Selatan dan berakhir di Pulau Banda.
2. Deretan Sirkum Australia,
yaitu deretan pegunungan yang berjajar dari Australia, ujung timur Pulau Irian,
masuk melalui bagian tengah Irian dengan puncak tertinggi Jayawijaya.
3. Deretan pegunungan Sangihe, yaitu
deretan pegunungan yang membujur dari Kepulauan Sangihe (Sulawesi Utara), masuk
ke Minahasa, Teluk Gorontalo (dengan Gunung Una-Una yang sering meletus) hingga
Sulawesi Selatan.
4. Deretan Pegunungan Halmahera,
yaitu deretan pegunungan yang berderet mulai dari Pulau Talaut, Pulau Maju dan
Tifor di Maluku Utara, masuk ke Halmahera serta Pulau Ternate dan Tidore,
berbelok ke timur hingga Kepala Burung
5.
Deretan
Pegunungan Kalimantan, deretan ini bermula dari Pulau Palawan (Filipina)
kemudian masuk ke Kalimantan.
Pegunungan
Lipatan adalah pegunungan yang berbentuk gelombang disebabkan tenaga
endogen yang arah dan tekanannya mendatar atau horizontal. Akibat tekanan
mendatar tersebut, maka terjadilah pelengkungan lipatan pada lapisan kulit
bumi. Semula tekanan tersebut membentuk lipatan tegak lurus atau simetris,
yaitu lipatan yang bidang sumbunya mempunyai jarak yang sama dengan kedua
sayapnya.
Setelah
lipatan tegak terbentuk, ternyata tekanan tersebut terus bekerja, sehingga
lipatan tegak menjadi lipatan miring. Jika tekanan tersebut terus mendesak pada
lipatan miring, maka akan terbentuk lipatan menggantug. Pada lipatan gantung
tekanan horizontal masih terus maka akan terbentuk lipatan isoklinal, jika
tekanan terus saja akan terbentuk lipatan rebah, dan akhirnya akan terbentuk
lipatan sesar sungkup.
Berikut ini disajikan gambar proses
terbentuknya lipatan :
Pegunungan
lipatan terdeiri atas bagian yang disebut dengan sinklinal dan antiklinal.
Sinklinal adalah bagian pegunungan lipatan yang berupa lembah. Sedangkan
antiklinal adalah bagian pegunungan lipatan yang berupa punggung atau puncak.
Kumpulan antiklinal antiklinal dalam sebuah lipatan disebut antiklinorium, sedangkan
kumpulan sinklinal sinklinal disebut sinklinorium. Jenis pegunungan lipatan
yang tersebar di seluruh dunia membentuk pola atau jalur tertentu. Ada tiga
jalus pegunungan lipatan di dunia, yaitu :
- Pegunungan
Sirkum Pasifik
Jalur Pegunungan Sirkum Pasifik adalah rangkaian atau jalur
pegunungan lipatan yang mengelilingi Samudra pasifik. Rangkaian jalur
pegunungan Sirkum Pasifik ini dimulai dari:
- Pegunungan Andes di Amerika Selatan Menuju utara ke
- Pegunungan Sieera Nevada di Mexico, terus ke utara
menuju
- Pegunungan Rocky di Amerika Utara, terus ke arah utara
menuju
- Pegunungan Alaska di negara bagian Alaska, selanjutnya
ke barat dan selatan menuju
- Pegunungan di Kep. Aleutian dan Kep. Jepang, Taiwan,
Menuju
- Filipina terus ke Indonesia dan berakhir di Laut Banda
- Pegunungan Sirkum Mediteran
- Jalur Pegunungan Sirkum Mediteran adalah pegunungan lipatan
yang melingkari bagian tengah benua Eropa dan Asia. Jalur pegunungan
Sirkum Mediteran ini secara urut dari arah barat ke timur, dimulai dari:
- Pegunungan Atlas di Afrika Utara menuju ke
- pegunungan Alpen di eropa selatan, terus menuju ke
- Pegunungan Kaukasus di Jazirah Balkan, terus menuju ke
- Pegunungan Elburizan di Asia kemudian ke
- Pegunungan Himalaya, Pegunungan Arakan Yoma, Zamaika,
Andaman, dan Nicobar sterusnya masuk ke Indonesia dan berakhir di Laut
Banda.
- Pegunungan
Sirkum Australia
Jalur pegunungan lipatan Australia ini rangkaiannya dimulai dari
pegunungan Alpen di Australia menuju ke Selandia Baru, California, dan masuk
irian Timur wilayah Papua Nugini. Rangakian terus menyambung ke arah barat
menuju Irian Barat Wilayah Indonesia sampai ke wilayah kepala Burng bahkan ada
yang sampai ke pulau Halmahera. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa wilayah Indonesia merupakan tempat pertemuan tiga jalur pegunungan muda
dunia. Akibat dari keadaan tersebut wilayah Indonesia menjadi labil dan rawan
bencana. Keadaan labil disebabnya banyaknya gempa bumi, baik gempa tektonik
maupun gempa vulkanik. Rawan bencana di Indoensia juga disebabkan karena
Indonesia merupakan pertemuan bebebrapa lempeng benua dan samudra.
B. Pegunungan Patahan
Pegunungan
patahan adalah pegunungan yang terbentuk karena tenaga endogen yang menekan
lapisan kulit bumi secara vertikal sehingga lapisan terangkat dan patah. tenaga
endogen yang menekan lapisan kulit bumi baik secara vertikal maupun secara
horizontal bisa menyebabkan lapisan kulit bumi tersebut menjadi retak dan
patah. Bidang atau bagian kulit bumi yang retak atau patah disebut bidang
patahan. Bidang patahan yang sudah mengalami pergeseran atau gerakan
disebut fault atau sesar. Pergeseran bidang patahan tersebut bisa
terjadi secara vertikal maupun secara horizontal.
Proses
diatropisme yang mengakibatkan terjadi
pegunungan lipatan dan pegunungan patahan, ternyata juga membawa dampak positif
maupun negatif. Dampak positif yang ditimbulkan akibat adanya
proses diatropisme, yaitu :
·
Terbentuknya pegunungan yang membawa manfaat bagi kehidupan,
antara lain mendatangkan hujan, dan menghasilkan berbagai mineral.
·
Bahan mineral dari dalam lapisan kulit bumi terangkat ke
atas, sehingga banyak galian tambang.
3.
DATARAN TINGGI DI INDONESIA
Dataran tinggi (disebut juga plateau atau plato)
diidentifikasikan sebagai relief daratan yang relative landai dengan ketinggian
antara 200-1000 m di atas permukaan air laut. Dataran tinggi terbentuk sebagai hasil erosi dan sedimentasi. Beberapa
dataran tinggi antara lain Dataran
Tinggi Dekkan, Dataran
Tinggi Gayo, Dataran
Tinggi Dieng, Dataran Tinggi Malang, dan Dataran Tinggi Alas. Dataran tinggi
bisa juga terjadi oleh bekas kaldera luas, yang
tertimbun material dari lereng gunung sekitarnya. Dataran tinggi dari kategori
terakhir ini antara lain adalah Dataran
Tinggi Dieng di Jawa Tengah.
Dataran
tinggi digambarkan dengan menggunakan symbol
area kuning atau cokelat muda. Pada peta topografi, penggambaran dataran
tinggi digambarkan dengan garis kontur yang agak jarang, namun memiliki angka
penunjuk kontur yang besar ( antara 200-1000 meter ).
Dataran tinggi adalah
adalah daerah datar yang memiliki ketinggian lebih dari 400 meter di atas
permukaan laut (dpl). Dataran tinggi dapat dimanfaatkan untuk perkebunan maupun
tempat peristirahatan.Selain itu, dataran tinggi digunakan untuk menanam
tanaman jenis sayuran dan buah-buahan. Beberapa Dataran Tinggi di Indonesia,
antara lain Alas (Nanggoe Aceh Darussalam), Kerinci (Sumatera barat), Dieng
(Jawa Tengah), Tengger (Jawa Timur), Bone (Sulawesi Selatan), dan Minahasa
(Sulawesi Utara).
DATARAN
– DATARAN TINGGI DI INDONESIA
1.
Atlas – DI Aceh.
2.
Barui – Sulawesi Tengah.
3.
Batak – Sumatra Utara.
4.
Bingkoku – Sulawesi Tenggara.
5.
Bone – Sulawesi Selatan.
6.
Bukit Barisan – Bengkulu.
7.
Charles Louis – Papua.
8.
Cianjur – Jawa Barat.
9.
Dieng – Jawa Tengah.
10. Gayo – DI Aceh.
11. Jayawijaya – Papua.
12. Ka puas Hulu – Kalimantan Barat.
13. Karo – Sumatra Utara.
14. Kerinci – Sumatra
Barat.
15. Luwu – Sulawesi
Selatan.
16. Magelang – Jawa
Tengah.
17. Malang – Jawa Timur.
18. Minahasa – Sulawesi
Utara.
19. Minangkabau – Sumatra
Barat.
20. Muller – Kalimantan
Barat.
21. Pasai – DI Aceh.
22. Penreng – Sulawesi
Tengah.
23. Priangan – Jawa Barat.
24. Skhwaner – Kalimantan
Barat.
25. Sudirman – Papua.
26. Sumedang – Jawa Barat.
27. Tengger – Jawa Timur.
28. Wajo – Sulawesi
Selatan.
Dataran Tinggi Cianjur, Jawa Barat
Danau Sentarum, Dataran Tinggi Kapuas Hulu, Kalimantan Barat
Danau Tondano, Dataran Tinggi Minahasa, Sulawesi Utara
Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah
Dataran Tinggi Jayawijaya, Papua
Dataran Tinggi Karo, Sumatra Utara
4.
DATARAN RENDAH DI INDONESIA
Dataran rendah merupakan suatu
bentang alam tanpa banyak memiliki perbedaan ketinggian antara tempat yang satu
dengan tempat yang lain. Dataran rendah diidentifikasikan sebagai relief daratan
yang mempunyai ketinggian antara 0-200 m di atas permukaan laut. Di Indonesia
banyak kita jumpai wilayah dataran rendah yang terjadi dari hasil sedimentasi
material ( tanah ) yang dibawa oleh sungai-sungai ke muara. Oleh karena itu,
daerah ini juga disebut dataran alluvial. Misalnya, dataran alluvial di
Sumatera bagian timur, jawa bagian utara, Kalimantan barat, kalimanatan
selatan, Kalimantan timur serta irian jaya bagian barat dan utara. Di
pulau-pulau lain juga terdapat alluvial, tetapi ukurannya sempit. Daerah
dataran alluvial memiliki penduduk lebih padat jika dibandingakn dengan daerah
pegunungan, karena dataran alluvial biasanya merupakan daerah subur.
Bentuk
muka bumi berupa dataran rendah digambarkan menggunakan symbol area berwarna
hijau. Pewarnaan hijau tersebut dapat dipecah lagi menjadi beberapa tingkatan
warna, misalnya warna hijau untuk ketinggian antara 0-100m dan warna hijau muda
untuk ketinggian antara 100-200m di atas permukaan laut. Pada peta topografi,
dataran rendah dicirikan dengan penggambaran garis kontur yang jarang. Di
Indonesia banyak dijumpai dataran rendah, misalnya pantai timur Sumatera,
pantai utara Jawa Barat, pantai selatan Kalimantan, Irian Jaya bagian barat,
dan lain-lain. Dataran rendah terjadi akibat proses sedimentasi. Di Indonesia
dataran rendah umumnya hasil sedimentasi sungai. Dataran rendah ini disebut
dataran aluvial. Dataran aluvial biasanya berhadapan dengan pantai landai laut
dangkal. Dataran ini biasanya tanahnya subur, sehingga penduduknya lebih padat
bila dibandingkan dengan daerah pegunungan.
5.
TOFOGRAFI DASAR LAUT DALAM
The Deep, yaitu dasar laut yang terdalam yang berbentuk palung laut (trog).
Pada ocean floor terdapat relief bentukan antara lain:
1. Gunung laut, yaitu gunung yang kakinya di dasar laut sedangkan badan
puncaknya muncul ke atas permukaan laut dan merupakan sebuah pulau. Contoh:
gunung Krakatau.
2. Seamount, yaitu gunung di dasar laut dengan lereng yang curam dan
berpuncak runcing serta kemungkinan mempunya tinggi sampai 1 km atau lebih
tetapi tidak sampai kepermukaan laut. Contoh: St. Helena, Azores da Ascension
di laut Atlantik.
3. Guyot, yaitu gunung di dasar laut yang bentuknya serupa dengan seamount
tetapi bagian puncaknya datar. Banyak terdapat di lautan Pasifik.
4. Punggung laut (ridge), yaitu punggung pegunungan yang ada di dasar laut.
Contoh: punggung laut Sibolga.
5. Ambang laut (drempel), yaitu pegunungan di dasar laut yang terletak
diantara dua laut dalam. Contoh: ambang laut sulu, ambang laut sulawesi.
6. Lubuk laut (basin), yaitu dasar laut yang bentuknya bulat cekung yang
terjadi karena ingresi. Contoh: lubuk laut sulu, lubuk laut sulawesi.
7. Palung laut (trog), yaitu lembah yang dalam dan memanjang di dasar laut
terjadi karena ingresi. Contoh: Palung Sunda, Palung Mindanao, Palung Mariana.
6.
TOFOGRAFI DASAR LAUT DANGKAL
Secara umum dasar laut terdiri atas empat bagian.
Pembagian ini dimulai dari bagian daratan menuju ke tengah laut, adalah sebagai
berikut:
1. Landasan
Benua (Continental Shelf)
Continental shelf (landasan benua)
adalah dasar laut yang berbatasan dengan benua. Di dasar laut ini sering
ditemukan juga lembah yang menyerupai sungai. Lembah beberapa sungai yang
terdapat di Continental Shelf ini merupakan bukti bahwa dulunya continental
shelf meupakan bagian daratan yang kemudian tenggelam.
2. Lereng
Benua (Continental Slope)
Continental slope (lereng benua)
biasanya terdapat di pinggir continental shelf. Daerah continental slope bisa
mencapai kedalaman 1500 m dengan sudut kemiringan biasanya tidak lebih dari 5 derajat.
3. Deep
Sea Plain
Deep sea plain meliputi dua pertiga
seluruh dasar laut dan terletak pada kedalaman lebih dari 1.500 m, biasanya
relief di daerah ini bervariasi, mulai dari yang rata sampai pada puncak
vulkanik yang menyembul di atas permukaan laut sebagai pulau yang terisolasi.
7.
BENTUK TOPOGRAFI PULAU SUMATERA
Pulau Sumatera terletak di bagian
barat gugusan Kepulauan Nusantara.
Berbentuk memanjang (baratlaut –
tenggara), luas 435.000 km2
Panjang: 1.650 km
Lebar: bagian utara = 100 – 200
km bagian selatan: ±350 km
Di sebelah utara berbatasan
dengan Teluk Benggala, di timur dengan Selat Malaka, di sebelah selatan dengan
Selat Sunda, dan di sebelah barat dengan Samudera Hindia.
Di sebelah timur
pulau, banyak dijumpai rawa yang dialiri oleh sungai-sungai besar.
Dalam bagian Sumatra,
Tobler (1917) membedakan elemen-elemen tektonis dan morfologis sebagai berikut:
(dari timurlaut ke baratdaya)
• Dataran alluvial pantai timur.
• Tanah depan (Foreland) Tertier
(peneplain) dengan Pegunungan Tigapuluh.
• Depresi Sub-Barisan.
• Barisan-Depan (Fore-Barisan)
dengan massa lipatan berlebihan (overthrust masses).
• Schiefer Barisan dengan
pelipatan yang hebat dan batuan metamorf Pre-tertier.
• Barisan Tinggi (High Barisan)
dengan vulkan- vulkan muda.
• Dataran alluvial
pantai barat.
Bumi Aceh dapat dikelompokkan ke dalam empat
golongan, wilayah:
1.Wilayah
dataran rendah.
2.Wilayah
Pegunungan Utara.
3.Wilayah
Pegunungan Tengah, atau Gayo
4.Wilayah Pegunungan Selatan, atau Alas.
Daerah Sumatera Utara dapat digolongkan ke dalam tiga wilayah fisiografi
utama, yaitu :
1. Wilayah dataran rendah.
2. Wilayah lipatan.
3. Wilayah pegunungan.
Daerah Sumatera Barat
dapat digolongkan ke dalam tiga wilayah fisiografi utama, yaitu :
1. Wilayah pegunungan vulkanik
2. Wilayah perbukitan tersier
3. Wilayah dataran rendah
Daerah Riau dapat digolongkan ke dalam tiga wilayah fisiografi utama,
yaitu: 1. Wilayah rawa
2. Wilayah Dataran rendah
3. Wilayah Perbukitan
Bengkulu,
dipisahkan dengan kedua propinsi yaitu Jambi dan Sumatra Selatan oleh Bukit
Barisan, sebuah pegunungan yang punggungnya cukup tinggi. Hanya di beberapa
tempat saja yang terdapat celah-celah yang cukup rendah dan lebar tempat
melintasi pegunungan itu. Oleh karena itu tidaklah mengherankan kalau Bengkulu
pada waktu yang lampau senantiasa terpencil, meskipun Kota Bengkulu pernah
menjadi benteng terakhir orang-orang Inggris di bawah pimpinan Raffles di
Indonesia.
Lampung adalah bentuk lanjutan dari
fisiografi Bengkulu dan Sumatra Selatan. Di pesisir barat terdapat dataran
rendah yang sempit. Kemudian terdapat wilayah pegunungan dengan dua jalur
punggung pegunungan di mana Slenk Semangko terdapat di antaranya. Mendekati
pantai timur terdapat Wilayah Dataran Rendah yang cukup lebar.
8.
BENTUK
TOPOGRAFI PULAU JAWA
Seperti
juga Sumatra, pulau ini dihubungkan juga dengan laut Dangkalan Sunda, sehingga
secara fisiografis termasuk Tanah Sunda Tengah. Dalam bab ini pembicaraan
mengenai pulau-pulau tersebut (Jawa dan Madura) dimasukkan dalam bagian daerah
Dangkalan Sunda. Tetapi secara geologis, seluruhnya termasuk ke dalam sistem
pegunungan muda Tertier yang mengelilingi Tanah Sunda Pre-Tertier, yang
membentuk bagian dari Sistem Pegunungan Sunda, seperti halnya Sumatra.
Jawa,
luasnya 127.000 km2 dan Madura 4.000 km2, seluruhnya
hampir sama dengan 4 X luas Negeri Belanda (luas Negeri Belanda, tanpa
“Zuiderzee” 34.181 km2). Panjang Pulau Jawa ± 1.000 km dan Madura
160 km.
Elemen
struktural yang pokok dari pulau ini ialah Geantiklinal Jawa Selatan yang
membentang di sepanjang separuh selatan pulau itu dan Geosynklinal Jawa Utara,
yang meliputi seluruh bagian utaranya. Dari Semarang ke timur, basin
geosinklinal ini menjadi bertambah lebar serta bercabang, menjadi cabang utara,
yaitu merupakan daerah bukit-bukit Rembang dan Madura; dan cabang selatan yang
terdiri dari Pegunungan Kendeng dan Selat Madura.
Geantiklinal
Jawa Selatan itu terbentuknya kurang menentu bila dibandingkan dengan rangkaian
Barisan yang membentuk kerangka geantiklinal Sumatra. Hal ini disebabkan karena
bagian puncak geantiklinal Jawa telah hancur (rusak) yang sekarang secara
fisiografis merupakan sebuah jalur depresi yang merupakan bekas geantiklinal
yang dahulu terangkat sebagai sebuah pulau.
Sayap
selatan geantiklinal Jawa itu dibentuk oleh Pegunungan Selatan yang merupakan
blok pengerutan miring ke arah Samudra Indonesia seperti halnya blok Bengkulu
di Sumatra. Di bagian tengah pulau Jawa, Pegunungan Selatan itu telah hilang di
bawah permukaan laut, sehingga di sini, depresi menengah itu (the median
depression) dibatasi oleh Samudra Indonesia. Gejala yang sama telah di amati di
Sumatra Utara (maksudnya, Aceh), yaitu tempat depresi Semangko yang dibatasi
oleh ambang tanah rendah (low land embayments) Singkil dan Meulaboh pada pantai
barat.Barisan pegunungan berapi aktif
dengan tinggi diatas 3.000 meter diatas permukaan laut berada di pulau ini,
salah satunya Gunung Merapi di Jawa Tengah dan Gunung Bromo di Jawa Timur yang
terkenal sangat aktif. Bagian selatan pulau berbatasan dengan Samudera India,
pantai terjal dan dalam, bagian utara pulau berpantai landai dan dangkal
berbatasan dengan Laut Jawa dan dipisahkan dengan pulau Madura oleh Selat
Madura. Di bagian barat pulau Jawa dipisahkan dengan pulau Sumatera oleh Selat
Sunda dan di bagian timur pulau Jawa dipisahkan dengan pulau Bali oleh Selat Bali.
9.
BENTUK TOPOGRAFI PULAU KALIMANTAN
Pulau Kalimantan terletak di sebelah
utara Pulau Jawa, sebelah timur Selat Malaka, sebelah barat Pulau
Sulawesi dan sebelah selatan Filiphina. Luas pulau Kalimantan adalah
743.330 km². Pulau Kalimantan dikelilingi oleh Laut Cina Selatan di bagian barat dan utara-barat, Laut Sulu di utara-timur, Laut Sulawesi dan Selat Makassar di timur serta Laut Jawa dan Selat Karimata di bagian selatan. Gunung Kinabalu (4095 m) yang terletak di Sabah, Malaysia ialah lokasi tertinggi di
Kalimantan. Selain itu terdapat pula Gunung Palung, Gunung
Lumut,
dan Gunung Liangpran. Sungai-sungai terpanjang di
Kalimantan adalah Sungai Kapuas (1143 km) di Kalimantan Barat, Indonesia, Sungai Barito (880 km) di Kalimantan Tengah, Indonesia, Sungai Mahakam (980 km) di Kalimantan Timur, Indonesia, Sungai Rajang (562,5 km) di Serawak, Malaysia. Jalan Nasional RI di
Kalimantan sepanjang 6.075,97 km yang secara umum dengan kondisi mantap baru
mencapai 77%.
Wilayah pulau Kalimantan dalam wilayah Republik
Indonesia, terletak diantara 40 24` LU - 40 10` LS dan
anatara 1080 30` BT - 1190 00` BT dengan luas wilayah
sekitar 535.834 km2. Berbatasan langsung dengan negara Malaysia
(Sabah dan Serawak) di sebelah utara yang panjang perbatasannya mencapai 3000
km mulai dari proinsi Kalimanatan Barat sampai dengan Kalimantan Timur. Sebagai
daerah yang memiliki kawasan perbatasan maka mempunyai persoalan/masalah yang
terkait ”illegal trading” apalagi penduduk kawasan negara tetangga jauh
lebih sejahtera dan pembangunannya maju pesat. Selain itu pesoalan ”illegal
loging” yang sering merusak potensi sumber daya alam (hutan tropis) kita
terus berkembang sejalan dengan tingkat ekonommi masyarakat perbatasan yang
belum maju tersebut.
Dilain pihak
pulau Kalimantan juga mempunyai potensi antara lain untuk ikut dalam sistem
kerangka kerjasama ekonomi regional seperti BIMP-EAGA (Brunai, Indonesia,
Malaysia, Philipina – Eastern Asian Growth Area) dan dilalui jalur perdagangan
laut internasional ALKI 1 dan ALKI 2.
Pulau Kalimantan sebagaian besar merupakan daerah
pegunungan / perbukitan (39,69 %), daratan (35,08 %), dan sisanya dataran
pantai/ pasang surut (11,73 %) dataran aluvial (12,47 %), dan lain–lain (0,93
%). Pada umumnya topografi bagian tengah dan utara (wilayah republik
Indonesia/RI) adalah daerah pegunungan tinggi dengan kelerengan yang terjal dan
merupakan kawasan hutan dan hutan lindung yang harus dipertahankan agar dapat
berperan sebagai fungsi cadangan air dimasa yang akan datang. Pegunungan utama
sebagai kesatuan ekologis tersebut adalah Pegunungan Muller, Schawaner, Iban
dan Kapuas Hulu serta dibagian selatan Pegunungan Meratus. Hasil hutan yang
potensi di Kalimantan adalah kayu industri, rotan, damar, dan tengkawang.
Sayangnya spesies hasil hutan seperti kayu gaharu, ramin, dan cendana sudah hampir
punah. Analisis ekonomi hasil hutan dengan ekosistimnya untuk menjaga
keseimbangan lingkungan perlu dilakukan untuk kesejahteraan masyarakat
setempat, wilayah dan ekonomi nasional.
Para Ahli agronomi sepakat bahwa tanah-tanah di
Kalimantan adalah tanah yang sangat miskin, sangat rentan dan sangat sukar
dikembangkan untuk pertanian. Lahan daratan memerlukan konservasi
yang sangat luas karena terdiri dari lahan rawa gambut, lahan bertanah asam,
berpasir, dan lahan yang memiliki kelerengan curam. Kalimantan dapat
dikembangkan, tetapi hanya dalam batas-batas ekologis yang agak ketat dan
dengan kewaspadaan tinggi. Lahan yang luas telah dieksploitasi secara buruk.
Operasi pembalakan yang dikelola dengan buruk pula, serta rencana-rencana
pertanian yang gagal, telah meninggalkan bekas-bekasnya pada bentang lahan di
Kalimantan. Padang Pasir putih yang luas dan kerangas yang mengalami Lateralisasi
menjadi merah dan ditinggalkan, padahal semula ditumbuhi hutan lebat. Setiap
tahun lautan padang alang-alang menjadi kering dan terbakar. Hutan tidak
mendapat kesempatan untuk mengadakan regeneresi dan lautan padang rumput terus
bertambah luas.
Sebagai besar lahan Gambut berada di Kalimantan tengah
dan selatan dan sebagaian kecil di pantai Kalimantan barat dan di Kaltim bagian
utara. Kondisi tanah di dataran teras pedalaman, pegunungan, dan bukit-bukit
relatif agak baik untuk kegiatan pertanian. Untuk ini diperlukan optimasi
pemanfaatan lahan agar hasil gunaanya dapat memberikan nilai ekonomis dan
perkembangan pada wilayah. Memilih kesesuaian ruang untuk kegiatan usaha yang
sesuai dengan kesesuan tanah sangat diperlukan.
Proses-proses ekologis utama adalah proses-proses yang
diatur atau ditentukan oleh ”ekosisitem dan sangat mempengaruhi produksi
pangan, kesehatan dan aspek lain untuk kelangsungan hidup manusia dan
pembangunan. Sistem penunjang kehidupan adalah ekosistem ekosistem utama
yang terlibat di dalamnya, beberapa ekosistem kehidupan yang menghadapi ancaman
bahaya terbesar adalah sistem pertanian, hutan, lahan basah dan sistem pesisir.
Potensi hidrologi di Kalimantan merupakan faktor
penunjang kegiatan ekonomi yang baik. Selain banyak danau-danau yang berpotensi
sebagai sumber penghasil perikanan khususnya satwa ikan langka, da hal ini
perlu dioptimasikan agar punya nilai ekonomis namun tetap menjaga fungsi dan
peran danau tersebut. Sejumlah sungai besar merupakan urat nadi transportasi
utama yang menjalarkan kegiatan perdagangan hasil sumber daya alam dan olahan
antar wilayah dan eksport-import.
Sungai-sungai
di Kalimantan ini cukup panjang dan yang terpanjang adalah sungai Kapuas (1.143
km) di Kalbar dan dapat menjelajah 65 % wilayah Kalimantan Barat.
Pencemaran sungai dikarenakan pembalakan hutan, buangan limbah industri
tanpa perlakukan, limbah rumah tangga dan limbah dari penambangan emas tanpa
izin telah menyebabkan alur perairan menjadi bahaya bila digunakan untuk
keperluan ruamah tangga dan menyebabkan kerugian berupa sebagian sumber daya
perikanan. Potensi pertambangan banyak terdapat di pegunungan dan perbukitan di
bagaian tengah dan hulu sungai.
Deposit pertambangan yang cukup potensial adalah emas,
mangan, bauksit, pasir kwarsa, fosfat, mika dan batubara. Tambang minyak dan
gas alam cair terdapat di dataran rendah, pantai, dan ”off sore”.
Kegiatan pertambangan ini seringkali menimbulkan konflik dengan pemanfaatan
ruang lainnya yaitu dengan kehutanan, perkebunan, dan pertanian. Oleh karenanya
optimasi pemanfaatan SDA agar tidak hanya sekedar mengejar manfaat ekonomi.
Kegiatan perkebunan pada umumnya berada pada wilayah di
perbukitan dataran rendah. Perkebunan yang potensi dan berkembang adalah :
sawit, kelapa, karet, tebu dan perkebunan tanaman pangan. Usaha perkebunan ini
sudah mulai berkembang banyak dan banyak investor mulai datang dari negara jiran,
karena keterbatasan lahan di negara jiran tersebut. Untuk terus dikembangkan
secara ekonomis dengan memanfaatkan lahan yang sesuai. Namun sekarang ini
pengembangan perkebunan juga mengancam kawasan perbukitan dataran tinggi, namun
di duga areal yang sebenarnya kurang cocok untuk perkebunan hanya sebagai dalih
untuk melakukan eksploitasi kayu.
Walaupun di Kalimantan terbebas dari bahaya gunung
berapi, patahan/sesar dan gempa bumi, namun masih mungkin terjadi beberapa
potensi bahaya lingkungan. Berdasarkan kajian Banter (1993) kemungkinan sering
terjadi erosi pada lereng barat laut pegunungan Schwener dan G Benturan, serta
di beberapa tempat lainnya di bagian tengan dan hulu sungai besar di
Kalimantan. Erosi sabagai akibat aberasi pantai terjadi di pantai barat,
selatan dan timur. Bahaya lingkungan lainnya adalah kebakaran hutan pada musim
kemarau sebagai akibat panas alam yang membakar batu bara yang berada di bawah
hutan tropis ini.
10.
BENTUK TOPOGRAFI PULAU SULAWESI
Pulau Sulawesi, merupakan pulau yang terpisah dari Kepulauan Sunda Besar bila ditilik dari kehidupan flora dan fauna oleh karena garis Wallace berada di sepanjang Selat Makassar, yang memisahkan pulau Sulawesi dari kelompok Kepulauan Sunda Besar di zaman es. Pulau Sulawesi merupakan gabungan dari 4 jazirah yang memanjang, dengan barisan pegunungan berapi aktif memenuhi lengan jazirah, yang beberapa di antaranya mencapai ketinggian diatas 3.000 meter diatas permukaan laut; tanah subur, ditutupi oleh hutan tropik lebat (primer dan sekunder).
Sulawesi
dilintasi garis katulistiwa di bagian seperempat utara pulau sehingga sebagian
besar wilayah pulau Sulawesi berada di belahan bumi selatan. Di bagian utara,
Sulawesi dipisahkan dengan pulau Mindanao - Filipina oleh Laut Sulawesi dan di
bagian selatan pulau dibatasi oleh Laut Flores. Di bagian barat pulau Sulawesi
dipisahkan dengan pulau Kalimantan oleh Selat Makassar, suatu selat dengan
kedalaman laut yang sangat dalam dan arus bawah laut yang kuat. Di bagian
timur, pulau Sulawesi dipisahkan dengan wilayah geografis Kepulauan Maluku dan
Irian oleh Laut Banda.
Secara
geologik pulau Sulawesi sangat labil secara karena dilintasi patahan kerak bumi
lempeng Pasifik dan merupakan titik tumbukan antara Lempeng Asia, Lempeng
Australia dan Lempeng Pasifik.
Kondisi topografi
Sulawesi umumnya pegunungan (60,1%) dan berbukit (18,5%), memanjang mulai dari
Sulawesi Utara ke arah selatan, timur dan tenggara. Lahan yang relatif datar
(11,5%) terdapat hanya di wilayah pesisir pantai dan banyak dilintasi oleh
sungai-sungai. Taman Nasional Lore Lindu berada pada ketinggian 200-2610 meter
di atas permukaan laut, puncak tertinggi adalah Gunung Nokilalaki (2355 m) dan
gunung Tokosa/Rorekatimbu (2610 m). Bentuk topografi bervariasi mulai dari
datar, landai, agak curam, curam, hingga sangat curam
Secara
morfologi, kondisi topografi wilayah kabupaten sangat bervariasi, yaitu dari
area dataran hingga area yang bergunung. Sekitar 38,26 persen atau seluas
31.370 Ha merupakan kawasan dataran hingga landai dengan kemiringan 0 - 15 persen.
Area perbukitan hingga bergunung dengan kemiringan di atas 40 persen,
diperkirakan seluas 25.625 Ha atau 31,25 persen.
Berdasarkan
klasifikasi menurut ketinggian diatas permukaan laut (dpl), wilayah kabupaten
terbagi ke dalam 5 (lima) klasifikasi ketinggian , dengan luasan sebagai
berikut :
1.
Area dengan ketinggian 0 - 25 meter dpl , seluas 3.788 ha
2.
Area dengan ketinggian 25 - 100 meter dpl, seluas 7.983 ha
3.
Area dengan ketinggian 100 - 500 meter dpl, seluas 45.535 ha
4.
Area dengan ketinggian 500 - 1000 meter dpl, seluas 17.368 ha
5.
Area dengan ketinggian > 1000 meter dpl, seluas 6.569 ha
Kondisi
topografi Sulawesi umumnya pegunungan (60,1%) dan berbukit (18,5%), memanjang
mulai dari Sulawesi Utara ke arah selatan, timur dan tenggara. Lahan yang
relatif datar (11,5%) terdapat hanya di wilayah pesisir pantai dan banyak
dilintasi oleh sungai-sungai.
11.
BENTUK TOPOGRAFI PULAU IRIAN
Pulau Papua (dahulu: Irian) adalah pulau yang kedua
luasnya di dunia setelah Tanahhijau (Greenland).
Papua terletak antara 00 19’ – 100 45’ LS dan 1300 45’
– 1500 48’ BT. Panjangnya 2.400 km dan lebar maksimum 660 km.
Bersama dengan pulau Frederik Hendrik (Pulau Kelopom, sekarang Pulau Dolak/Yos Sudarso) luasnya 785.360 km2,
dan bersama-sama dengan pulau-pulau kecil di sekitarnya, luasnya 805.000 km2.
Daerah yang termasuk Indonesia luasnya 394.000 km2.
Secara fisiografis Papua dapat dibedakan menjadi tiga bagian:
a.
Semenanjung barat atau Kepala Burung yang dihubungkan oleh leher yang
sempit dengan pulau utama (1300 – 1350 BT).
b.
Pulau utama atau Tubuh (antara 1350 – 143½0 BT).
c.
Bagian Timur termasuk juga Ekor-nya (143½0 – 1510
BT) (Papua Nugini)
Di sebelah utara Irian terdapat bagian dari Samudra Pasifik yang dalamnya ±
4.000 m yang di bagian utara dibatasi oleh pulau-pulau Karolina. Pulau-pulau
karang yang muncul dengan menanjak dari dasar samudra itu, (seperti Mapia di
sebelah utara Manokwari) menunjukkan bahwa bagian lautan ini menggambarkan
suatu blok kontinen yang tenggelam. Pikiran ini diperkuat oleh adanya amphibol
kristalin dan schist-schist kapur di Yapen (sebelah utara Teluk Geelvink) dan
pada pegunungan-pegunungan Cyclops serta Bougainville sepanjang pantai utara
Papua, baik di Jap di bagian barat maupun di Truk pada Karolina Timur. Blok
kontinen yang tenggelam di sebelah utara Irai ini telah dipandang sebagai tanah
batas dari Melanesia (Bemmelen, 1933). Ke arah selatan, Dangkalan Sahul (Laut Arafura
dan Selat Torres menghubungkan) Papua dengan Benua Australia.
Keadaan
topografi Papua bervariasi mulai dari dataran rendah berawa sampai dataran
tinggi yang dipadati dengan hutan hujan tropis, padang rumput dan lembah dengan
alang- alangnya. Dibagian tengah berjejer rangkaian pegunungan tinggi sepanjang
650 km. Salah satu bagian dari pegunungan tersebut adalah pegunungan Jayawijaya
yang terkenal karena disana terdapat tiga puncak tertinggi yang walaupun
terletak didekat katulistiwa namun selalu diselimuti oleh salju abadi iaitu
puncak Jayawijaya dengan ketinggian 5,030m (15.090 ft), puncak Trikora 5.160 m
(15.480 ft) dan puncak Yamin 5.100 m (15.300 ft). Sungai-sungai besar beserta
anak sungainya mengalir ke arah selatan dan utara. Sungai Digul yang bermula
dari pedalaman kabupaten Merauke mengalir ke Laut Arafura. Sungai Warenai,
Wagona dan Mamberamo yang melewati Kabupaten Jayawijaya, Paniai dan Jayapura
bermuara di Samudera Pasifik. Sungai-sungai tersebut mempunyai peranan penting
bagi masyarakat sepanjang alirannya baik sebagai sumber air bagi kehidupan
sehari-hari, sebagai penyedia ikan maupun sebagai sarana penghubung ke daerah luar.
Selain itu terdapat pula beberapa danau, diantaranya yang terkenal adalah Danau
Sentani di Jayapura, Danau Yamur, Danau Tigi dan Danau Paniai di Kabupaten
Nabire dan Paniai.
Topografi daerah
Papua yang dipenuhi hutan lebat, gunung, dan lembah tak memungkinkan dibukanya
jalan darat dengan cepat. Demikian pula di Kaimana, topografi berteluk- teluk
sehingga lebih mengandalkan transportasi air sebagai sarana perhubungan
antarkecamatan. Tak heran di setiap kecamatan di Kaimana terdapat dermaga
meskipun sederhana dan terbuat dari kayu. Di Kecamatan Teluk Arguni, misalnya,
dermaga kayu hanya dapat menampung kapal kecil yang masuk keluar ke Teluk
Arguni. Dermaga ini masih terpengaruh pasang surut. Kondisi serupa dijumpai
pula di Kecamatan Teluk Etna dan Buruway. Di Kecamatan Buruway terdapat jalan
darat, terbatas pada ibu kota kecamatan dan di Pulau Adi, sedangkan jalan akses
keluar kecamatan belum tersedia.
12.
BENTUK TOPOGRAFI PULAU NUSA TENGGARA
Pulau-pulau ini
terletak pada dua jalur geantiklinal, yang merupakan perluasan barat dari
Busur-busur Banda. Geantiklinal-dalam (misalnya utara, Busur Dalam) membujur
sari timur sampai ke pulau-pulau Romang, Wetar, Kambing, Alor atau Ombai,
Pantar, Lomblen, Solor, Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan
Bali. Busur-Luar (yaitu di bagian selatan) dibentuk oleh pulau-pulau Timor,
Semau, Roti, Sawu (Savu), Raijua, dan Dana.
Punggungan geantiklinal itu bercabang-cabang di dalam daerah Sawu. Salah
satu cabang membentuk sebuah cabang yang menurun ke arah laut melintasi Raijua
dan Dana, dan berakhir ke arah punggungan bawah-laut pada palung di sebelah
selatan Jawa; cabang yang lain merupakan rantai penghubung dengan busur dalam
yang melintasi pulau Sumba.
Ada tiga wilayah fisiografi yang jelas
kelihatan di gugusan Kepulauan Nusa Tenggara (Kep. Sunda Kecil), yaitu:
a.
Wilayah Pegunungan Volkanik, baik volkanik tua ataupun muda.
b.
Wilayah Dataran Rendah Aluvial.
c.
Wilayah yang tidak volkanik
Ketiga bentuk wilayah ini nampak jelas di Pulau Bali dan Lombok.
Wilayah Dataran Rendah Aluvial yang terdapat di kedua pulau ini dilandasi oleh
lapisan breksia, (istilah setempat dikenal dengan padas batu), yang sulit ditembus air. Adanya lapisan breksia itu
menyulitkan penggalian sumur untuk air minum.
Di Pulau Sumbawa wilayah dataran aluvial itu nampak di selatan
Tambora, dari Dorokempo – Dompu sampai Raba.
Di Nusa Tenggara
Timur wilayah dataran rendah ini meskipun ada, tetapi tidak jelas nampak karena
sempitnya, seperti misalnya di Flores. Sumba, Savu, Rote, Timor hanya terdiri dari
wilayah yang tidak volkanik. Batu gamping yang menjadi bahan utama gugusan
pulau-pulau terselatan pulau-pulau ini seringkali sulit diolah untuk tanah
pertanian.
13.
BENTUK TOPOGRAFI PULAU KEPULAUAN
MALUKU
Daerah ini merupakan
daerah relief yang beraneka ragam dengan basin-basin dan pegunungan-pegunungan;
sekarang proses pembentukan pegunungan berlangsung sangat aktif.
Maluku terdiri dari dua wilayah
fisiografi; yang pertama adalah lingkaran (busur) “dalam” Kepulauan
Maluku dari Wetar, P. Roma, Kep. Damar (P. Damar, P. Teun, P. Nila, P. Serui)
sampai Kepulauan Banda; kemudian di Maluku Utara, Pulau Tidore, Pulau Ternate,
sampai dengan bagian utara dari Pulau Halmahera, yang sifatnya volkanik.
1) Maluku
Utara
Maluku
Utara merupakan rantai penghubung antara Filipina di bagian utara, Irian di
bagian timur, dan Selawesi di bagian barat. Daerah ini tersusun dari
punggungan-punggungan bawah laut dan dataran-dataran yang kompleks, berupa
rangkaian dan gugusan pulau-pulau yang dipisahkan oleh basin-basin kecil dan
palung-palung laut. Kedalaman palung-palung itu pada umumnya 2000 – 4000 m dan
tinggi rata-rata daerah itu 1500 m.
Jadi
ternyata, bahwa Maluku Utara merupakan kulit bumi yang terangkat dengan kuat
dengan ketinggian rata-ratanya beberapa ribu meter di atas daerah sekelilingnya
yang tenggelam.
Maluku
Utara dibentuk oleh dua sistem
punggungan yang memusat, yang satu membatasi Basin Sulawesi yang cembung ke
timur, dan yang lain membatasi bagian tengah kelompok Halmahera yang cembung ke
barat. Berturut-turut akan kami sebut Sistem Sangihe dan Sistem
Ternate. Sistem Sangihe terdiri dari satuan-satuan berikut:
a)
Palung-belakang
(Back deep : Basin
Sulawesi.
b)
Busur dalam yang
vulkanis :
Punggungan Sangihe.
c)
Palung-antara
(Interdeep) :
Palung-palung Sangihe -
: Gorontalo.
d)
Busur luar
yang tak vulkanis :
Punggungan Talaud – Mayu.
Sistem-sistem ini membentuk mata
rantai antara busur Samar di Filipina serta Lengan Utara dan Timur
Sulawesi.
Sistem Ternate
terdiri dari elemen-elemen berikut:
a) Palung
belakang
Bagian umum dari
kelompok Halmahera, hanya sebagian yang tenggelam (Basin Halmahera).
b) Busur
dalam yang vulkanis
Zona Ternate (ujung
utara Halmahera, Hiri, Ternate, Tidore, Mare, Makian).
c) Palung
antara
Palung Morotai –
Ternate – Bacan.
d) Busur
luar yang tak vulkanis
Punggungan Snellius –
Mayu – Obi.
Ternyata bahwa pada punggungan Mayu di
bagian tengah Laut Maluku kedua sistem tersebut jalin-menjalin; punggungan Mayu
merupakan busur luar dari kedua sistem ini. Kondisi ini merupakan fakta
geotektonik yang penting.
2)
Maluku Selatan atau Busur Banda
Busur Banda
terletak pada ujung timur (bagian) dari sebuah sistem pegunungan besar dunia (Sistem
orogenesis/ Pegunungan Sunda) yang panjangnya di Indonesia kira-kira
7.000 km. Bentuknya melengkung dan membatasi kepulauan Indonesia pada sisi
barat dan selatannya. Busur-busur tersebut dapat diikuti mulai dari Birma
(sekarang Myanmar) lewat Andaman dan Nikobar, Sumatra, Jawa dan pulau-pulau
Sunda Kecil menuju ke Busur-busur Banda. Sepanjang sistem pegunungan besar
ini, busur tersebut terdiri dari dua geantiklinal (geo-antiklinal)
yang sejajar, yaitu sebuah busur dalam yang vulkanis dan sebuah busur
luar yang tidak vulkanis (tetapi seismik), dengan dorongan-dorongan
yang menuju ke arah luar.
14.
HUBUNGAN KONTUR LERENGDENGAN
BERBAGAI TUMBUHAN
Kontur lereng sangat
bermanfaat pada tumbuhan karena dapat mengurangi erosi, mengurangi kehilangan
unsur hara, dan mempercepat pengolahan tanah apabila menggunakan tenaga ternak
atau traktor karena luku atau alat pengolah tanah yang lain. Tingkat erosi suatu
lahan akan sangat berpengaruh terhadap kesuburan tanah untuk pertanian. Semakin
tinggi/besar tingkat erosi tanah permukaannya berarti semakin tidak subur dan
tidak cocok untuk tanaman pertanian pangan. Ketinggian tempat adalah ketinggian dari
permukaan air laut (elevasi). Ketinggian tempat mempengaruhi perubahan suhu
udara. Semakin tinggi suatu tempat, misalnya pegunungan, semakin rendah suhu
udaranya atau udaranya semakin dingin. Semakin rendah daerahnya semakin tinggi
suhu udaranya atau udaranya semakin panas. Oleh karena itu ketinggian suatu
tempat berpengaruh terhadap suhu suatu wilayah. Perubahan suhu ini tentunya
mengakibatkan perbedaan jenis tumbuhan pada wilayah-wilayah tertentu sesuai
dengan ketinggian tempatnya.
15.
HUBUNGAN KONTUR DENGAN EROSI
Kontur lereng dan Erosi sangan berkaitan
utamanya untuk menjaga kestabilan lahan pertanian daerah miring dan salah satu
usaha untuk mengurangi tingkat erosi tanah. Topografi adalah bentuk kemiringan
dan panjang lereng yang dapat menentukan laju aliran air di permukaan. Pada
lahan datar percikan air melemparkan partikel-partikel tanah ke segala
arah, sedangkan pada lahan yang miring
partikel-partikel tanah banyak yang terlempar ke arah bawah sesuai dengan
kemiringan lereng. Tanah yang mudah tererosi ditinjau dari segi kontur lereng:
1.
Tanah tidak dibuat tanggul pasangan (guludan) sebagai
penahan erosi
2.
Tanah miring tidak dibuat teras-teras dan guludan sebagai
penyangga air
Pada
tanah yang memiliki land slope 5%-10% gejala-gejala erosi pada top soil bisa
terjadi. Sehingga perlu dilakukan tindakan-tindakan praktis untuk
mempertahankan produktivitasnya. Misalnya dengan melakukan penanaman menurut
kontur dan cross slope seeding of legumes. Pada tanah yang yang memiliki land
slope yang lebih curam yaitu antara 15%-25% yang menurut penelitian lapisan top
soilnya hampir seluruhnya terhanyutkan makam perlu dibuatkan sengkedan dan
drinage yang baik agar saat hujan deras pengikisan lapisan top soilnya dapat
dikurangi.
Selanjutnya
tanah yang memiliki land slope antar 25%-35%, yang berdasarkan penelitian
bagian top soil-nya telah tererosi hebat, kandungan kelembabannya sangat
dipengaruhi angin kencang, akan tetapi dalam batas-batas tertentu masih dapat
ditanami misalnya :tanaman yang tumbuhnya rapat, rumput-rumputan atau jenis makanan
ternak. Dengan membiarkan jenis rerumputan tumbuh didaerah ini, kemungkinan
lapisan permukaan akan sedikit demi sedikit terbentuk kembali. Tanah yang
memiliki land slope melebihi 40% sebaiknya dipelihara sebagai tanah-tanah
hutan, ditanami dengan tanaman keras sedang ground cover crops-nya seperti
rerumputan dan semak belukar, dengan cara ini erosi dapat dihambat.
Tanah dibagian bawah lereng mengalami
erosi yang sangat berat dibandingkan di atas lereng karena semakin ke bawah,
air yang terkumpul semakin banyak dan kecepatan aliran juga meningkat, sehingga
daya erosinya besar. Beberapa pakar mendapatkan bahwa erosi meningkat 1,5 kali
bila panjang lereng menjadi dua kali lebih panjang. Pada dasarnya erosi
merupakan proses perataan kulit bumi. Jadi selama kulit bumi tidak rata, erosi
akan tetap terjadi dan tidak mungkin untuk menghentikannya. Oleh karena itu
usaha konservasi tanah tidak berusaha untuk menghentikan erosi, tetapi hanya
mengendalikan erosi ke suatu nilai tertentu yang tidak merugikan. Studi kelerengan
bisa menjadi parameter seberapa besar tingkat erosi yang terjadi. Jika lereng
permukaan menjadi dua kali lebih curam maka banyaknya erosi persatuan luas
menjadi 2,0-2,5 lebih banyak dengan kata lain erosi semakin besar dengan makin
curamnya lereng. Sementara besarnya erosi menjadi lebih dari dua kali lebih
curam, jumlah aliran permukaan tidak banyak bertambah bahkan cenderung
mendatar. Hal ini disebabkan jumlah aliran permukaan dibatasi oleh jumlah air
hujan yang jatuh (Sitanala Arsyad, 1989).
Faktor lereng sangat mempengaruhi erosi
yang terjadi. Pengaruh lereng pada proses terjadinya erosi yaitu mempengaruhi
besarnya energy penyebab erosi. Karakteristik lereng yang mempengaruhi besarnya
energy penyebab erosi adalah:
1. Kemiringan
lereng
2. Panjang
lereng
3. Bentuk
lereng
Kemiringan lereng mempengaruhi kecepatan
dan volume limpasan permukaan. Makin curam suatu lereng maka kecepatan lereng
permukaan semakin besar. Dengan demikian maka semakin singkat pula kesempatan
air untuk melakukan infiltrasi sehingga volume aliran permukaan besar. Panjang
lereng mempengaruhi besarnya limpasan permukaan, semakin panjang suatu lereng
maka semakin besar limpasannya. Apabila volume besar maka besarnya kemampuan
untuk menimbulkan erosi juga semakin besar.
Kemiringan lereng dapat dihitung dari
peta topografi/rupa bumi, namun demikian panjang lereng erosi tidak dapat
diukur dari peta karena yang terukur adalah panjang lereng bukit. Besarnya
indeks panjang dan kemiringan lereng dapat ditentukan dengan cara menghitung
kerapatan garis kontur per satuan panjang.
16.
HUBUNGAN KONTUR LERENG DENGAN
MANFAAT DAN KONSERVASI LAHAN
Kontur lereng
berpengaruh terhadap konservasi lahan. Sehingga lahan dapat dikelola dengan
baik untuk kepentingan sekarang dan masa yang akan datang.
Konservasi merupakan upaya memelihara
atau menjaga kelestarian untuk menyangga kehidupan. Konservasi tanah diartikan
sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan
kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan persyaratan yang
diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sifat-sifat fisik dan kimia
tanah dan keadaan topografi lapangan menentukan kemampuan untuk suatu
penggunaan dan perlakuan yang diperlukan. Sistem untuk penilaian tanah tersebut
dirumuskan dalam sistem klasifikasi dalam kemampuan lahan yang ditujukan untuk
mencegah kerusakan tanah oleh erosi, memperbaiki tanah yang rusak, memelihara
serta meningkatkan produktifitas tanah agar dapat digunakan secara lestari
(Sitanala Arsyad, 1989). Dengan demikian maka konservasi tanah tidaklah berarti
penundaan penggunaan tanah atau pelarangan penggunaan tanah, tetapi penyesuaian
macam penggunaannya dengan syarat-syarat yang diperlukan, agar dapat berfungsi
secara lestari.
Pengolahan tanah menurut kontur
dilakukan dengan pembajakan membentuk jalur-jalur menurut kontur atau memotong
lereng, sehingga membentuk jalur-jalur tumpukan tanah dan alur yang menurut
kontur atau melintang lereng. Pengolahan tanah menurut kontur akan lebih
efektif jika diikuti dengan penanaman menurut garis kontur.
Pengolahan
menurut kontur antara lain:
1. Guludan
Guludan adalah tumoukan tanah yang dibuat memanjang
menurut garis kontur atau memotong arah garis lereng. Jarak guludan dibuat
tergantung pada kecuraman lereng. Sistem ini biasa diterapkan pada tanah yang
kepekaan erosinya rendah dengan kemiringan sampai 6%.
2. Guludan
bersaluran
Guludan bersaluran memanjang menurut arah garis
kontur atau memotong lereng di sebelah atas guludan dibuat saluran yang
memanjang mengikuti guludan. Pada metode ini guludan diperkuat dengan tanaman
rumput, perdu atau pohon-pohonan yang tidak tinggi. Guludan bersaluran dapat
dibuat pada tanah dengan kemiringan lereng 12%
3. Parit
pengelak
Parit pengelak adalah semacam parit yang memotong
arah lereng dengan kemiringannya yang kecil sehingga kecepatan alir tidak lebih
dari 0,5m/detik. Cara ini biasa dibuat pada tanah yang berlereng panjang dan
seragam yang permeabilitasnya rendah. Fungsi parit ini untuk menampung dan
menyalurkan aliran permukaan dari bagian atas lereng dengan kecepatan rendah ke
saluran pembuangan yang ditanami oleh rumput.
4. Teras
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan
menahan air sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan dan
memungkinkan penyerapan air oleh tanah.