BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian Filsafat Ilmu
Adalah benar jika pertimbangan itu
bersifat konsisten dengan pertimbangan l
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemology (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Sedangkan Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Menurut The Liang Gie (1999), filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segalhal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.
Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemology (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Sedangkan Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Menurut The Liang Gie (1999), filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segalhal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.
A.EPISTEMOLOGI
Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan. Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu, ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya, dan relasi eksak antara ‘alim (subjek) dan ma’lum (objek). Atau dengan kata lain, epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul,asumsi dasar
Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan. Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu, ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya, dan relasi eksak antara ‘alim (subjek) dan ma’lum (objek). Atau dengan kata lain, epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti asal-usul,asumsi dasar
B.ONTOLOGI
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua.bentuknya.Dengan demikian Ontologi Ilmu (dimensi ontologi Ilmu) adalah Ilmu yang mengkaji wujud (being) dalam perspektif ilmu — ontologi ilmu dapat dimaknai sebagai teori tentang wujud dalam perspektif objek materil ke-Ilmuan, konsep-konsep penting yang diasumsikan oleh ilmu ditelaah secara kritis dalam ontologi ilmu.
C.AKSIOLOGI
Axiologi adalah ilmu yang mengkaji tentang nilai-nilai.
Axiologi (teori tentang nilai) sebagai filsafat yang membahas apa kegunaan ilmu pengetahuan manusiademikian DenganAksiologi adalah nilai-nilai (value) sebagai tolok ukur kebenaran (ilmiah), etik, dan moral sebagai dasar normative dalam penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu (Wibisono,2001)
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua.bentuknya.Dengan demikian Ontologi Ilmu (dimensi ontologi Ilmu) adalah Ilmu yang mengkaji wujud (being) dalam perspektif ilmu — ontologi ilmu dapat dimaknai sebagai teori tentang wujud dalam perspektif objek materil ke-Ilmuan, konsep-konsep penting yang diasumsikan oleh ilmu ditelaah secara kritis dalam ontologi ilmu.
C.AKSIOLOGI
Axiologi adalah ilmu yang mengkaji tentang nilai-nilai.
Axiologi (teori tentang nilai) sebagai filsafat yang membahas apa kegunaan ilmu pengetahuan manusiademikian DenganAksiologi adalah nilai-nilai (value) sebagai tolok ukur kebenaran (ilmiah), etik, dan moral sebagai dasar normative dalam penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu (Wibisono,2001)
Beberapa
Pandangan dan Cabang Filsafat
Pandangan idealisme menyatakan bahwa
realitas yang tampak oleh indera manusia adalah bayangan dari ide atau idea
yang merupakan realitas yang fundamental. Implikasi dari pandangan ini ialah
adanya kecenderungan dari kelompok yang mengikutinya untuk menghormati budaya
dan tradisi serta hal-hal yang bersifat spiritua Humanisme individu
mengutamakan kemerdekaan berpikir, mengemukakan pendapat, dan berbagai
aktivitas yang kreatif. Kemampuan ini disalurkan melalui kesenian,
kesusastraan, musik, teknologi, dan penguasaan tentang ilmu kealaman Humanisme
sosial mengutamakan pendidikan bagi masyarakat keseluruhan untuk kesejahteraan
sosial dan perbaikan hubungan antarmanusia liran empirisme berpandangan bahwa
pernyataan yang tidak dapat dibuktikan melalui pengalaman adalah tanpa arti.
Ilmu harus dapat diuji melalui pengalaman. Para penganut rasionalisme
berpandangan bahwa satu-satunya sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah
rasio (akal) seseorang .Kritisme menjembatani kedua pandangan yaitu
rasionalisme dan empirisme.Filsafat dibagi dalam beberapa cabang atau bagian
filsafat, yaitu epistemologi, metafisika, logika, etika, estetika, dan filsafat
ilmu.Epistemologi membahas hal-hal yang bersifat mendasar tentang pengetahuan.
Metafisika dikemukakan oleh Andronikos dari kumpulan tulisan Aristoteles yang
membahas hakikat berbagai realitas yang diamati oleh manusia dalam dunia nyata.
Logika menekankan pentingnya penalaran dalam upaya menuju kepada kebenaran.
Etika disebut juga sebagai filsafat moral karena menitikberatkan pembahasannya
pada masalah baik dan buruk, kesusilaan dalam kehidupan masyarakat. Estetika
menekankan pada pembahasan keindahan, sedangkan filsafat llmu membahas hakikat
ilmu, penerapan metode filsafat untuk menemukan alas realitas yang dipersoalkan
oleh ilmu.
Dasar-DasarpengetahuanPenalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Pengetahuan dapat berkemabng pada manusia disebabkan oleh dua hal yaitu mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan dengan cepat. Kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikirtertentu.Perasaan merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan kegiatan berpikir di mana penalaran itu disebut dengan intuisi. Kegiatan suatu berpikir yang non analitik yang tidak berdasarkan diri kepada suatu pola berpikir.
Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif yakni menyangkut tentang rasio, pengalama, intuisi dan wahtu.
Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu karena logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan: Teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi.
Secara logis dalam sejarah terdapat dua macam logika, yaitu : logika naturalis (alamiah) dan logika artificialis (buatan atau ilmiah).Logika formal yang tradisional atau singkat dengan logika mempunyai 2 komponen, yaitu : pengertian dan ide.Ujian kebenaran yang dinamakan teori korespondensi adalah paling diterima secara luas oleh kelompok realis. Menurut teori ini, kebenaran adalah kesetiaan kepada realita obyektif (fidelity to objective reality). Kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara pertimbangan (judgement) dan situasi yang pertimbangan itu berusaha untuk melukiskan, karena kebenaran mempunyai hubungan erat dengan pernyataan atau pemberitaan yang kita lakukan tentang sesuatu (Titus, 1987:237).
Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar (Jujun, 1990:55)., artinya pertimbangan ain yang telah diterima kebenarannya, yaitu yang koheren menurut logikaOntologi Objek telaah ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi filsafat pada umumnya di lakukan oleh filsafat metaphisika. Istilah ontologi banyak di gunakan ketika kita membahas yang ada dlaam konteks filsafat ilmu.
Dasar-DasarpengetahuanPenalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Pengetahuan dapat berkemabng pada manusia disebabkan oleh dua hal yaitu mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan dengan cepat. Kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikirtertentu.Perasaan merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan kegiatan berpikir di mana penalaran itu disebut dengan intuisi. Kegiatan suatu berpikir yang non analitik yang tidak berdasarkan diri kepada suatu pola berpikir.
Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif yakni menyangkut tentang rasio, pengalama, intuisi dan wahtu.
Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu karena logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan: Teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi.
Secara logis dalam sejarah terdapat dua macam logika, yaitu : logika naturalis (alamiah) dan logika artificialis (buatan atau ilmiah).Logika formal yang tradisional atau singkat dengan logika mempunyai 2 komponen, yaitu : pengertian dan ide.Ujian kebenaran yang dinamakan teori korespondensi adalah paling diterima secara luas oleh kelompok realis. Menurut teori ini, kebenaran adalah kesetiaan kepada realita obyektif (fidelity to objective reality). Kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara pertimbangan (judgement) dan situasi yang pertimbangan itu berusaha untuk melukiskan, karena kebenaran mempunyai hubungan erat dengan pernyataan atau pemberitaan yang kita lakukan tentang sesuatu (Titus, 1987:237).
Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar (Jujun, 1990:55)., artinya pertimbangan ain yang telah diterima kebenarannya, yaitu yang koheren menurut logikaOntologi Objek telaah ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi filsafat pada umumnya di lakukan oleh filsafat metaphisika. Istilah ontologi banyak di gunakan ketika kita membahas yang ada dlaam konteks filsafat ilmu.
Ontologi membahas tentang yang ada,
yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang
yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi
berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan
Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua
bentuknya.Ontologi merupakan suatu teori tentang makna dari suatu objek,
property dari suatu objek, serta relasi objek tersebut yang mungkin terjadi
pada suatu domain pengetahuan. Ringkasnya, pada tinjauan filsafat, ontologi
adalah studi tentang sesuatu yang ada.Pembahasan ontologi terkait dengan
pembahasan mengenai metafisika
Mengapa ontologi terkait dengan
metafisika? Ontologi membahas hakikat yang “ ada “, metafisika menjawab
pertanyaan apakah hakikat kenyataan ini sebenar-benarnya? Pada suatu
pembahasan, metafisiska merupakan bagian dari ontologi, tetapi pada [pembahasan
lain ontologi merupakan salah satu dimensi saja dari metafisika. Karena itu,
metafisika dan ontologi merupakan dua hal yang saling terkait. Bidang metafisika
merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati, termasuk pemikiran
ilmiah. Metafisika berusaha menggagas jawaban tentang pakah alam ini.
Asumsi diperlukan untuk mengatasi penelaah suatu permasalahan menjadi lebar. Semakin terfokus objek telaah suatu bidang kajian, semakin memerlukan asumsi yang lebih banyak. Asumsi dapat dikatakan merupakan latar belakang intelektual uatu jalur pemikiran. Asumsi dapat diartikan pula sebagai merupakan gagasan primitif, atau gagasan tanpa penumpu yang diperlukan untuk menumpu gagasan lain yang akan muncul kemudian.Asumsi diperlukan untuk menyuratkan segala hal yang tersirat. McMullin (2002) menyatakan hal yang mendasar yang harus ada dalam ontologi suatu ilmu pengetahuan adalah menentukan asusmsi pokok (the standard presumption) keberadaan suatu objek sebelum melakukan penelitian. Dasar teori keilmuan di dunia ini tidak akan pernah terdapat hal yang pasti mengenai satu kejadian, hanya kesimpulan yang probabilitas. Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar pengambilan keputusan di mana didasarkan pada penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif.
Dalam aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan, yaitu etika dan estetika. Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada prilaku, norma dan adat istiadat manusia. Etika adalah bagian dari filsafat nilai dan penilaian yang membicarakan perilaku orang. Semua perilaku memiliki nilai dan tidak bebas nilai, perilaku bisa beretika baik dan tidak baik
Estetika juga bagian dari filsafat nilai dan penilaian yang memandang karya manusia dari sudut indah dan jelek. Keduanya pasangan dikotomis, dalam arti bahwa yang dimasalahkan secara esensial adalah pengindraan atau persepsi yang menimbulkan rasa senang dan nyaman pada suatu pihak, dan rasa tidak senang dan tidak nyaman pada pihak lainaksiologilmu menghasilkan teknologi yang akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga bisa menjadi bencana bagi manusia. Disinilah pemanfaatan pengetahuan dan teknologi harus diperharikan sebaik-baiknya. Dalam filsafati penerapan teknologi meninjaunya darisegi aksiologi keilmuwan.Aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab agar produk keilmuwan sampai dan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat
Asumsi diperlukan untuk mengatasi penelaah suatu permasalahan menjadi lebar. Semakin terfokus objek telaah suatu bidang kajian, semakin memerlukan asumsi yang lebih banyak. Asumsi dapat dikatakan merupakan latar belakang intelektual uatu jalur pemikiran. Asumsi dapat diartikan pula sebagai merupakan gagasan primitif, atau gagasan tanpa penumpu yang diperlukan untuk menumpu gagasan lain yang akan muncul kemudian.Asumsi diperlukan untuk menyuratkan segala hal yang tersirat. McMullin (2002) menyatakan hal yang mendasar yang harus ada dalam ontologi suatu ilmu pengetahuan adalah menentukan asusmsi pokok (the standard presumption) keberadaan suatu objek sebelum melakukan penelitian. Dasar teori keilmuan di dunia ini tidak akan pernah terdapat hal yang pasti mengenai satu kejadian, hanya kesimpulan yang probabilitas. Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar pengambilan keputusan di mana didasarkan pada penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif.
Dalam aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan, yaitu etika dan estetika. Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada prilaku, norma dan adat istiadat manusia. Etika adalah bagian dari filsafat nilai dan penilaian yang membicarakan perilaku orang. Semua perilaku memiliki nilai dan tidak bebas nilai, perilaku bisa beretika baik dan tidak baik
Estetika juga bagian dari filsafat nilai dan penilaian yang memandang karya manusia dari sudut indah dan jelek. Keduanya pasangan dikotomis, dalam arti bahwa yang dimasalahkan secara esensial adalah pengindraan atau persepsi yang menimbulkan rasa senang dan nyaman pada suatu pihak, dan rasa tidak senang dan tidak nyaman pada pihak lainaksiologilmu menghasilkan teknologi yang akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga bisa menjadi bencana bagi manusia. Disinilah pemanfaatan pengetahuan dan teknologi harus diperharikan sebaik-baiknya. Dalam filsafati penerapan teknologi meninjaunya darisegi aksiologi keilmuwan.Aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab agar produk keilmuwan sampai dan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat
TEKNOLOGI,
ETIKA, ESTETIKA dan BIOETIKA
TEKNOLOGI
Tak banyak orang yang mengenal
filsafat teknologi. Karena filsafat umumnya kita kenal sebagai maha ilmuyang
membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan eksistensi manusia,Tuhan ataupun
Wujud (realitas). Untuk itu menghubungkan filsafat danteknologi akan terkesan
tak biasa. Padahal filsafat teknologi adalahsalah satu genre dalam ranah
filsafat yang dapat dikatakan banyakmenarik perhatian para filsuf.
Nilai praktis teknologi dalam proses transfer teknologi dapat diinterpretasikan secara berbeda bahkan tidak dimengerti. Namun bila nilai praktis dapat dimengerti, proses transfer teknologi menjadi mudah. Dapat dikatakan tidak ada kegiatan hermeneutis. Orang PapuaNugini misalnya dapat mengkonversikan pisau/kapak dari batu menjadi pisau/kapak dari besi karena nilai praktis yang dapat dimengerti atausama. Berbeda ketika mereka pertama kali melihat senapan. Mereka tidakmengerti nilai praktis senapan. Perlu adanya kegiatan hermeneutis sebelum senapan menjadi penting dan berguna. Jadi sama seperti kita pertama kali melihat komputer atau teknologi lainnya. Orang yang tidak mengerti nilai praktis teknologi tentunya akan bertanya-tanya ketikamelihat benda teknologi tersebut
Nilai praktis teknologi dalam proses transfer teknologi dapat diinterpretasikan secara berbeda bahkan tidak dimengerti. Namun bila nilai praktis dapat dimengerti, proses transfer teknologi menjadi mudah. Dapat dikatakan tidak ada kegiatan hermeneutis. Orang PapuaNugini misalnya dapat mengkonversikan pisau/kapak dari batu menjadi pisau/kapak dari besi karena nilai praktis yang dapat dimengerti atausama. Berbeda ketika mereka pertama kali melihat senapan. Mereka tidakmengerti nilai praktis senapan. Perlu adanya kegiatan hermeneutis sebelum senapan menjadi penting dan berguna. Jadi sama seperti kita pertama kali melihat komputer atau teknologi lainnya. Orang yang tidak mengerti nilai praktis teknologi tentunya akan bertanya-tanya ketikamelihat benda teknologi tersebut
ETIKA
Istilah etika berasal dari kata
“ethos” (Yunani) yang berarti adat kebiasaan. Dalam istilah lain, para ahli
yang bergerak dalam bidang etika menyubutkan dengan moral, berasal dari bahasa
Yunani, juga berarti kebiasaan. Etika merupakan teori tentang nilai, pembahasan
secara teoritis tentang nilai, ilmu kesusilaan yang meuat dasar untuk berbuat
susila. Sedangkan moral pelaksanaannya dalam kehidupan.
Jadi, etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan perbutan manusia. Cara memandangnya dari sudut baik dan tidak baik, etika merupakan filsafat tentang perilaku manusia.Etika adalah suatu cabang filsafat yang membicarakan tentang perilaku manusia. Atau dengan kata lain, cabang filsafat yang mempelajari tentang baik dan buruk.Istilah lainya yang memiliki konotasi makna dengan etika adalah moral. Kata moral dalam bahasa Indonesia berasal dari kata bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan. KataNmores ini mempunyai sinonim; mos, moris, manner mores, atau manners, morals. Kata moral berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tatatertib hatinurani yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup. Kata moral iniNdalam bahasa Yunani sama dengan ethos yang menjadi etika. Secara etimologis, etikaNadalah ajaran tentang baik buruk, yang diterima umumTentang,sikap,perbuatan,kewajibandansebagainya.
ESTETIKA
Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan pengalaman-pengalaman kita yang berhubungan dengan seni. Hasil-hasil ciptaan seni didasarkan atas prinsip-prinsip yang dapat dikelompokkan sebagai rekayasa, pola, bentuk dsb.
Estetika, membicarakan seni dan budaya seringkali tidak bisa dilepaskan dari apa yang namanya estetika. Estetika ibarat nyawa atau jiwa dalam sebuah karya seni bagi saya.
Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.
Pada masa kini estetika bisa berarti tiga hal, yaitu:1. Studi mengenai fenomena estetis,
2. Studi mengenai fenomena persepsi,3.Studi mengenai seni sebagai hasil pengalaman estetis.
BIOETIKA
Bioetika adalah biologi dan ilmu kedokteran yang menyangkut masalah di bidang kehidupan, tidak hanya memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan kemungkinan timbulnya pada masa yang akan datang.Tiga.etika dalam bioetika
Jadi, etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan perbutan manusia. Cara memandangnya dari sudut baik dan tidak baik, etika merupakan filsafat tentang perilaku manusia.Etika adalah suatu cabang filsafat yang membicarakan tentang perilaku manusia. Atau dengan kata lain, cabang filsafat yang mempelajari tentang baik dan buruk.Istilah lainya yang memiliki konotasi makna dengan etika adalah moral. Kata moral dalam bahasa Indonesia berasal dari kata bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan. KataNmores ini mempunyai sinonim; mos, moris, manner mores, atau manners, morals. Kata moral berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tatatertib hatinurani yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup. Kata moral iniNdalam bahasa Yunani sama dengan ethos yang menjadi etika. Secara etimologis, etikaNadalah ajaran tentang baik buruk, yang diterima umumTentang,sikap,perbuatan,kewajibandansebagainya.
ESTETIKA
Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan pengalaman-pengalaman kita yang berhubungan dengan seni. Hasil-hasil ciptaan seni didasarkan atas prinsip-prinsip yang dapat dikelompokkan sebagai rekayasa, pola, bentuk dsb.
Estetika, membicarakan seni dan budaya seringkali tidak bisa dilepaskan dari apa yang namanya estetika. Estetika ibarat nyawa atau jiwa dalam sebuah karya seni bagi saya.
Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.
Pada masa kini estetika bisa berarti tiga hal, yaitu:1. Studi mengenai fenomena estetis,
2. Studi mengenai fenomena persepsi,3.Studi mengenai seni sebagai hasil pengalaman estetis.
BIOETIKA
Bioetika adalah biologi dan ilmu kedokteran yang menyangkut masalah di bidang kehidupan, tidak hanya memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan kemungkinan timbulnya pada masa yang akan datang.Tiga.etika dalam bioetika
1.Etika
sebagai nilai-nilai dan asa-asas moral yang dipakai seseorang atau suatu
keloompok sebagai pegangan bagi tingkah lakunya.
2.Etika
sebagai kumpulan asas dan nilai yang berkenaan dengan moralitas (apa yang
dianggap baik atau buruk). Misalnya: Kode Etik Kedokteran, Kode Etik Rumah
Sakit.
3.Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut norma dan nilai-nilai moral
3.Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut norma dan nilai-nilai moral
GEOGRAFI
Bangsa Yunani adalah bangsa yang pertama dikenal secara aktif menjelajahi geografi sebagai ilmu dan filosofi, dengan pemikir utamanya Thales dari Miletus, Herodotus, Eratosthenes, Hipparchus, Aristotle, Dicaearchus dari Messana, Strabo, dan Ptolemy. Bangsa Romawi memberi sumbangan pada pemetaan karena mereka banyak menjelajahi negeri dan menambahkan teknik baru. Salah satu tekniknya adalah periplus, deskripsi pada pelabuhan dan daratan sepanjang garis pantai yang bisa dilihat pelaut di lepas pantai; contoh pertamanya adalah Hanno sang Navigator dari Carthaginia dan satu lagi dari Laut Erythraea, keduanya selamat di laut menggunakan teknik periplus dengan mengenali garis pantai laut MerahdanTelukPersi.Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu gêo (“Bumi”) dan graphein (“menulis”, atau “menjelaskan”).
Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan “lokasi pada ruang.” Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.Oleh karena itu, definisi geografi secara luas adalah ilmu yang mempelajari bumi bagian dalam, permukaan bumi, dan atas (luar angkasa) secara keseluruhan yang berinteraksi dengan alam lingkungannva. Supaya pandangan tentang geografi itu lebih luas berikut ini beberapa pendapat para ahli geogarfi.
Geografer menggunakan empa tpendekatan:Sistematis – Mengelompokkan pengetahuan geografis menjadi kategori yang kemudian dibahas secara global.Regional – Mempelajari hubungan sistematis antara kategori untuk wilayah tertentu atau lokasi di atas planet.Deskriptif – Secara sederhana menjelaskan lokasi suatu masalah dan populasinya.Analitis – Menjawab kenapa ditemukan suatu masalah dan populasi tersebut pada wilayah geografis tertentu
Bangsa Yunani adalah bangsa yang pertama dikenal secara aktif menjelajahi geografi sebagai ilmu dan filosofi, dengan pemikir utamanya Thales dari Miletus, Herodotus, Eratosthenes, Hipparchus, Aristotle, Dicaearchus dari Messana, Strabo, dan Ptolemy. Bangsa Romawi memberi sumbangan pada pemetaan karena mereka banyak menjelajahi negeri dan menambahkan teknik baru. Salah satu tekniknya adalah periplus, deskripsi pada pelabuhan dan daratan sepanjang garis pantai yang bisa dilihat pelaut di lepas pantai; contoh pertamanya adalah Hanno sang Navigator dari Carthaginia dan satu lagi dari Laut Erythraea, keduanya selamat di laut menggunakan teknik periplus dengan mengenali garis pantai laut MerahdanTelukPersi.Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu gêo (“Bumi”) dan graphein (“menulis”, atau “menjelaskan”).
Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan “lokasi pada ruang.” Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.Oleh karena itu, definisi geografi secara luas adalah ilmu yang mempelajari bumi bagian dalam, permukaan bumi, dan atas (luar angkasa) secara keseluruhan yang berinteraksi dengan alam lingkungannva. Supaya pandangan tentang geografi itu lebih luas berikut ini beberapa pendapat para ahli geogarfi.
Geografer menggunakan empa tpendekatan:Sistematis – Mengelompokkan pengetahuan geografis menjadi kategori yang kemudian dibahas secara global.Regional – Mempelajari hubungan sistematis antara kategori untuk wilayah tertentu atau lokasi di atas planet.Deskriptif – Secara sederhana menjelaskan lokasi suatu masalah dan populasinya.Analitis – Menjawab kenapa ditemukan suatu masalah dan populasi tersebut pada wilayah geografis tertentu
Filsafat
Ilmu Geografi.
Berdasarkan hal hal yang telah
diuraikan sebelumnya sampailah kita pada pertanyaan bagaimana
menjelaskan geografi sebagai bidang ilmu yang dapat disejajarkan dengan bidang
bidang ilmu lainnya? Untuk menjawab hal itu maka akan ditelaah secara singkat
bagaimana ilmu geografi menjawab ke tiga pertanyaan dasar ontologi ilmu,
epistemologi ilmu dan axiologi ilmu.
ONTOLOGI ILMU GEOGRAFI
ONTOLOGI ILMU GEOGRAFI
Mengacu pengertian geografi yang
telah disampaikan di atas maka dapat dijelaskan bahwa apa yang ingin diketahui
ilmu geografi adalah “berbagai gejala keruangan dari penduduk, tempat
beraktifitas dan lingkungannya baik dalam dimensi fisik maupun dimensi
manusia”. Perbedaan dan persamaan pola keruangan (spatial pattern) dari
struktur, proses dan perkembangannya adalah penjelasan lebih lanjut dari apa
yang ingin diketahui bidang ilmu geografi.
SEJARAH
PERKEMBANGAN GEOGRAFI
Secara ringkas pada bab ini
diuraikan sejarah perkembangan Geografi dari masa ke masa, dari Geografi Klasik
sampai Geografi Mutakhir. Penggolongan pertumbuhan geografi klasik,modern,dan
mutakhir. Geografi klasik
Geografi sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno dan pengetahuan tentang bumi pada masa tersebut masih dipengaruhi oleh Mitologi. Secara lambat laun pengaruh Mitologi mulai berkurang seiring dengan berkembangnya pengaruh ilmu alam sejak abad ke-6 Sebelum Masehi (SM), sehingga corak pengetahuan tentang bumi sejak saat itu mulai mempunyai dasar ilmu alam dan ilmu pasti dan proses penyelidikan tentang bumi dilakukan dengan memakai logika.kedudukan Geografi sebagai Ilmu Pengetahuan batasan dan lapangan/objeknya masih dipertentangkan oleh para ahli sampai abad ke-19. Sampai abad ke-19 corak susunan isi Geografi hanya berupa uraian tentang penemuan daerah baru, adat istiadat penduduknya dan gejala serta sifat alam lainnya. Pengumpulan bahan-bahan tersebut belum diarahkan pencarian hubungan antara satu dengan yang lainnya serta mencari penyebab mengapa terjadinya hubungan tersebut serta diuraikan secaraDeskriptif.
Geografi Abad Pertengahan
Geografi sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno dan pengetahuan tentang bumi pada masa tersebut masih dipengaruhi oleh Mitologi. Secara lambat laun pengaruh Mitologi mulai berkurang seiring dengan berkembangnya pengaruh ilmu alam sejak abad ke-6 Sebelum Masehi (SM), sehingga corak pengetahuan tentang bumi sejak saat itu mulai mempunyai dasar ilmu alam dan ilmu pasti dan proses penyelidikan tentang bumi dilakukan dengan memakai logika.kedudukan Geografi sebagai Ilmu Pengetahuan batasan dan lapangan/objeknya masih dipertentangkan oleh para ahli sampai abad ke-19. Sampai abad ke-19 corak susunan isi Geografi hanya berupa uraian tentang penemuan daerah baru, adat istiadat penduduknya dan gejala serta sifat alam lainnya. Pengumpulan bahan-bahan tersebut belum diarahkan pencarian hubungan antara satu dengan yang lainnya serta mencari penyebab mengapa terjadinya hubungan tersebut serta diuraikan secaraDeskriptif.
Geografi Abad Pertengahan
Pada akhir abad pertengahan,
uraian-uraian tentang Geografi masih bercirikan hasil laporan perjalanan, baik
perjalanan yang dilakukan melalui darat maupun melalui laut. Perjalanan umat
manusia di muka bumi, dilakukan oleh para pedagang yang melakukan perniagaan
antar negara dan antar benua, serta dilakukan oleh para tentara untuk melakukan
peperangan dan meluaskan tanah kekuasaan. Perjalanan melalui darat yang
terkenal adalah “Via Appia” perjalanan darat antara Roma dan Capua (950 sm),
serta “Jalan Sutera” antara Tiongkok dengan Timur Tengah (abad pertengahan)
telah menjadi sumber materi Geografi yang sangat berharga pada masa itu.
Geografi Modern
Geografi Modern
Pandangan ini mulai berkembang pada
abad ke-18. Pada masa ini Geografi sudah dianggap sebagai suatu disiplin ilmiah
dan sudah dipandang dari sudut praktis. Para tokohnya,adalah ImmanuelKant(1724-1804),Seorang
ahli filsafat Unversitas Koningsburg, Jerman yang memiliki pandangan seperti
Varenius. Dia memandang bahwa Ilmu Pengetahuan dapat dipandang dari tiga pandangan yang berbeda,
yaitu :
a. Ilmu Pengetahuan yang
menggolongkan fakta berdasarkan objek yang diteliti. Disiplin yang mempelajari
kategori ini disebut “ilmu pengetahuan sistematis”, seperti ilmu botani yang
mempelajri tumbuhan, Geologi yang mempelajari kulit bumi, dan Sosiologi yang
mempelajari manusia, terutama golongan sosial. Menurut Kant, pendekatan yang
dipergunakan dalam ilmu pengetahuan sistematis adalah studi tentang kenyataan.
b. Ilmu pengetahuan yang memandang hubungan fakta-fakta sepanjang masa. Ilmu pengetahuan yang mempelajari bidang ini, adalah sejarah.
c.Ilmu pengetahuan yang mempelajari fakta yang berasosiasi dalam ruang, dan ini merupakan bidang dari Geografi. Meski demikian, terdapat juga berbagai tentangan terhadap pemikiran Kant, misalnya apakah ilmu pengetahuan sistematik dalam mempelajari fenomena tidak tergantung pada ruang dan waktu.
Pada tahun 1905 ia menulis bahwa ilmu kronologi tentang bumi atau ilmu tentang wilayah-wilayah di permukaan bumi dengan perbedaan dan relasi keruangannya. Ia telah memberi pengertian yang luas terhadap pengertian“landschaft” yang tidak hanya mengenai keadan fisik, namun juga manusia. Dalam uraianlandschaft tersebut dikemukakan perbedaan khas suatu wilayah dari wilayah lainnya, sehingga mengarah pada penguraian regional. Yaitu uraian tentang geografi regional. Dalam uraiannya terlihat adanya pengaruh konsep geografi dari von Richthofen. Berkenaan dengan segala sesuatu yang dipelajari tentang negara dan bangsa, Hettner mengemukakan kerangka sistematiksebagaiberikut
b. Ilmu pengetahuan yang memandang hubungan fakta-fakta sepanjang masa. Ilmu pengetahuan yang mempelajari bidang ini, adalah sejarah.
c.Ilmu pengetahuan yang mempelajari fakta yang berasosiasi dalam ruang, dan ini merupakan bidang dari Geografi. Meski demikian, terdapat juga berbagai tentangan terhadap pemikiran Kant, misalnya apakah ilmu pengetahuan sistematik dalam mempelajari fenomena tidak tergantung pada ruang dan waktu.
Pada tahun 1905 ia menulis bahwa ilmu kronologi tentang bumi atau ilmu tentang wilayah-wilayah di permukaan bumi dengan perbedaan dan relasi keruangannya. Ia telah memberi pengertian yang luas terhadap pengertian“landschaft” yang tidak hanya mengenai keadan fisik, namun juga manusia. Dalam uraianlandschaft tersebut dikemukakan perbedaan khas suatu wilayah dari wilayah lainnya, sehingga mengarah pada penguraian regional. Yaitu uraian tentang geografi regional. Dalam uraiannya terlihat adanya pengaruh konsep geografi dari von Richthofen. Berkenaan dengan segala sesuatu yang dipelajari tentang negara dan bangsa, Hettner mengemukakan kerangka sistematiksebagaiberikut
a.Letak,bentuk
dan luasbumi
b.Keadaan
alam permukaan bumi(relief,keadaangeologi,tanah dan sebagainya).
c.Iklim(Suhu,tekananudara,angin,kelembapan,curahhujan)
d.Aliran Sungai dan perairan.
c.Iklim(Suhu,tekananudara,angin,kelembapan,curahhujan)
d.Aliran Sungai dan perairan.
e.FloradanFauna.
f.Manusia
g.Usaha kerja dan kegiatan manusia.
g.Usaha kerja dan kegiatan manusia.
Fahamregiondanpendekatanregional .Studi
regional atau pendekatan berdasar konsep regional merupakan bagian penting
dalam studi geografi. Sejarah yang merupakan pertama-tama mempelajari peristiwa
kehidupan manusia masa mendapatkan kenyataan bahwa peristiwa-peristiwa itu di
tempat-tempat tertentu. Disiplin ilmu yang mempelajari proses atau sekelompok
proses mungkin akan adanya fenomena yang dihasilkan oleh sebab hubungan,
keadaan tempat lingkungannya. Aspek pengetahuan yang pengaruh lingkungan
setempat atas suatu atau sekelompok disebut ekologi. Ekologi juga mempelajari
penyesuaian organisme lingkungan sekitarnya, dan sejak lama ekologi telah
dikembangkan hayat.Sejarah perkembangannya, geografi telah menggunakan (atau)
ekologi dalam upaya menjelaskan dan menafsirkan sifat dalam ruang. Di samping
itu geografi juga meninjau ke ruang untuk mendapatkan gambaran tertib susunan
ke dalam yang seringkali memberikan latar belakang perspektif untuk dapat
memperkirakan kecenderungan-kecenderungan yang dalam tata ruang.
1.Konsep landschaft menurut Hettner
1.Konsep landschaft menurut Hettner
Hettner
dalah tokoh yang pertama-tama mengemukakan faham shaft dalam arti yang lengkap
seperti yang banyak dianut orang pada saat ini. Kalaupun orang-orang sebelumnya
telah pula menggunakan landschaft untuk uraian-uraian daerah muka bumi, namun
sifatnya masih terbatas pada keadaan alam permukaan bumi yang berbeda. Menurut
Hettner landschaft adalah bagian permukaan memberikan gambaran individualitas
tersendiri dan meliputi keadaan alamnya beserta isinya yang terdiri atas
tumbuhankhan, hewan dan manusia yang menghuninya.2)
Untuk memudahkan membuat perbandingan tentang daerah satu dengan yang lain, dalam sangka usaha membuat deskripsi, menjelaskan dan kemungkinan generalisasinya, Hettner menyarankan dipakainya suatu bagan (yang kemudian terkenal sebagai bagan Hettner) agar telaah mengenai daerah landschaft dapat lebih mendalam dan sistematis. Bagan Hetiner meliputi unsur-unsur yang perlu dipelajari berturut-turut tentang
1. Letak
2. Luas
3. Perlikuan horizontal (bentuk wilayah)
4. Perlikuan vertikal (relief)
5. Susunan geologi
6. Geomorfologi
7. Keadaan agrogeografi (mata pencaharian penduduk).
8. Iklim
9. Gejala irigasi
10. Vegetasi
11. Hewan
12. Manusia (mengenai jumlah, penyebaran, cara menetap) kebudayaannya baik material maupun rokhani).
13. Pandangan Regional menurut Vidal deBlache
Di Perancis Vidal de la Blache juga merupakan tokoh pengembang faham Regional di samping tokoh dalam geografi budaya yang telah menampilkan faham Posibilisme Dalam geografi manusia (geografi budayanya), pernah budaya manusia benar-benar ia perhatikan. Kalau Hettner dalam mengembangkan faham landschaftnya sedikit banyak dipengaruhi pandangan von Richthofen dan dalam antropogeografnya (yang diwarnai pandangan determinisme lingkungan) Vidal menampilkan faham regional yang lain coraknya.
14. Pandangan Regional Menurut Hartshorne
Sungguh pun faham regional di Amerika dikembangkan terutama oleh Richard Hartshorne, yang bukunya The Nature of Geography sangat eksternal, tetapi kajian tentang region di Afrika telah mulai tampil secara sporadis sejak masa-masa sebelum tahun 1900. Pengetahuan geografi pada tingkat universitas di Amerika telah didatangkan dari berbagai sumber di Europe antara tahun1860 hingga 1925, meskipun tidak selalu berasal dari pemikiran tokoh-tokoh yang paling representatif.
Untuk memudahkan membuat perbandingan tentang daerah satu dengan yang lain, dalam sangka usaha membuat deskripsi, menjelaskan dan kemungkinan generalisasinya, Hettner menyarankan dipakainya suatu bagan (yang kemudian terkenal sebagai bagan Hettner) agar telaah mengenai daerah landschaft dapat lebih mendalam dan sistematis. Bagan Hetiner meliputi unsur-unsur yang perlu dipelajari berturut-turut tentang
1. Letak
2. Luas
3. Perlikuan horizontal (bentuk wilayah)
4. Perlikuan vertikal (relief)
5. Susunan geologi
6. Geomorfologi
7. Keadaan agrogeografi (mata pencaharian penduduk).
8. Iklim
9. Gejala irigasi
10. Vegetasi
11. Hewan
12. Manusia (mengenai jumlah, penyebaran, cara menetap) kebudayaannya baik material maupun rokhani).
13. Pandangan Regional menurut Vidal deBlache
Di Perancis Vidal de la Blache juga merupakan tokoh pengembang faham Regional di samping tokoh dalam geografi budaya yang telah menampilkan faham Posibilisme Dalam geografi manusia (geografi budayanya), pernah budaya manusia benar-benar ia perhatikan. Kalau Hettner dalam mengembangkan faham landschaftnya sedikit banyak dipengaruhi pandangan von Richthofen dan dalam antropogeografnya (yang diwarnai pandangan determinisme lingkungan) Vidal menampilkan faham regional yang lain coraknya.
14. Pandangan Regional Menurut Hartshorne
Sungguh pun faham regional di Amerika dikembangkan terutama oleh Richard Hartshorne, yang bukunya The Nature of Geography sangat eksternal, tetapi kajian tentang region di Afrika telah mulai tampil secara sporadis sejak masa-masa sebelum tahun 1900. Pengetahuan geografi pada tingkat universitas di Amerika telah didatangkan dari berbagai sumber di Europe antara tahun1860 hingga 1925, meskipun tidak selalu berasal dari pemikiran tokoh-tokoh yang paling representatif.
BAB II
Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar
untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai
segi kenyataan dalam alam manusia . Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan
rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dankepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu
bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan
berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji
dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir
lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalahprodukdariEpistemologi.
Contoh:
- Ilmu
Alam hanya bisa menjadi pasti setelah
lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (materiil saja). Ilmu-ilmu
alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak matahari.
- Ilmu
psikologi hanya bisa meramalkan
perilaku manusia jika lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum
dari perilaku manusia yang konkret. Ilmu psikologi menjawab apakah seorang
pemudi cocok menjadi perawat.
A.Syarat-syarat ilmu
Berbeda dengan pengetahuan , ilmu merupakan pengetahuan
khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai
ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma
ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
1. Objektif .
Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah
yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam.
Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji
keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian
antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif
berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk
meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran.
Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran.
Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara
umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada
metode ilmiah.
3. Sistematis . Dalam perjalanannya mencoba
mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam
hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti
secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibatmenyangkut
objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab
akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal . Kebenaran yang hendak dicapai adalah
kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua
segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat.
Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an.(universal) yang
dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan
manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu
sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
B.Definisi Teknologi
Teknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai tujuan
praktis; ilmu pengetahuan terapan atau dapat pula diterjemahkan sebagai
keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi
kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.Dalam memasuki Era Industrialisasi , pencapaiannya sangat ditentukan oleh penguasaan
teknologi karena teknologi adalah mesin penggerak pertumbuhan melalui
industri.Sebagian beranggapan teknologi adalah barang atau sesuatu yang
baru. namun, teknologi itu telah berumur sangat panjang dan merupakan suatu
gejala kontemporer. Setiap zaman memiliki teknologinya sendiri.
Dalam bentuk yang paling sederhana,
kemajuan teknologi dihasilkan dari pengembangan cara-cara lama atau
penemuan metode baru dalam menyelesaikan tugas-tugas tradisional seperti bercocok tanam , membuat baju, atau membangun rumah.
1.Kemajuan teknologi yang
bersifat netral (bahasa Inggris : neutral
technologica lprogress)Terjadi bila tingkat pengeluaran (output) lebih tinggi dicapai
dengan kuantitas dan kombinasi faktor-faktor pemasukan (input) yang sama.
2. Kemajuan
teknologi yang hemat tenaga kerja (bahasa Inggris : labor-savingtechnologicalprogress)
Kemajuan teknologi yang terjadi sejak akhir abad kesembilan belas banyak ditandai oleh meningkatnya secara cepat teknologi yang hemat tenaga kerja dalam memproduksi sesuatu mulai dari kacang-kacangan sampai sepeda hingga jembatan.
Kemajuan teknologi yang terjadi sejak akhir abad kesembilan belas banyak ditandai oleh meningkatnya secara cepat teknologi yang hemat tenaga kerja dalam memproduksi sesuatu mulai dari kacang-kacangan sampai sepeda hingga jembatan.
3. Kemajuan
teknologi yang hemat modal (bahasa Inggris : capital- saving technologica lprogress Fenomena yang relatif
langka. Hal ini terutama disebabkan karena hampir semua riset teknologi dan
ilmu pengetahuan di dunia dilakukan di negara-negara maju, yang lebih ditujukan
untuk menghemat tenaga kerja, bukan modalnya.Pengalaman di berbagai negara berkembang menunjukan bahwa campur tangan langsung
secara berlebihan, terutama berupa peraturan pemerintah yang terlampau ketat, dalam pasar teknologi
asing justru menghambat arus teknologi asing ke negara-negara berkembang .Di lain pihak suatu kebijaksanaan 'pintu yang lama
sekali terbuka' terhadap arus teknologi asing, terutama dalam bentuk
penanaman modal asing (PMA), justru menghambat
kemandirian yang lebih besar dalam proses pengembangan kemampuan teknologi
negara berkembang karena ketergantungan yang terlampau besar pada pihak investor asing , karena merekalah yang melakukan
segala upaya teknologi yang sulit dan rumit.
Ciri-ciri Fenomena Yang Diperlihatkan Oleh
Teknologi
Teknologi memperlihatkan fenomenanya dalam
masyarakat sebagai hal imperasional dan memiliki otonomi merubah setiap bidang
kehidupan manusia menjadi lingkup teknis. Fenomena teknik pada masyarakat kini,
menurut SASTRAPRATEDJA (1980) memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
1. Rasionalitas,
artinya tindakan spontan oleh tehnik diubah menjadi tindakan yang direncanakan
dengan perhitungan rasional.
2. Artifisialitas,
artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.
3. Otomatisme,
artinya dalam hal metode, organisasi, dan dan rumuusan dilaksanakan serba
otomatis.
4. Teknis
berkembang pada suatu kebudayaan.
5. Monisme,
artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung.
6. Universalisme,
artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat
menguasai kebudayaan.
7. Otonomi,
artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
Teknologi Dalam
Penerapannya Sebagai Jalur Utama Yang Dapat Menyongsong Masa Depan Yang CerahTeknologi dalam penerapannya sebagai jalur
utama yang dapat menyongsong masa depan cerah, kepercayaannya sudah mendalam.
Sikap demikian adalah wajar, asalkan tetap dalam konteks penglihatan yang rasional.
Sebab teknologi, selain mempermudah kehidupan manusia, mempunyai dampak sosial
yang sering lebih penting artinya daripada kehebatan teknologi itu sendiri. Seiring
berjalannya waktu dan makin cepatnya daya pikir manusia yang semakin modern
maupun canggih perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak lepas akan kemajuan-kemajuannya
yang semakinpesat mendunia. ilmu pengetahuan telah menjadi perintis dalam
membuat kemajuan teknologi menjadi lebih pesat dan tak terbayangkan kemajuannya
pada seperti saat ini yang melampaui batas-batas praktis imajinasi yang sulit
dijangkau pikiran. Ilmu pengetahuan ini sebenarnya baru berkembang pada dua
millennium terakhir. Namun bisa kita lihat sendiri betapa hebat pesatnya
perkembangan yang terjadi pada dua millennium terakhir ini. Ilmu pengetahuan
bisa tidak berjalan praktis terus-menerus meningkat, ilmu pengetauan dapat
timbul dan tenggelam hanyut bersama dalam perkembangan peradaban manusia. Ilmu
pengetahuan telah menunjukkan peradaban yang lebih maju menaklukkan peradaban
yang lebih terbelakang, dalam artian selanjutnya ilmu pengetahuan bisa saja
ditaklukkan oleh peradaban lain yang lebih maju atau mungkin ilmu pengetahuan
yang lama mungkin akan tergantikan dengan pola pemikiran ilmu pengetahuan yang
baru yang lebih canggih atau dapat mampu menaklukkan ilmu pengetahuan yang
lama. Pada intinya yang kuat bertahan, yang lemah ditaklukkan. Teknologi tak
kalah berjalan meningkat dengan ilmu pengetahuan, pada jaman sekarang kedudukan
teknologi dan ilmu pengetahuan sama seimbangnya yaitu terus mengalami
pelonjakan dalam kecanggihannya, yang dikarenakan faktor terjadinya
teknologi terdorong oleh tingkat ilmu pengetahuan yang semakin maju, yang
menjadikan keduannya saling bersatu atau satu sama lain saling membantu untuk
terciptannya sebuah karya teknologi.
Teknologi ternyata sudah banyak digunakan manusia di dunia ini, kita ambil
satu contoh yaitu Sistem Komputerisasi merupakan kemajuan teknologi saat ini
dengan menerapkan sistem kerja dari teknologi terkini yaitu dengan cara sistem
komputerisasi. Komputerisasi yaitu penggunaan setiap aktivitas dimana sistem
pekerjaan banyak dilakukan oleh cara kerja sistem komputer. Dalam arti kita
hanya mengendalikannya dari jarak jauh sistem kerja komputer sudah sangat mudah
bisa dilakukan. Pengoperasian sistem ini sudah secara otomatis dilakukan untuk
mengatur pekerjaan yang kita inginkan dengan memberi perintah kepada sistem
tersebut, maka pekerjaan dengan otomatis berjalan dengan sendirinya. Sistem
kerja komputerisasi atau bisa dimaksudkan kerja robot ini adalah cara yang
sudah banyak dilakukan pada industri-industri negara-negara maju, dan Indonesia
sendiri sudah mulai banyak menerapkannya. Untuk jangka waktu yang lama saya
rasa peranan penerapan ilmu pengetahuan yang mendorong terjadinya teknologi
baru bakal selalu menakjubkan hasilnya untuk masa depan mendatang. Kecanggihan
daya pola pikir manusia sekarang sudah mulai mudah bermunculan. Jadi kedepannya
pasti kecanggihan teknologi yang terdorong oleh ilmu pengetahuan yang tinggi
bisa selalu menghasilkan berbagai macam penemuan-penemuan yang baru, sehingga
menjadikan teknologi dalam menyongsong masa depan yang cerah selalu terlihat
lebih hebat disetip masa-masanya atau waktunya maupun selalu berdiri kokoh
disetiap kebutuhan-kebutuhannya.
"Tips"
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Peranan ilmu pengetahuan dan teknologi menurt
pandangan saya merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh dalam terjadinya
ciptaan-ciptaan varian teknologi baru yang saat-saat ini sudah banyak terlihat
di belahan-belahan dunia maupun semua negara. Jadi ada baiknya bila kita
mengetahui teknologi-teknologi apa saja yang baru bermunculan atau yang akan
datang selanjutnya, hal tersebut supaya kita tidak tertinggal dalam hal iptek
dan tak ketinggalan jaman. Untuk membangun maupun memajukan bangsa ini, marilah
kita belajar untuk menciptakan suatu varian teknologi baru maupun menjadikan
teknologi lama agar menjadi lebih canggih lagi.
BAB III
FILSAFAT GEOGRAFI
A.Geografi Secara Umum
Pengertian Geografi
Kata
geografi berasal dari geo=bumi, dan graphein=mencitra. Ungkapan itu pertama
kali disitir oleh Eratosthenes yang mengemukakan kata “geografika”. Kata itu
berakar dari geo=bumi dan graphika=lukisan atau tulisan. Jadi kata geographika
dalam bahasa Yunani, berarti lukisan tentang bumi atau tulisan tentang bumi.
Istilah geografi juga dikenal dalam berbagai bahasa, seperti geography
(Inggris), geographie (Prancis), die geographie/die erdkunde (Jerman),
geografie/ aardrijkskunde (Belanda) dan geographike (Yunani). Bertahun-tahun
manusia telah berusaha untuk mengenali lingkungan di permukaan bumi. Pengenalan
itu diawali dengan mengunjungi tempat-tempat secara langsung di muka bumi, dan
berikutnya menggunakan peralatan dan teknologi yang makin maju. Sejalan dengan
pengenalan itu pemikiran manusia tentang lingkungan terus berkembang,
pengertian geografi juga mengalami perubahan dan perkembangan. Pengertian
geografi bukan sekedar tulisan tentang bumi, tetapi telah menjadi ilmu
pengetahuan tersendiri disamping bidang ilmu pengetahuan lainnya. Geografi
telah berkembang dari bentuk cerita tentang suatu wilayah dengan penduduknya
menjadi bidang ilmu pengetahuan yan memiliki obyek studi, metode, prinsip, dan
konsep-konsep sendiri sehingga mendapat tempat ditengah-tengah ilmu lainnya.
Berkaitan dengan kemajuan itu, konsep geografi juga mengalami perkembangan. Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi yang kita nikmati. Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu. Hasil semlok peningkatan kualitas pengajaran geografi di Semarang (1988) merumuskan, bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan.
James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaiatan dengan hubungan timbal balik antara manusia dan habitatnya.Berdasarkan telaah terhadap konsep tersebut penulis berpendapat, bahwa geografi merupakan studi yang mempelajari fenomena alam dan manusia dan keterkaitan keduanya di permukaan bumi dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Dalam pengertian itu beberapa aspek yang esensia yaitu (1) adanya hubungan timbal balik antara unsur alam dan manusia (reciprocal). (2) Hubungan itu dapat bersifat interelatif, interaktif, dan intergratif sesuai dengan konteksnya. (3) cara memadang hubungan itu berisifat keruangan.Berdasarkan konsep tersebut, studi Geografi bekaitan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
•Where is it?
Berkaitan dengan kemajuan itu, konsep geografi juga mengalami perkembangan. Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi yang kita nikmati. Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu. Hasil semlok peningkatan kualitas pengajaran geografi di Semarang (1988) merumuskan, bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan.
James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaiatan dengan hubungan timbal balik antara manusia dan habitatnya.Berdasarkan telaah terhadap konsep tersebut penulis berpendapat, bahwa geografi merupakan studi yang mempelajari fenomena alam dan manusia dan keterkaitan keduanya di permukaan bumi dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Dalam pengertian itu beberapa aspek yang esensia yaitu (1) adanya hubungan timbal balik antara unsur alam dan manusia (reciprocal). (2) Hubungan itu dapat bersifat interelatif, interaktif, dan intergratif sesuai dengan konteksnya. (3) cara memadang hubungan itu berisifat keruangan.Berdasarkan konsep tersebut, studi Geografi bekaitan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
•Where is it?
•Why is it there
•So what?
Dalam
kata yang lain, Geografi mempelajari penyebaran keruangan dari sesuatu (bahasa,
kegiatan ekonomi, pencemaran, rote transportasi, tanah, iklim, dan dan fenomena
lainnya) untuk menemukan mengapa fenomena itu menyebar sebagaimana adanya.
Geografi selanjutnya mencoba untuk menggambarkan terjadinya distribusi itu, dan
dengan pemahaman itu dapat mengusulkan pemecahan masalah yang terjadi.
ObyekGeografi
Setiap disiplin ilmu memilki obyek yang menjadi bidang kajiannya. Obyek bidang ilmu tersebut berupa obyek matrial dan obyek formal. Obyek material berkaitan dengan substansi materi yang dikaji, sedangkan obyek formal berkaitan dengan pendekatan (cara Pandang yang digunakan dalam menganalisis substansi (obyek material)tersebut.Pada obyek material, antara bidang ilmu yang satu dengan bidang ilmu yang lain dapat memiliki substansi obyek yang sama atau hampir sama.Obyek material ilmu geografi adalah fenomena geosfer, yang meliputi litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Obyek materal itu juga menjadi bidang kajian bagi disiplin ilmu lain, seperti geologi, hidrologi, biologi, fisika, kimia, dan disiplin ilmu lain. Sebagai contoh obyek material tanah atau batuan. Obyek itu juga menjadi bidang kajian bagi geologi, agronomi, fisika, dankimia.Oleh karena itu untuk membedakan disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu yang lain dapat dilakukan dengan menelaah obyek formalnya. Obyek formal geografi berupa pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam memahami obyek material. Dalam konteks itu geografi memilki pendekatan spesifik yang membedakan dengan ilmu-ilmu lain. Pendekatan spesifik itu dikenal dengan pendekatan keruangan (spatial approach). Selain pendekatan keruangan tersebut dalam geografi juga dikenali adanya pendekatan kelingkungan (ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach).
.Prinsip Geografi
Setiap disiplin ilmu memilki obyek yang menjadi bidang kajiannya. Obyek bidang ilmu tersebut berupa obyek matrial dan obyek formal. Obyek material berkaitan dengan substansi materi yang dikaji, sedangkan obyek formal berkaitan dengan pendekatan (cara Pandang yang digunakan dalam menganalisis substansi (obyek material)tersebut.Pada obyek material, antara bidang ilmu yang satu dengan bidang ilmu yang lain dapat memiliki substansi obyek yang sama atau hampir sama.Obyek material ilmu geografi adalah fenomena geosfer, yang meliputi litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Obyek materal itu juga menjadi bidang kajian bagi disiplin ilmu lain, seperti geologi, hidrologi, biologi, fisika, kimia, dan disiplin ilmu lain. Sebagai contoh obyek material tanah atau batuan. Obyek itu juga menjadi bidang kajian bagi geologi, agronomi, fisika, dankimia.Oleh karena itu untuk membedakan disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu yang lain dapat dilakukan dengan menelaah obyek formalnya. Obyek formal geografi berupa pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam memahami obyek material. Dalam konteks itu geografi memilki pendekatan spesifik yang membedakan dengan ilmu-ilmu lain. Pendekatan spesifik itu dikenal dengan pendekatan keruangan (spatial approach). Selain pendekatan keruangan tersebut dalam geografi juga dikenali adanya pendekatan kelingkungan (ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach).
.Prinsip Geografi
Prinsip
merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan suatu
fenomena atau masalah yang terjadi. Prinsip juga berfungsi sebagai pegangan/pedoman
dasar dalam memahami fenomena itu. Dengan prinsip yang dimiliki, gejala atau
permasalahan yang terjadi secara umum dapat dijelaskan dan dipahami
karakteristik yang dimilikinya dan keterkaitan dengan fenomena atau
permasalahan lain.Setiap bidang ilmu memiliki prinsip sendiri-sendiri. Ada
kemungkinan satu atau beberapa prinsip bidang ilmu itu memiliki kesamaan dengan
prinsip bidang ilmu yang lain, tetapi juga ada kemungkinan berbeda sama sekali.
Dalam bidang geografi dikenali sejumlah prinsip, yaitu: prinsip penyebaran,
prinsip interelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi.
a.PrinsipPenyebaran
a.PrinsipPenyebaran
Dalam
prinsip ini fenomena atau masalah alam dan manusia tersebar di permukaan bumi.
Penyebaran fenomena atau permasalahan itu tidak merata. Fenomena sumber air
tentu tidak dijumpai di semua tempat. Demikian pula permasalahan pencemaran air
juga tidak dijumpai disemua sungai atau laut.
b.Prinsip Interelasi
b.Prinsip Interelasi
Fenomena
atau permasalahan alam dan manusia saling terjadi keterkaitan antara aspek yang
satu dengan aspek yang lainnya. Keterkaitan itu dapat terjadi antara aspek
fenomena alam dengan aspek fenomena alam lain, atau fenomena aspek manusia
dengan aspek fenomena manusia. Fenomena banjir yang terjadi di wilayah hilir
terjadi karena kerusakan hutan di bagian hulu. Kerusakan hutan alam itu dapat
terjadi karena perilaku menusia. Perilaku manusia yang demikian terjadi karena
kesadaran terhadap fungsi hutan yang rendah.
c.Prinsip Deskripsi
c.Prinsip Deskripsi
Fenomena
alam dan manusia memiliki saling keterkaiatan. Keterkaitan antara aspek alam
(lingkungan) dan aspek manusia itu dapat dideskripsikan. Pendiskripsian itu
melalui fakta, gejala dan masalah, sebab-akibat, secara kualitatif maupun
kuantitatif dengan bantuan peta, grafik, diagram, dll.
d.Prinsip Korologi
d.Prinsip Korologi
Prinsip
korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip penyebaran, interelasi
dan deskripsi. Fenomena atau masalah alam dan manusia dikaji penyebarannya,
interelasinya, dan interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang itu akan
memberikan corak pada kesatuan gejala, kesatuan fungsi dan kesatuanbentuk.
.KonsepEsensialGeografi
Konsep
merupakan pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep esensial suatu bidang
ilmu merupakan pengertian-pengertian untuk mengungkapan atau menggambaran corak
abstrak fenomena esensial dari obyek material bidang kajian suatu ilmu. Oleh
karena itu konsep dasar merupakan elemen yang penting dalam memahami fenomena
yang terjadi. Dalam geografi dikenali sejumlah konsep esensial sebagai berikut.
Menurut Whiple ada lima konsep esensial, yaitu:
Menurut Whiple ada lima konsep esensial, yaitu:
a.Bumi sebagai planet
b.Variasi cara hidup
c.Variasi wilayah alamiah
d.Makna wilayah bagi manusia
Pentingnya
lokasi dalam memahami peristiwa dunia
Dalam mengungkapkan konsep geografi itu harus selalu dihubungkan dengan penyebarannya, relasinya, fungsinya, bentuknya, proses terjadinya, dan lain-lain sebagainya. Sebagai contoh ungkapan konsep “variasi cara hidup” setidaknya harus terabstraksikan mata pencaharian penduduk, proses terbentuknya mata pencaharian itu, penyebaran mata pencaharian itu, jumlah penduduk yang bekerja pada masing-masing mata pencaharian itu, dan dinamika mata pencaharian itu.
Menurut J Warman ada lima belas konsep esensial, yaitu:
Dalam mengungkapkan konsep geografi itu harus selalu dihubungkan dengan penyebarannya, relasinya, fungsinya, bentuknya, proses terjadinya, dan lain-lain sebagainya. Sebagai contoh ungkapan konsep “variasi cara hidup” setidaknya harus terabstraksikan mata pencaharian penduduk, proses terbentuknya mata pencaharian itu, penyebaran mata pencaharian itu, jumlah penduduk yang bekerja pada masing-masing mata pencaharian itu, dan dinamika mata pencaharian itu.
Menurut J Warman ada lima belas konsep esensial, yaitu:
1)wilayah atau regional
2)lapisan
hidup atau biosfer
3) manusia sebagai faktor ekologi dominant
4) globalisme atau bumi sebagai planet
5) interaksi
keruangan
6) hubungan areal
7) persamaan
areal
8) perbedaan
areal
9) keunikan areal
10) persebaran areal
11) lokasi relativ
12)
keunggulan komparatif
13) perubahan yang terus menerus
14)
sumberdaya dibatasi secara budaya
15) bumi
bundar diatas kertas yang datar atau pet
Ruang Lingkup GeografiStudi geografi
mencakup analisis gejala manusia dan gejala
alam. Dalam studiitu dilakukan analisis persebaran-interelasi-interaksi fenomena atau masalah dalam suatu ruang.Menurut
Rhoad Murphey ruang lingkup geografi
sebagai berikut. (1) distribusi dan hubungan timbal balik antara manusia di permukaan bumi dengan aspek-aspek
keruangan permukiman penduduk dan kegunaan
dari bumi. (2) hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan fisiknya sebagai bagian studi
perbedaan area. (3) kerangka kerja regional dan analisis wilayah secara spesifik.
.Hakekat Geografi
.Hakekat Geografi
Untuk mendapat konsep yang lebih
mendalam dalam uraian berikut akan dibahas hakekat geografi. Menurut Karl
Ritter bahwa geografi mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia. Dalam
konsep itu, sebagai tempat tinggal manusia berkenaan dengan ruang yang memiliki
struktur, pola, dan proses yang terbentuk oleh aktivitas manusia.Selain itu
konsep “tempat tinggal manusia” tidak hanya terbatas pada permukaan bumi yang
ditempati oleh manusia, tetapi juga wilayah-wilayah permukaan bumi yang tidak
dihuni oleh manusia sepanjang tempat itu penting artinya bagi kehidupan
manusia.Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi meluputi segala
fenomena yang terdapat dipermukaan bumi, baik alam organik maupun alam anorganik yang ada hubungannya dengan
kehidupan manusia. gejala organik dan anorganik itu dianalisis peyebarannya,
perkembangannya, interelasinya, dan interaksinya.Sebagai suatu bidang ilmu,
geografi selalu melihat fenomena dalam konteks ruang secara keseluruhan. Gejala
dalam ruang diperhatikan secara seksama. Perhatian itu dilakukan dengan selalu
mengkaji faktor alam dan faktor manusia, dan keterkaitan keduanya yang
membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala –
interelasi- interaksi – integrasi keruangan menjadi hakekat kerangka kerja
utama geografi. Kerangka analisisnya selalu menggunakan pertanyaan geografi.
.Klasifikas idan Cabang-Cabang Geografi
.Klasifikas idan Cabang-Cabang Geografi
Disiplin ilmu geografi memiliki
cakupan obyek yang luas. Obyek itu mencakup fenomena alam dan manusia, dan
keterkaitan antar keduanya.Untuk mempelajari obyek yang demikian luas tumbuh
cabang-cabang geografi yang dapat memberikan analisis secara mendalam terhadap
obyek yang dipelajarinya. Cabang-cabang ilmu geografi dapat dirinci sebagai
berikut.
Menurut Huntington, geografi terbagi empat cabang, yaitu:
a.Geografi Fisik yang mempelajari faktor fisik alam
Menurut Huntington, geografi terbagi empat cabang, yaitu:
a.Geografi Fisik yang mempelajari faktor fisik alam
b.Pitogeografiyangmempelajaritanaman
c.
Zoogeografi yang mempelajarai hewan
d.Antropogeografi
yang mempelajari manusia.
Menurut
Muller dan Rinner, cabang-cabang geografi terdiri atas:
a. Geografi Fisik yang terdari atas geografi matematika, geografi tanah dan hidrologi, klimatologi, geografi mineral dan sumberdaya, geografi tanaman, dan geografi tata guna lahan
a. Geografi Fisik yang terdari atas geografi matematika, geografi tanah dan hidrologi, klimatologi, geografi mineral dan sumberdaya, geografi tanaman, dan geografi tata guna lahan
b. Geografi Manusia meliputi
geografi budaya (geografi penduduk, geografi sosial, dan geografi kota),
Geografi ekonomi (geografi pertanian, geografi transportasi dan komunikasi)
geografi politik
c.Geografi regional
c.Geografi regional
Menurut Hagget, cabang geografi dapat
diuraikan sebagai berikut.
a. Geografi fisik merupakan cabang geografi yang mempelajari gejala fisik di permukaan bumi. Gejala fisik itu terdiri atas tanah, air, udara dengan segala prosesnya. Bidang kajian dalam geografi fisik adalah gejala alamiah di permukaan bumi yang menjadi lingkungan hidup manusia. Oleh karena itu keberadaan cabang ilmu ini tidak dapat dipisahkan dengan mansuia.
b.Geografi Manusia
a. Geografi fisik merupakan cabang geografi yang mempelajari gejala fisik di permukaan bumi. Gejala fisik itu terdiri atas tanah, air, udara dengan segala prosesnya. Bidang kajian dalam geografi fisik adalah gejala alamiah di permukaan bumi yang menjadi lingkungan hidup manusia. Oleh karena itu keberadaan cabang ilmu ini tidak dapat dipisahkan dengan mansuia.
b.Geografi Manusia
1) Geografi
manusia merupakan cabang geografi yang obyek kajiannya keruangan manusia.
Aspek-aspek yang dikaji dalam cabang ini termaasuk kependudukan, aktivitas
manusia yang meliputi aktivitas ekonomi, aktivitas politik, aktivitas sosial
dan aktivitas budayanya. Dalam melakukan studi aspek kemanusiaan, geografi
manusia terbagi dalam cabang-cabang geografi penduduk, geografi ekonomi,
geografi politik, geografi permukiman dan geografi sosial.
2) Geografi penduduk merupakan cabang geografi manusia yang obyek studinya keruangan penduduk. Obyek studi ini meliputi penyebaran, densitas, perbandingan jenis kelamin penduduk dari suatu wilayah.
3) Geografi Ekonomi merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya berupa struktur keruangan aktivitas ekonomi. Titik berat kajiannya pada aspek keruangan struktur ekonomi masyarakat, termasuk bidang pertanian, industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, jasa, dan sebagainya.
4) Geografi Politik merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya adalah aspek keruangan pemerintahan atau kenegaraan yang meliputi hubungan regional dan internasional, pemerintahan atau kenegaraan dipermukaan bumi.
5) Geografi permukiman adalah cabang geografi yang obyek studinya berkaitan dengan perkembangan permukimam di suatu wilayah permukaan bumi. Aspek yang dibahas adalah kapan suatu wilayah dihuni manusia, bagaimana bentuk permukimannya, faktor apa yang mempengaruhi perkembangan dan pola permukiman.
c. Geografi Regional merupakan diskripsi yang menyeluruh antara aspek manusia dan aspek alam (lingkungan). Fokus kajiannya adalah interelasi,
2) Geografi penduduk merupakan cabang geografi manusia yang obyek studinya keruangan penduduk. Obyek studi ini meliputi penyebaran, densitas, perbandingan jenis kelamin penduduk dari suatu wilayah.
3) Geografi Ekonomi merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya berupa struktur keruangan aktivitas ekonomi. Titik berat kajiannya pada aspek keruangan struktur ekonomi masyarakat, termasuk bidang pertanian, industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, jasa, dan sebagainya.
4) Geografi Politik merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya adalah aspek keruangan pemerintahan atau kenegaraan yang meliputi hubungan regional dan internasional, pemerintahan atau kenegaraan dipermukaan bumi.
5) Geografi permukiman adalah cabang geografi yang obyek studinya berkaitan dengan perkembangan permukimam di suatu wilayah permukaan bumi. Aspek yang dibahas adalah kapan suatu wilayah dihuni manusia, bagaimana bentuk permukimannya, faktor apa yang mempengaruhi perkembangan dan pola permukiman.
c. Geografi Regional merupakan diskripsi yang menyeluruh antara aspek manusia dan aspek alam (lingkungan). Fokus kajiannya adalah interelasi,
interaksi
dan integrasi antara aspek alam dan manusia dalam suatu ruang tertentu. Dalam
pengkajian gejala dan masalah geografi harus selalu terpadu. Walaupun geografi
fisik mengkaji aspek fisik, tetapi selalu mengkaitkannya dengan aspek manusia
dalam suatu “ruang”. Sebaliknya geografi manusia selalu mengkaitkan dirinya
dengan aspek-aspek fisik geografi. Geografi akan kehilangan “jati dirinya” jika
tidak terjadi konsep keterpaduan.
.Pendekatan-PendekatanGeografi
Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami,yaitu:
Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami,yaitu:
a.
Obyek studi geografi
(Obyek
studi geografi adalah fenomena geosfere yang meliputi litosfere, hidrosfera,
biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan
b.Pendekatangeografi
b.Pendekatangeografi
Mendasarkan pada obyek material ini,
geografi belum dapat menunjukan jati dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga
memiliki obyek yang sama. Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lain terletak
pada pendekatannya. Sejalan dengan hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga
pendekatan, yaitu:
a. pendekatan keruangan,
a. pendekatan keruangan,
b.pendekatan
kelingkungan,
c.pendekatan
kompleks wilayah
B.Geografi
Sosial
Dari uraian sebelumnya dapat ditarik
sebuah definisi dari geografi sosial. Geografi sosial merupakan kajian dalam
geografi manusia yang menjelaskan mengenai interaksi antara manusia dengan
lingkungan sosialnya yaitu manusia lain maupun kelompok manusia
disekelilingnya. Maksudnya, bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
baik kebutuhan primer maupun sekunder pasti akan memanfaatkan lingkungan
sekitarnya.
BAB
IV
PENGERTIAN
GEOGRAFI
Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta
persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di
atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu gêo ("Bumi") dan graphein ("menulis", atau
"menjelaskan").Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah
pada subjek ini, yang terkenal adalah Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios (abad kedua).
Geografi
lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak hanya menjawab apa dan dimana di atas
muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang
diartikan dengan "lokasi pada ruang." Geografi mempelajari hal ini,
baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga mempelajari akibat yang
disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.
Pengertian menurut para
ahli
Erastothenes (abad ke-1)
Geografi berasal dari
kata geographica yang
berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi.
Geografi adalah interaksi
antar ruang.
Geografi
erat kaitannya dengan faktor lokasi, karakterisitik tertentu dan hubungan antar
wilayah secara keseluruhan. Pendapat ini kemuadian disebut konsep Natural Atrribut of Place.
Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di
permukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun yang menyangkut kehidupan
makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan,
kelingkungan, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan
pembangunan.
Geografi
adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan
sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan.
Konsep
Konsep Lokasi
Konsep
lokasi adalah konsep utama yang akan digunakan untuk mengetahui fenomena geosfer. Konsep lokasi dibagi atas
Lokasi
absolut : lokasi menurut letak lintang dan bujur bersifat tetap. Contoh : Indonesia terletak di
antara 6°LU-11°LS dan di antara 95°BT-141°BT
Lokasi
absolut : lokasi menurut letak lintang dan bujur bersifat tetap. Contoh : Indonesia terletak di
antara 6°LU-11°LS dan di antara 95°BT-141°BT. Lokasi relatif : lokasi yang tergantung
pengaruh daerah sekitarnya dan sifatnya berubah. Contoh: Indonesia terletak
antara Benua Asia dan Australia.- -Konsep
Jarak
Dalam
kehidupan sosial ekonomi, jarak memiliki arti penting. Dalam geografi jarak
dapat diukur dengan dua cara, yaitu jarak geometrik dinyatakan dalam satuan panjang kilometer dan jarak waktu yang diukur dengan
satuan waktu (jarak tempuh).
-Konsep Keterjangkaua
Sulit atau mudahnya suatu lokasi untuk dapat dijangkau
dipengaruhi oleh lokasi, jarak dan kondisi tempat. Contoh: Surabaya–Jakarta
bisa ditempuh dengan bus atau pesawat.
-Konsep Pola
Pola
merupakan tatanan geometris yang beraturan. Contoh, penerapan konsep pola
adalah pola permukiman penduduk yang memanjang mengikuti jalan raya atau sungai.
-Konsep Geomorfologi
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
bentuk permukaan bumi. Ilmu geografi tidak terlepas dari bentuk-bentuk
permukaan bumi, seperti pegunungan, perbukitan, lembah dan dataran. Hal inilah
yang menyebabkan permukaan bumi merupakan objek studi geografi.
-Konsep Aglomerasi
Aglomerasi
merupakan kecenderungan pengelompokan suatu gejala yang terkait dengan
aktivitas manusia. Misalnya pengelompokan kawasan industri, pusat perdagangan
dan daerah pemukiman.
-Konsep Nilai Kegunaan
Manfaat yang diberikan oleh suatu wilayah di muka bumi
pada makhluk hidup, tidak akan sama pada semua orang. Nilai kegunaan pun
bersifat relatif. Misalnya pantai mempunyai nilai kegunaan yang tinggi sebagai
tempat rekreasi bagi warga kota yang selalu hidup dalam keramaian, kebisingan
dan kesibukan.
-Konsep Interaksi Interdependensi
Interaksi merupakan terjadinya hubungan yang saling
mempengaruhi antara suatu gejala dengan gejala lainnya. Contohnya adalah
perbedaan kondisi antara daerah pedesaan dan perkotaan yang kemudian dapat
menimbulkan suatu kegiatan interaksi seperti halnya penyaluran kebutuhan
pangan, arus urbanisasi maupun alih teknologi.
-Konsep Diferensiasi Area
Fenomena
yang berbeda antara tempat yang satu dengan yang lain. Contoh: Areal pedesaan khas dan corak persawahan.
-Konsep Keterkaitan Keruangan Keterkaitan
antara suatu fenomena dengan fenomena lainnya merupakan suatu keterkaitan
keruangan. Misalnya hubungan antara kemiringan lereng di suatu wilayah dengan
ketebalan lapisan tanah serta hubungan antara daerah kapur dengan kesulitan air.
Pendekatan
·
Pendekatan
Spasial (Keruangan)
Analisis keruangan merupakan pendekatan yang khas dalam
geografi karena merupakan studi tentang keragaman ruang muka bumi dengan
menelaah masing-masing aspek-aspek keruangannya. Aspek-aspek ruang muka bumi
meliputi faktor lokasi, kondisi alam, dan kondisi sosial budaya masyarakatnya.
Dalam mengkaji aspek-aspek tersebut, seorang ahli geografi sangat memperhatikan
faktor letak, distribusi (persebaran), interelasi serta interaksinya. Salah
satu contoh pendekatan keruangan tersebut adalah sebidang tanah yang harganya
mahal karena tanahnya subur dan terletak di pinggir jalan. Pada contoh
tersebut, yang pertama adalah menilai tanah berdasarkan produktivitas
pertanian, sedangkan yang kedua menilai tanah berdasarkan nilai ruangnya yaitu
letak yang strategis.
·
Pendekatan
Ekologi (Lingkungan)
Pendekatan
lingkungan didasarkan pada salah satu prinsip dalam disiplin ilmu biologi,
yaitu interelasi yang menonjol antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Di
dalam analisis lingkungan geografi menelaah gejala interaksi dan interelasi
antara komponen fisikal (alamiah) dengan nonfisik (sosial). Pendekatan ekologi
melakukan analisis dengan melihat perubahan komponen biotik dan abiotik dalam
keseimbangan ekosistem suatu wilayah. Misalnya, suatu padang rumput yang ditinggalkan
oleh kawanan hewan pemakan rumput akan menyebabkan terjadinya perubahan lahan
dan kompetisi penghuninya.
·
Pendekatan
Regional (Kompleks Wilayah)
Analisis kompleks wilayah
membandingkan berbagai kawasan di muka bumi dengan memperhatikan aspek-aspek keruangan
dan lingkungan dari masing-masing wilayah secara komprehensif. Contohnya,
wilayah kutub tentu sangat berbeda karakteristik wilayahnya dengan wilayah
khatulistiwa.[1]
Prinsip dasar
Ada 4 prinsip utama dalam
menganalisis gejala geosfer
Prinsip persebaran,
artinya persebaran bentang alam di permukaan bumi tidak merata sehingga setiap
wilayah akan berbeda dengan wilayah lain. Contohnya persebaran jumlah
transmigran di Indonesia tidak merata, ada suatu wilayah yang jumlahnya besar
dibandingkan dengan yang lain sesuai dengan luas wilayahnya.
Prinsip interelasi,
artinya fenomena geosfer yang satu mempunyai hubungan dengan fenomena geosfer
yang lain, gejala yang satu berkaitan dengan gejala yang lain. Contohnya
sebagian besar penduduk desa bermata pencaharian sebagai petani karena masih
tersedianya lahan untuk digarap.
Prinsip deskripsi,
artinya untuk menggambarkan fenomena geosfer memerlukan deskripsi, melalui
tulisan, tabel, gambar atau grafik. Contohnya peta persebaran lempeng tektonik
di dunia.
Prinsip korologi,
artinya dengan menganalisis suatu wilayah berdasarkan ketiga prinsip sebelumnya
maka suatu wilayah akan mempunyai karakteristik tertentu. Prinsip ini merupakan
simbol dari geografi modern. Contohnya suhu udara di perkotaan lebih tinggi
daripada di pedesaan. Hal ini disebabkan salah satunya karena banyaknya sinar
matahari yang dipantulkan oleh bangunan-bangunan yang ada di perkotaan.
Prinsip
pemetaan, Peta dunia Ptolemy yang
disusun kembali dari Geographia Ptolemeus (sekitar 150) di abad ke-15,
mengindikasikan "Sinae" (Cina) di ekstrem kanan, luar pulau"Taprobane"
(Sri Lanka, besar) dan "Aurea Chersonesus" (Asia Tenggara)Ptolemeus
juga merancang dan menyediakan petunjuk tentang cara membuat peta dunia yang
dihuni (oikoumenè) dan provinsi Romawi. Pada bagian kedua dari
buku Geographia ia memberikan daftar topografi yang diperlukan, dan keterangan
untuk peta. Oikoumenè Nya membentang 180 derajat garis bujur dari kepulauan
Canary di Samudra Atlantik ke Cina, dan sekitar 80 derajat lintang dari Arktik,
India timur sampai jauh ke Afrika; Ptolemeus menyadari bahwa ia mengetahui
hanya seperempat dari seluruh dunia
Sejarah
Bangsa Yunani adalah bangsa yang pertama dikenal
secara aktif menjelajahi geografi sebagai ilmu dan filosofi, dengan pemikir utamanya ThalesdariMiletus, Herodotus, Eratosthenes, Hipparchus, Aristotle, Dicaearchus dari Messana, Strabo, dan Ptolemy. Bangsa Romawi memberi sumbangan pada pemetaan karena
mereka banyak menjelajahi negeri menambahkan teknik baru. Salah satu tekniknya
adalah periplus,deskripsi pada pelabuhan dan daratan
sepanjang garis pantai yang bisa dilihat pelaut di lepas pantai; contoh
pertamanya adalah Hanno sang Navigator dari Carthaginia dan satu lagi dari
Laut Erythraea, keduanya selamat di laut menggunakan teknik periplus dengan
mengenali garis pantai laut Merah dan Teluk Persi.
Pada Zaman Pertengahan, bangsa Arab seperti al-Idrisi, Ibnu Battuta dan Ibnu Khaldun memelihara dan terus membangun warisan
bangsa Yunani dan Romawi. Dengan perjalanan Marco Polo, geografi menyebar ke seluruh Eropa. Selama zaman Renaissance dan pada
abad ke-16 dan 17 banyak perjalanan besar dilakukan untuk
mencari landasan teoritis dan detail yang lebih akurat.Geographia Generalis oleh Bernhardus Varenius dan peta
dunia Gerardus
Mercator adalah contoh
terbesar.
Setelah abad ke-18 geografi mulai dikenal sebagai disiplin
ilmu yang lengkap dan menjadi bagian dari kurikulum di universitas di Eropa (terutama di Paris dan Berlin), tetapi tidak di Inggris dimana geografi hanya diajarkan sebagai
sub-disiplin dari ilmu lain. Salah satu karya besar zaman ini adalah Kosmos: sketsa deskripsi fisik Alam Semesta,
oleh Alexander vom Humboldt.
Selama lebih dari dua abad kuantitas pengetahuan dan
perangkat pembantu banyak ditemukan di IndonesiaTerdapat hubungan yang kua
tantara geografi dengan geologi dan botani,juga ekonomi, sosiologi dan demografi
ibarat, selama abad ke-20, disiplin ilmu geografi melewati empat fase
utama: determinis melingkungan, geografi regional, revolusi kuAtitatif dan geograi kritis.Determinisme lingkungan adalah teori yang
menyatakan bahwa karakteristik manusia dan budayanya disebabkan oleh lingkungan
alamnya. Penganut fanatik deteriminisme
lingkungan adalahCarl Ritter, Ellen Churchill Semple dan Ellsworth Huntington. Hipotesis terkenalnya adalah "iklim
yang panas menyebabkan masyarakat di daerah tropis menjadi malas" dan
"banyaknya perubahan pada tekanan udara pada daerah lintang sedang membuat
orangnya lebih cerdas".Ahli geografi determinisme lingkungan mencoba membuat
studi itu menjadi teori yang berpengaruh. Sekitar tahun 1930-an pemikiran ini
banyak ditentang karena tidak mempunyai landasan dan terlalu mudahnya membuat
generalisasi (bahkan lebih sering memaksa). Determinisme lingkungan banyak
membuat malu geografer kontemporer, dan menyebabkan sikap
skeptis di kalangan geografer dengan klaim alam adalah penyebab utama budaya
(seperti teori Jared Diamond).
Geografi regional menegaskan kembali topik bahasan
geografi pada ruang dan tempat. Ahli geografi regional memfokuskan pada
pengumpulan informasi deskriptif tentang suatu tempat, juga metode yang sesuai
untuk membagi bumi menjadi beberapa wilayah atau region. Basis filosofi kajian
ini diperkenalkan oleh Richard Hartshorne.Revolusi kuantitatif adalah usaha geografi untuk
mengukuhkan dirinya sebagai ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes pada
sains setelah peluncuran Sputnik. Revolusioner kuantitatif, sering disebut
"kadetangkasa", menyatakan bahwa kegunaan geografi adalah untuk
menguji kesepakatan umum tentang pengaturan keruangan suatu fenomena. Mereka
mengadopsi filosofi positifismedari ilmu alam dan dengan menggunakan matematika - terutama statistika - sebagai cara untuk menguji hipotesis.
Revolusi kuantitatif merupakan landasan utama pengembangan Sistem Informasi Geografis.Walaupun pendekatan positifisme dan pos-positifisme
tetap menjadi hal yang penting dalam geografi, tetapi kemudian geografi kritis muncul
sebagai kritik atas positifisme. Yang pertama adalah munculnya geografi
manusia. Dengan latar belakang filosofi eksistensialisme dan fenomenologi, ahli geografi manusia (seperti Yi-Fu Tuan)
memfokuskan pada peran manusia dan hubungannya dengan tempat.Pengaruh lainnya
adalah geografi marxis, yang menerapkan teori sosial Karl Marx dan pengikutnya pada geografi fenomena.
David Harvey dan Richard Peet merupakan geografer marxis yang terkenal.
Geografi feminis, seperti pada namanya, menggunakan ide dari feminisme pada konteks geografis. Arus terakhir
dari geografi kritis adalah geografi pos-modernis, yang mengambil ide
teori pos-modernis dan pos-strukturalis untuk menjelajahi konstruksi sosial
dari hubungan keruangan.
Metode
Hubungan keruangan merupakan kunci pada ilmu sinoptik ini, dan menggunakan peta sebagai perangkat utamanya. Kartografi klasik digabungkan dengan pendekatan
analisis geografis yang lebih modern kemudian menghasilkan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang berbasis komputer.
Geografer menggunakan empat
pendekatan:
Sistematis - Mengelompokkan
pengetahuan geografis menjadi kategori yang kemudian dibahas secara global
Regional - Mempelajari
hubungan sistematis antara kategori untuk wilayah tertentu atau lokasi di atas
planet.
Deskriptif - Secara
sederhana menjelaskan lokasi suatu masalah dan populasinya.
Analitis - Menjawab kenapa
ditemukan suatu masalah dan populasi tersebut pada wilayah geografis tertentu.
Cabang
Geografi fisik
Cabang ini memusatkan pada geografi sebagai ilmu bumi, menggunakan biologi untuk memahami pola flora dan fauna global, dan matematika dan fisika untuk memahami pergerakan bumi dan
hubungannya dengan anggota tata surya yang lain. Termasuk juga di
dalamnya ekologi muka bumi dan geografi lingkungan.Topik terkait: atmosfer - kepulauan - benua - gurun - pulau - bentuk muka bumi - samudera - laut - sungai - danau - ekologi - iklim - tanah - geomorfologi - biogeografi - garis waktu
geografi, paleontologi - paleogeografi - hidrologi.
Geografi manusia
Cabang geografi non-fisik juga disebut antropogeografi yang
fokus sebagai ilmu sosial, aspek non-fisik yang menyebabkan fenomena dunia.
Mempelajari bagaimana manusia beradaptasi dengan wilayahnya dan manusia
lainnya, dan pada transformasi makroskopis bagaimana manusia berperan di dunia.
Bisa dibagi menjadi: geografi ekonomi, geografi politik (termasuk geopolitik),
geografi sosial (termasuk geografi kota), geografi feminisme dan geografi
militer.Topik terkait: Negara-negara di dunia - negara - bangsa - negara bagian – perkumpulan individu - provinsi - kabupaten - kota - kecamatan
Geografi manusia-lingkungan
Selama masa determinisme lingkungan, geografi bukan merupakan ilmu tentang hubungan
keruangan, tetapi tentang bagaimana manusia dan lingkungannya berinteraksi.
Walaupun paham determinisme lingkungan sudah tidak berkembang, masih ada
tradisi kuat di antara geografer untuk mengkaji hubungan antar manusia dengan
alam. Terdapat dua bidang pada geografi manusia-lingkungan: ekologi budaya dan politik dan penelitian risiko-bencana. Karakter
manusia yang harus memenuhi kebutuhan hidupnya, maka harus melakukan penggunaan
alam atau eksploitasi alam guna terpenuhinya kebutuhan hidup.
Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah
Cabang Geografi ini adalah cabang yang relatif baru.
Dikembangkan pada sekitar tahun 1980-an oleh para Geografiwan Eropa, terutama
dari Nederland. Saat kerjasama Universitas antar kedua negara dilakukan,
sejumlah ahli Geografi asal Belanda ikut serta dalam program pencangkokan dosen
di UGM. Hasilnya adalah lahirnya program studi baru bernama Program Studi
Perencanaan Pengembangan Wilayah dan sekarang lebih dikenal dengan Program
Studi Pengembangan Wilayah. Sebelum berdiri menjadi disiplin tersendiri yang
memadukan Ilmu Geografi dengan Ilmu Perencanaan Wilayah, proyek ini dikenal
dengan nama Rural and Regional Development Planning (RRDP). Selain itu dapat
dijelaskan bahwa perencanaan dan pengembangan wilayah dapat berkaitan dengan
ilmu-ilmu sosial terutama terkait dengan fenomena sosial yang terjadi di
masyarakat, sehingga sangat bersinggungan dengan konsep-konsep dan teori-teori
sosial yang ada.
Ekologi budaya dan politik
Ekologi budaya muncul sebagai hasil kerja Carl Sauer pada geografi dan pemikiran dalam antropologi. Ekologi budaya mempelajari bagaimana
manusia beradaptasi dengan lingkungan alamnya.Ilmu keberlanjutan (sustainability) kemudian tumbuh dari
tradisi ini. Ekologi poltik bangkit ketika beberapa geografer menggunakan
aspek geografi kritis untuk melihat hubungan kekuatan alam dan bagaimana
pengaruhnya terhadap manusia. Misalnya, studi yang berpengaruh oleh Micahel Watts berpendapat bahwa kelaparan di Sahel disebabkan oleh perubahan sistem politik danekonomi di wilayah itu sebagai hasil dari kolonialisme dan menyebarnya praktek kapitalisme
Penelitian risiko-bencana
Penelitian pada bencana dimulai oleh Gilbert F. Withe, yang mencoba memahami mengapa orang tinggal
dataran banjir yang mudah terkena bencana. Sejak itu, bidang ini berkembang
menjadi multi disiplin dengan mempelajari bencana alam (seperti gempa bumi) dan bencana teknologi (seperti
kebocoran reaktor nuklir). Geografer yang mempelajari bencana
tertarik pada dinamika bencana dan bagaimana manusia dan masyarakat
menghadapinya.
Geografi sejarah
Cabang ini mencari penjelasan bagaimana budaya dari
berbagai tempat di bumi berkembang dan menjadi seperti sekarang. Studi tentang
muka bumi merupakan satu dari banyak kunci atas bidang ini - banyak disimpulkan
tentang pengaruh masyarakat dahulu pada lingkungan dan sekitarnya.
Ada apa dibalik nama?
Geografi sejarah dan kampus Berkeley
"Geografi Sejarah" tentu saja merupakan akibat
timbal-balik dari geografi dan sejarah. Tetapi di Amerika Serikat, mempunyai
arti yang yang lebih spesifik. Nama ini dikenalkan oleh Carl Ortwin Sauer dari Universitas California, Berkeley dengan programnya mereorganisasi
geografi budaya (beberapa orang menyebutkan semua geografi) pada semua wilayah,
dimulai pada awal abad ke-20.Bagi Sauer, muka bumi dan budaya di atasnya hanya
bisa dipahami jika mempelajari semua pengaruhnya (fisik, budaya, ekonomi,
politik, lingkungan) menurut sejarah. Sauer menekankan kajian wilayah sebagai
satu-satunya cara untuk mendapatkan kekhususan pada wilayah di atas
bumi.Filosofi Sauer merupakan pembentuk utama pemikiran geografi di Amerika
pada pertengahan abad ke-20. Sampai sekarang kajian wilayah masih menjadi
bagian departemen geografi di kampus-kampus di AS. Tetapi banyak geografer
beranggapan ini akan membahayakan ilmu geografi itu sendiri untuk jangka
panjang: penyebabnya adalah terlalu banyak pengumpulan data dan klasifikasi,
sementara analisis dan penjelasannya terlalu sedikit. Studi ini menjadi lebih
spesifik pada wilayah sementara geografer angkatan berikutnya berusaha mencari
nama yang tepat untuk ini. Mungkin ini yang menyebabkan krisis 1950-an
pada geografi yang
hampir menghancurkannya sebagai disiplin akademis.
Teknik geografis
Penginderaan Jauh
Penginderaan Jauh merupakan terjemahan dari istilah remote sensing, adalah ilmu, teknologi dan seni dalam memperoleh informasi mengenai objek atau fenomena di (dekat) permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan objek atau
fenomena yang dikaji, melainkan melalui media perekam objek atau fenomena yang
memanfaatkan energi yang berasal dari gelombang elektromagnetik dan mewujudkan
hasil perekaman tersebut dalam bentuk citra. Pengertian 'tanpa kontak langsung'
di sini dapat diartikan secara sempit dan luas. Secara sempit berarti bahwa
memang tidak ada kontak antara objek dengan analis, misalnya ketika data citra
satelit diproses dannditransformasi menjadi peta distribusi temperatur
permukaan pada saat perekaman. Secara luas berarti bahwa kontak dimungkinkan
dalam bentuk aktivitas 'ground truth', yaitu pengumpulan sampel lapangan untuk
dijadikan dasar pemodelan melalui interpolasi dan ekstrapolasi pada wilayah
yang jauh lebih luas dan pada kerincian yang lebih tinggi.Pada awalnya
penginderaan jauh kurang dipandang sebagai bagian dari geografi,
dibandingkan kartografi. Meskipun demikian, lambat laun disadari
bahwa penginderaan jauh merupakan satu-satunya alat utama dalam geografi yang
mampu memberikan synoptic overview --pandangan secara ringkas namun
menyeluruh-- atas suatu wilayah sebagai titik tolak kajian lebih lanjut.
Penginderaan jauh juga mampu menghasilkan berbagai macam informasi keruangan
dalam konteks ekologis dan kewilayahan yang menjadi ciri
kajian geografis. Di samping itu, dari sisi persentasenya, pendidikan
penginderaan jauh di Amerika Serikat, Australia dan Eropa lebih banyak diberikan oleh bidang ilmu (departemen, 'school' atau fakultas) geografi.Dari segi metode yang digunakan,
dikenal metode penginderaan jauh manual atau visual dan metode penginderaan
jauh digital. Penginderaan jauh manual memanfaatkan citra tercetak atau 'hardcopy' (foto udara, citra hasil pemindaian scanner di pesawat udara maupun satelit) melalui analisis dan interpretasi secara
manual/visua]. Penginderaan
jauh digital menggunakan citra dalam format digital,
misalnya hasil pemotretan kamera digital, hasil pemindaian foto udara
yang sudha tercetak, dan hasil pemindaian oleh sensor satelit, dan
menganalisisnya dengan bantuankomputer. Baik metode manual maupun digital
menghasilkan peta dan laporan. Peta hasil metode manual dapat dikonversi
menjadi peta tematik digital melalui proses digitisasi (sering diistilahkan digitasi).Metode
manual kadangkala juga dilakukan dengan bantuan komputer, yaitu melalui proses
interpretasi di layar monitor (on-screen digitisation), yang langsung menurunkan peta digital. Metode analisis citra digital
menurunkan peta tematik digital secara langsung. Peta-peta digital tersebutd dapat di-'lay out' dan dicetak
untuk menjadi produk kartografis (disebut basis dat kartografis), namun dapat pula menjaid masukan (input)
dalam suatu sistem informasi geografis sebagai basis data geografis. Peta-peta itu untuk selanjutnya menjaid titik toak para geografiwan dalam menjalankan kajian geografinya.
Kartografi
Kartografi atau pemetaan mempelajari representasi
permukaan bumi dengan simbol abstrak. Bisa dibilang, tanpa banyak kontroversi, kartografi merupakan penyebab meluasnya
kajian geografi. Kebanyakan geografer mengakui bahwa ketertarikan mereka pada
geografi dimulai ketika mereka terpesona oleh peta di masa kecil mereka.
walaupun subdisiplin ilmu geografi lainnya masih bergantung pada peta untuk
menampilkan hasil analisisnya, pembuatan peta itu sendiri masih terlalu abstrak untuk dianggap sebagai ilmu terpisah.
Kartografi berkembang dari kumpulan teknik menggambar
menjadi bagian sebuah ilmu. Seorang kartografer harus memahami psikologi kognitif dan ergonomi untuk membuat simbol apa yang cocok
untuk mewakili informasi tentang bumi yang bisa dimengerti orang lain secara
efektif, dan psikologi perilaku untuk memengaruhi pembaca memahami
informasi yang dibuatnya. Mereka juga harus belajar geodesi dan matematika yang tidak sederhana untuk memahami
bagaimana bentuk bumi berpengaruh pada penyimpangan atau distorsi dari
proses proyeksi ke bidang datar.
Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis membahas masalah penyimpanan informasi
tentang bumi dengan cara otomatis melalui komputer secara akurat secara informasi. Sebagai tambahan pada subdisiplin ilmu
geografi lainnya, spesialis SIG harus mengerti ilmu komputer dan sistem database. SIG memacu revolusi kartografi sehingga sekarang hampir
semua pembuatan peta dibuat dengan piranti lunak (software) SIG.
Metode kuantitatif geografi
Metode
kuantitatif geografi membahas
metode numerik yang khas (atau paling tidak yang banyak ditemukan) dalam
geografi. Sebagai tambahan pada analisis keruangan, anda mungkin akan
menemukan analisis klaster, analisis diskriminan dan uji statistik
non-parametris pada
studi geografi.
Bidang Terkait
Perencanaan Kota dan
Wilayah
Perencanaan kota dan wilayah menggunakan ilmu geografi untuk
membantu mempelajari bagaimana membangun (atau tidak membangun) suatu lahan
menurut kriteria tertentu, misalnya keamanan, keindahan, kesempatan ekonomi,
perlindungan cagar alam tau cagar budaya, dsb. Perencanaan kota, baik kota
kecil maupun kota besar, atau perencanaan pedesaan mungkin bisa dianggap
sebagai geografi terapan walau mungkin terlihat lebih banyak seni dan pelajaran
sejarah. Beberapa masalah yang dihadapi para perencana wilayah di antaranya
adalah eksodus masyarakat desa dan kota dan Pertumbuhan Pintar (Smart
Growth).
Ilmu wilayah
Pada tahun 1950-an, gerakan ilmu wilayah muncul, dipimpin oleh Walter Isard untuk menghasilkan lebih banyak dasar
kuantitatif dan analitis pada masalah geografi, sebagai tanggapan atas
pendekatan kualitatif pada program geografi tradisional. Ilmu wilayah berisi
pengetahuan bagaimana dimensi keruangan menjadi peran penting, seperti ekonomi regional, pengelolaan
sumber daya, teori lokasi, perencanaan kota dan wilayah, transportasi dan komunikasi, geografi manusia, persebaran populasi, ekologi muka bumi dan kualitas lingkungan.
Pendidikan tinggi
Di Indonesia, perguruan tinggi yang membuka program studi
Geografi sebagai ilmu murni hanya tiga perguruan tinggi negeri, yaitu
Universitas Indonesia (UI), UGM (Universitas Gadjah Mada), dan UM (Universitas
Negeri Malang) dan satu perguruan tinggi swasta (Universitas Muhammadiyah
Surakarta). Sedangkan program studi Pendidikan Geografi ada di 45 perguruan
tinggi.
Di UGM, Geografi telah berkembang lebih jauh sehingga
menjadi Fakultas tersendiri sejak tahun 1963, yaitu Fakultas Geografi. Saat ini telah mempunyai jenjang pendidikan
tinggi dari D3 (diploma)Penginderaan Jauh dan SIG, S1, S2 dan S3. Fakultas Geografi UGM juga mempelajari
ilmu Perencanaan dan Pengembangan wilayah.
Di UI, Geografi menjadi jurusan dari Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA). Geografi dipelajari sebagai bagian terapan
ilmu-ilmu murni sejajar dengan Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi.
Fakultas Geografi UMS didirikan oleh sejumlah alumni dan
dosen Fakultas Geografi UGM. Para Alumni Pendidikan Tinggi Geografi kemudian
membentuk sebuah asosiasi profesi yang disebut dengan Ikatan Geografiwan
Indonesia (IGI). Disamping itu, dalam wadah yang lebih sempit, para Geografiwan
dari UGM juga mempunyai wadah Ikatan Geografiwan Universitas Gadjah Mada
(disingkat IGEGAMA).
Bakosurtanal, salah satu Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND) berkumpul banyak alumni Geografi, baik dari UI, UGM maupun
UMS.
BAB
V
HAKEKAT,
RUANG LINGKUP DAN PERANAN GEOGRAFI
1.
PERKEMBANGAN GEOGRAFI
Bahwa
manusia sejak lahir sampai kepada akhir hayatnya, tidak dapat melepaskan diri
dari pengaruh alam lingkungannya. Mulai dari udara yang dihirup, air yang di
minum, bahan pangan yang dimakan sampai kepada tempat berlindung dari cuaca
buruk dan binatang liar, diperoleh manusia dari alam. Kondisi hidup yang penuh
rintangan dan tantangan, mendidik manusia untuk mengenal alam secra lebih mendasar
dan mendalam.
Sejalan
dengan perkembangan kebudayaan dan demografi manusia di permukaan bumi,
pengenalan manusia terhadap alam lingkungan. Relasi manusia dengan alam
lingkungannya bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lainnya (varied ways of
living). Variasi kehidupan ini terutama dipengaruhi oleh tingkat kebudayaan
kelompok manusia di wilayah yang bersangkutan.
Terdorong
oleh pemenuhan kebutuhan yang tidak terdapat diwilayahnya sendiri, manusia
mengadakan prjalanan dan penjelajahan ke tempat-tempat lain diluar daerahnya
sendiri. Dalam perjalana ini mereka akan mengenal dan menambah pengetahuan
tentang kehidupan kelompok lain dengan kondisi alam lingkungannya. Akibat dari
pengenalan ini,terjadilah kontak antar kelompok manusia pendatang dengan yang
didatangi. Melalui prose ini, terjadilah komunikasi dan pertukaran pengalaman
diantara mereka.Pengenalan dan pengetahuan mengenai suatu daerah (ruang)
diperkmukaan bumi yang berkenaan dengan keadaan alam dengan kebudayaan, inilah
yang selanjutnya mengembangkan pengetahuan geografi
Terdorong
oleh kebutuhan untuk mempermudah perjalan selanjutnya secara sederhana
pengalaman perjalanan itu dilukiskan kedalam bentuk peta. Pengalaman dan
pengetahuan mengenai berbagai wilayah dengan segala aspek alamiah dan
insaniahnya yang bertambah banyak dan meluas,mulai disajikan dalam bentuk
ceriteria perjalan secara tertulis. Saat itu dapat dikatakan sebagai awal dari
adanya ceriteria yang bersifat “geografi”. Yang kemudian menjadi dasar “pengetahuan
geografi.
Invensi
mengenai kompas,alat perisi,teropong dan alat-alat grafika telah pula menjadi
dasar pendorong kemajuan pengetahuan geografi. Perkembangan teknologi
komunikasi dan transportasi, membantu pula akselerasi perkembangan pengetahuan
geografi. Pengetahuan deskriptip dalam bentuk ceriteria geografi ,telah mulai
mengarah kepada pengetahuan empirik-analitik yang menggunakan matrik dan metode
statistik.
Interelasi
dan interaksi ilmu pengetahuan dengan teknologi, telah menjadi pendorong utama
kemungkinan pemanfaatan sumber daya bagi kesejahteraan hidup umat manusia.
Denagan demikian, kedudukan dan fungsi Geografi saat ini, tidak lagi hanya
terbatas kepada untuk ilmu dalam mengembangkan prinsip – konsep dan teorinya
saja, melainkan telah terjun ke bidang-bidang praktis dalam memanfaatkan
simberdaya dan lingkungan untuk kesehjateraan umat manusia secara seimbang.
HERODOTUS (485-425 s.M.),
seorang ahli filsafat dan sejarah, telah mengemukakan pendapat bahwa btapa
eratnya hubungan antara perkembangan masyarakat dengan faktor-faktor geografi
di wilayah yang bersangkutan. Peta Herodotus sangat sederhana bila dibandingkan
dengan peta yang yang kita kenal sekarang. Berdasarkan pandanganya, disatu pihak
ia dianggap sebagai ahli sejarah, sedangkan dilain pihak ia juga dipandang
sebagai ahli Geografi. Paham geografinya bersifat filosofis.
STRABO
(63 s.M.-24 M) yang juga ahli Sejarah dan Geografi Yunani Kuno,bahwa ia
termasuk tokoh Geografi yang berpaham “determinis lingkungan” ia
juga telah membuat peta yang terkenal dengan sebutan Peta Strabo.
Peta ini merupakan perbaikan dan perlengkapan dari peta Herodotus.
JULUS
CAESAR (100-44 s.M.) dalam tulisannya yang berjudul “Gallic Wars”. Caesar yang
merupakan tokoh pemerintahan dan ketentaraan Romawi yang terkenal itu, pada
tulisannya telah mengemukakan faktor geografi terhadap pemerintahannya, dan
pengaruh lingkungan alam terhadap kemenangannya.
Pelajaran
Geografi tentang bola bumi dengan menggunakan pendekatan-pendekatan dan
pengukuran-pengukuran yang matematik, berasal dari PYTHAGORAS. Kemudian hal ini
lanjutkan oleh PLATO, ARISTOTELES, dan ERATOSTHENES. Eratosthenes
mengemukakan istilah geographika, Geographika itu berarti “deskripsi
atau tulisan tentang bumi”. Oleh karena itu ia dianggap sebagai peletak dasar
Geografi yang pertama. Jasa PTOLOMAEUS pada perkembangan geografi yaitu pada
pembuatan dan penggunaan peta.Setelah didapatkannya alat pencetak, peta
ptolomaeus dengan di ubah sedikit, dicetak sebagai Atlas Ptolomaeus
Perjalanan
melalui darat yang terkenal “Via Appia” antara Roma dan Capua (350
s.M.),serta “jalan sutera” antara Tiongkok dengan Timur Tengah (Abad
pertengahan), telah menjadi sumber materi geografi yang berharga saat itu.
Selanjutnya,
perjalanan-perjalanan yang dilakukan oleh Colombus, Vasco da Gama, Fernao de
magelhaens dan lain-lainnya, telah pula menambah pengetahuan mengenai negara
lain dengan penduduk dan kebudayaanya. Pengtahuan ini selain menambah materi
geografi,juga telah membukakan wawasan manusia terhadap perwilayahan di
permukaan bumi. Dan lebih penting lagi, telah pula dijadikan sarana untuk
memperluas dan meningkatkan pemenuhan kebutuhan manusia.
Pada
Abad pertengahan, tokoh-tokoh ilmu pengetahuan adalah: NICOLAUS COPERNICUS
(yang mengemukakan konsep heliosentrik),
GALILEO
GALILEI, JOHANNES KEPLER, GERARD MECATOR, WILLEM JANSZ. Tokoh-tokoh geografi
dari jerman yang besar pengaruhnya
terhadap
perkembangan geografi yaitu : KARL RITTER, OSCAR PESCHEL, ALEXANDER von
HUMBOLDT, FREDERICH RATZEL, ERNEST KAPP, OTTO SCHLUTER, FREDERICH von
RICHTHOFFEN, dan ALFRED HETTNER.
B.
HAKEKAT GEOGRAFI
Sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengertian geografi juga mengalami
perubahan dan perkembangan. Sudah sejak semula bahwa penuturutan geografi yang
berkenaan dengan aspek alam tentang tempat terjadinya gejala, dan aspek manusia
sebagai penghuni muka bumi.
Hakekatnya
Geografi sebagai bidang ilmu pengetahuan, selalu melihat keseluruhan gejala
dalam ruang, dengan memperhatikan secara mendalam tiap aspek yang menjadi
komponenkeseluruhan tersebut. Gejala- interelasi-interaksi-integrasi keruangan
menjadi hakekat kerangka kerja utama pada Geografi dan Studi Geografi.
Pemanfaatan
sumber daya dan ruang di permukan bumi menjadi bertambah efektif. Oleh karena
itu, Geografi yang melakukan penkajian tentang hal itu juga terdorong untuk
menjadi lebih maju. Dasar kemajuan aspek praktis tidak akan terjadi jika kemampuan
teoritisnya tidak menunjang. Dengan demikian, penelitian ilmiah teoritis murni
pada bidang studi geografi ini juga menjadi tuntutannya
.
C.
RUANG LINGKUP GEOGRAFI
Melihat analisa gejala yang dipelajarinya, Geografi dapat
menjawab “what,where,why,how” tentang apa yang terjadi di permukaan bumi. Untuk
menjawab pertanyaan “what”,geografi dapat menunjukan
gejala atau faktor alam dan gejala atau faktor manusia, untuk menjawab
pertanyaan “where”, geografi dapat menunjukan ruang atau tempat terdapatnyaatau
terjadinya gejala alam dan manusia, untuk menjawab pertanyaan “why”,geografi
dapat menunjukkanrelasi,interelasi,interaksi,integrasi gejala-gejala sebagai
faktor
yang tidak terlepas satu sama lain. Untuk menjawab pertanyaan “how”, geografi
dapat menunjukkan kualitas dan kuantitas gejala daninterelasi/interaksi
gejala-gejala pada ruang yang bersangkutan
D
.PERANAN GEOGRAFI
4.1.
Geografi sebagai suatu Sintesis
Geografi
sebagai suatu sintesa, digunakan untuk bagaimana kualitasnya,mengapa
demikian,dan bila mana terjadinya.
4.1.
Geografi Sebagai Suatu Penelaahan Relasi Keruangan Gejala
4.2.
Geografi Sebagai Ilmu Tataguna Lahan
Secara
ekologi, sarana atau kawasan-kawasan tadi bukan hanya harus seimbang, melainkan
juga harus saling menunjang. Melalui keranka kerja geografi sebagai ilmu
tataguna lahan, kita akan dapat menerapkan pola yang tepat untuk
pembangunan, peningkatan dan perluasan sarana kehidupan.
4.4.
Geografi Sebagai Bdang Ilmu Penelitian
E.
PRINSIP GEOGRAFI
Pada
Geografi dan Studi geografi, digunakan beberapa prinsip yang di sebut prinsip
geografi. Prinsip ini menjadi dasar padauraian, pengkajian dan pengungkapkan
gejala,variabel,faktor dan masalah geografi.
5.1.
Prinsip Penyebaran
5.2.
Prinsip Interelasi
5.3.
Prinsip Deskripsi
5.4.
Prinsip Korologi F.KONSEP GEOGRAFI
Dalam
mengartikan suatu ungkapan sebagai konsep geografi geografi, kita harus
mengubungkan ungkapan tersebut dengan penyebarannya. Pada ungkapkan “bumi
seperti suatu planet”, seperti dikemukakan Getrude whipple, harus
seabstraksikan bentuk bola bumi ,proses terjadinya, revolusi dan rotasinya.
G.
KONSEP REGIONAL
Pada
geografi modern dewasa ini, konsep regional menjadi inti pada studi geografi.
Pada konsep regional, kita mempelajari gejala geografi dalam interelasi dan
interaksi keruangannya. Dengan melakukan pendekatan regional dan pendekatan
geografi berdasarkan ruang dan waktu, kita akan dapat menganalisa perkembangan
suatu region (regional development) yang selanjutnya kita akan dapat pula
mengadakan perencanaan regional (regional planning) untuk masa yang
akan datang.
H.
KLASIFIKASI DAN CABANG-CABANG GEOGRAFI
Secara
garis besar, Geografi dapat diklasifikasikan menjadi tiga cabang
yaitu 1.geografi fisik (physical geography) 2. Geografi
manusia (human geography) 3. Geografi Reginal (regional
geography)
8.1.
Geografi Fisik
Geografi
fisik Yaitu cabang geografi yang mempelajari gejala fisik dari permukaan bumi
yang meliputi tanah, air, udara dengan segala prosesnya. Geografi fisik adalah
gejala alamiah permukaan bumi yang menjadi lingkungan hidup manusia.
8.2.
Geografi Manusia
Yang dimaksud dengan
Geografi Manusia adalah cabang Geografi yang bidang studinya yaitu aspek
keruangan gejala di prmukaan bumi,yang mengambil manusia sebagai obyek studi
pokok, termasuk aspek kependudukan, aspek aktivitas yang meliputi aktivitas
ekonomi, aktivitas social,dan aktivitas budayanya
8.3.
Geografi Regional
Geografi
reginal merupakan deskripsi yang prehensip-integratip aspek fisik dengan aspek
manusia dalam relasi keruangannya disesuatu wilayah. Geografi Regional adalah
studi suatu bagian atau semua bagian yang didasarkan atas aspek keseluruhan
suatu wilayah.
8.4.
Geografi Sejarah
Geografi
sejarah adalah penyebaran penduduk, penyebaran pola-pola pemukiman, zone-zone
tanah dan vegetasi yang menggantikan hutan,rawa, padang rumput karena perkembangan
bercocok tanam dan pengembalaan di suatu wilayah di permukaan bumi, yang
ditinjau perkembangannyapada masa yang lampau sebelum mencapai keadaan
sekarang.
I. ILMU PEMBANTU PADA STUDI GEOGRAFI
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, telah pula membantu kerangka kerja dan studi
geografi. Dilakukannya pemotretan dari udara baik dengan pesawat terbang,maupun
dengan satelit buatan dan laboraturium ruang angkasa,telah sangat membantu
pengungkapan keruangan aspek-aspek geografi di suatu wilayah.
J. KEMAMPUAN KHUSUS PADA STUDI GEOGRAFI
10.1. Peta
10.2.
observasi lapangan
10.3.
Dokumentasi
10.4.
Model
10.5.
Perkembangan Teknologi Mutakhir
BAB
VI
METODOLOGI
GEOGRAFI
1.METODOLOGI PENGERTIAN GEOGRAFI
Metodologi
diartikan sebagai ilmu tentang metode,studi tentang metode,khususnya metode
ilmimiah , yaitu cara-cara yang dipakai untuk mengejar suatu bidang ilmu.
2. METODE PENDEKATAN GEOGRAFI
2.1.Pendekatan
Keruangan (spatial Approach)
Pendekatan ruangan merupakan metode pendekatan yang khas
geografi. Pada pelaksanaan pendekatan keruangan pada studi geografi ini, harus
tetap berdasarkan prinsip-prinsip geografi yang berlaku. Prinsip-prinsip itu
adalah prinsip penyebaran, interelasi, dan deskripsi. Sedangkan yang termasuk
pendekatan keruangan yaitu pendekatan topik,pendekatan aktivitas manusia dan
pendekatan regional. Secara teoritas pendekatan itu dapat dipisahkan satu sama
lain tetapi pada kenyataan praktisnya, berhubungan satu sama lain.
2.2.
Pendekatan Ekologi (ecologi approach)
Pendekatan ekologi pada studi geografi, bukan merupakan
metode Pendekatan satu-satuynya. Pendekatan ekologi ini merupakan metode
pendekatan pelengkapan untuk melakukan pendekatan masalah yang tidak dapat
didekati atau di telaah oleh metode-metode lainnyaPendekatan Historis dan
Pendekatan Kronologi Pada studi geografi, metodologi dengan
menggunakan dimensi urutan waktu atau dimensi sejarah, dikenal sebagai
pendekatan historis atau pendekatan kronologi. Dengan menerapkan pendekatan
historis suatu gejala atau suatu masalah pada ruang tertentu Pendekatan
historis dapat membantu mengungkapkan perkembangan suatu gejala geografi mulai
dari masa yang lampau sampai sekarang.
2.4.
Pendekatan Sistem (system approach)
Sistem dapat diterapkan kepada
rangkaian gejala, dapat diterapkan kepada alat atau pesawat elektronik,dapat
diterapkan kepada susunan jasmaniah manusia, dan lain-lain sebagainya.Russel L.
Ackoff mengemukakan pendekatan sistem itu merupakan mede berfikir sinetik.
Sedangkan yang dimaksud dengan mode berfikir sinetik yaitu mode berfikir yang
didasarkan atas doktrin ekspansionisme. Doktrin eksponisionisme ini adalah cara
meninjau suatu hal sebagai bagian dari keseluruhan yang besar.
3.METODE PENELITIAN GEOGRAFI
3.1.
Langkah-langkah Penelitian Geografi
1) Perumusan
dan prnyataan masalah penelitian.
2) Perumusan
tujuan penelitian.
3) Penyusunan
hipotesa penelitian.
4) Penentuan
populasi dan penarikan sampel.
5) Teknik
pengumpulan data.
6) Analisa
dan interpretasi data
7) Penarikan
kesimpulan hasil penelitian
3.2.1
Masalah Geografi
Masalah geografi itu
sekurang-kurangnya menyangkut tiga pertanyaan atau persoalan pokok. Hakekat
masalah geografi tidak dapat dilepaskan dari hakekat geografi itu sendiri.
Masalah geografi menyangkut gejala geografi,menyangkut ruang, dan menyangkut
asosiasi gejala yang bersangutan dengan gejala-gejala yang lain di dalam sistem
keruangannya.
3.2.2
Perumusan Masalah Penelitian
Pada perumusan masalah ini, gejala
yang menjadi pokok persoalan harus diungkapkan penyebarannya dalam ruang dan
termasuk pula kepadatannya. Melalui pendekatan ini, kita telah akan dapat
mengungkapkan diferensiasi areal. Dengan demikian kita telah dapat merumuskan
masalah yang bersangkutan berdasarkan sektor atau zonenya pada ruang yang
bersangkutan
3.2.3
Penyataan Masalah Penelitian
Haring dan Louns Bury bahwa masalah
geografi berkenaan dengan ketidakseimbangan asosiasi gejala atau variabel
geografi yang ada pada s istem
keruangannya
3.3
Tujuan penelitian
Hakekatnya,suatu
penelitian ilmiah sekurang-kurangnya harus dilandasi dua tujuan, yaitu:
1.tujuan teoritis dan 2. Tujuan praktis. Tujuan teoritis terutama diarahkan
untuk mendapatkan kesimpulan teoritis dari penilitian yang bersangkutan dan selanjutnya
juga dapat diarahkan kepada pengembangan ilmu yang bersangkutan. Sedangkan
tujuan praktis adalah tujuan untuk menerapkan hasil penelitian itu bagi
kepentingan hidup sehari-hari dan bagi kepentingan pemecahan masalah sosial
3.3.1
Tujuan teoritas Penelitian Geografi
1) Memproleh
data obyektif tentang masalah atau gejala yang diteliti.
2) Menguji
kebenaran hipotesa yang diajukan terhadap masalah yang diteliti.
3) Menyumbangkan
konsep, teori prinsip “baru” yang diketemukan pada penelitian bagi kepentingan
pengembanganilmu geografi
3.3.2 Tujuan Praktis
Penelitian geografi
1) Menerapkan
hasil penelitiuan geografi bagi kepentingan pemecahan masalah sosial di daerah
penelitian khusunya, dan diseluruh wilayah yang mengalami masalah yang sama pada
umunya
2) Menerapkan
hasil penelitian geografi bagi kepentingan hidup manusia masa ini
dan masa yang akan datang.
3) Menyumbangkan
hasil penelitian bagi perencanaan dan pengembangan daerah, dan bagi kepentingan
perencanaan dan pengembangan kehidupan pada umumnya.
3.4. Perumusan Hipotesis Penelitian
Suatu
hipotesa yang baik , harus memenuhi syarat :
a) Dapat
dipercaya (plausible) dan masuk akal (reasonable).
b) Merupakan
ungkapan keteraturan pikiran (consistency).
c) Memberikan
peluang untuk pengujian empiris (chance of empirical testing).
Hipotesa yang menjadi landasan utama
pada penelitian, disebut hipotesa kerja (working or exploratory
hypotheses). Tingkat kegunaan hipotesa kerja pada penelitian sangat tergantung
kepada:
1. Ketajaman
observasi yang dilakukan si peneliti (keen observation).
2. Pencitraan
yang tertib dan pemikiran yang kreatif dari si peneliti (disciplined imagination and creative thinking).
3. Sejumlah
kerangka teoritis yang dirumuskan oleh si peneliti yang bersangkutan (some formulated
theoritical framework).
3.5.Teknik
dan Alat Pengumpulan Data
3.5.1
Teknik Pengumpulan Data pada Penelitian Geografi
Teknik-teknik
pengumpulan data yang dapat digunakan pada penelittian geografi yaitu:
a) Observasi lapangan
(field observation).
b) Teknik wawancara.
c) Teknik kuesioner.
d) Studi dokumentasi
e) Studi kepustakaan.
3.5.2
Alat Pengumpulan Data
Alat-alat itu
antara ceklis (checklist), peta dasar (base map), tabel blangko (dokumen
schedules), pedoman wawancara (interview guide), daftar kuesioner
(questionair), dan alat pemotret.
3.6
Populasi dan Sampel Penelitian
3.6.1
Populasi Penelitia
Populasi penelitian geografi
meliputi: kasus (masalah, peristiwa tertentu), individu (manusia baik sebagai
perorangan, maupun sebagai kelompok), dan gejala (fisis, sosial, ekonomi,
budaya, politik) yang ada pada ruang geografi tertentu.
3.6.2
Sampel Penelitia
Pada penelitian
geografi, penarikan sampel itu dapat dilakukan terhadap ruang atau daerahnya
(sampel area), dan dapat pula terhadap kasus, individu atau gejalany
3.7
Metode Analisa Data
Analisa data merupakanpengolahan dan
interpretasi data untuk menguji kebenaran hipotesa dan untuk menarik kesimpulan
hasil penelitian.
3.7.1
Metode Analisa kualitatif
informasi yang di tuangkan
dalam bentuk gambar, bagan, diagram, potret dan peta sangat membantu analisa
kualitatip penelitian geografi.
3.7.1
Metode Analisa Kuantitatif
Metode analisa
kuantitaip yang mengolah dan menginterpretasikan data yang berbentuk angka
dengan perhitungan yang bersifat matematik, dikenal juga sebagai metode
statisti
3.8
Kesimpulan Hasil penelitian
Kesimpulan hasil penelitian merupaka
produk hasil analisa data yang dilandasi oleh masalah dan hipotase penelitian.
Kesimpulan itu harus sesuai dengan tujuan penelitian yang telah digariskan pada
permulaan penelitian ini dirancangkan. Kesimpulan penelitian ini harus dapat
mengungkapkan tujuan teoritis dan tujuan praktisnya.
4.METODE ANALISA KERUANGAN
4.1
Analisa Lokasi Lokasi dalam ruang,
dapat
dibedakan antara lokasi absolut dengan lokasi relatif. Lokasi absolut suatu
tempat atau wilayah, yaitu lokasi yang berkenaan dengan posisinya menurut garis
lintang dan garis bujur.Lokasi relatif sesuatu tempat, memberikan gambaran
tentang keterbelakangan, perkembangan, dan kemajuan wilayah yang bersangkutan
bila dibandingkan dengan wilayah lainyang akan di sekitarnya,dan dapat
mengungkapkan pula mengapa kondisinya demikian.
4.1.1.
Teori Tempat Yang Sentral
Tempat yang lokasinya sentral adalah
tempat yang memungkinkan partisipasi manusia yang jumlahnya maksimum, baik bagi
mereka yang terlibat dalam aktivitas pelayanan, maupun yang menjadi konsumen
dari barang-barang dan pelayanan yang dihasilkannya, oleh Chiristaller dan
Losch, diasumsikan sebagai titik simpul-simpul dari suatu bentuk geometrik
yangheksagonal. Tempat-tempat semacam itu memilki kawasan pengaruh terhadap
daerah sekitarnya. Hubungan dan lokasi tempat-tempat yang sentral dengan tempat
yang sentral di sekitanya, membentuk hierarkijaringan seperti sarang lebah.
4.1.2.
Konsep Isotim dan Isodapen
Dua istilah yang perlu dijelaskan
berkenaan dengan konsep isotim, yaitu indeks material (material index) dan
bobot lokasi (locational weight). Yang dimaksud dengan indeks material
(MI),yaitu proporsi berat dari bahan mentah pada lokasi tertentu terhadap berat
produksi yang dihasilkannya. Sedangkan bobot lokasi dari suatu
produksi adalah jumlah berat yang harus dipindahkan di daerah lokasi yang
meliputi pemindahan berat barang jadi.Penghematan biaya tenaga kerja dengan
menarik industridari lokasi biaya transportasi minimum, harus diadakan
penambahan biaya diatas biaya transportasi minimum. Karena makin jauh biaya
minimum, maka akan terjadi suatu isodapen diluar batas kenaikan biaya
transportasi yang tidak dapat seimbang lagi dengan tingkat ekonomi buruh, isodapen
semacam itu disebut isodapen kritis (critical isodapena)..
4.2.1.
Analisa Tetangga Terdekat.
Analisa tetangga terdekat telah
dikembangkan oleh P.J. Clark dan F.C. Evans pada studiekologi tanaman. Pada
dasarnya pola penyebaran dapat dibedakan tiga macam, yaitu pola bergerombolan
(cluster pattern), tersebar tidak merata (random pattern), dan tersebar merata
(dispered pattern). Pengevaluasian pola-pola ini menggunaka skala tetangga
terdekat yang diungkapkan ke dalam skala R (R scale).
4.2.2.
Analisa Variansi Penyebaran Keruangan
John C Weaver, J,T Coppock,
dan D. Thomas, analisa variansi penyebaran keruangan terutama di terapkan pada
bidang agrikultur untuk mengkaji penggunaan lahan pertanian. Analisa ini
didasarkan atas pendekatan faktor tunggal dengan dominan (single-factor
dominance) dan pendekatan faktor yang jamak (multifactor approach) dengan
menerapkan model matematik statistik varian.J.T Coppock mengembangkan metode
Weaver untuk keseluruhan spektrum aktifitas pertanian dengan mengubah ternak dan
tanaman ke dalam unit dan pembedaan secara umum berdasarkan pembobotan yang
baku (standard).
4.3.
Analisa Interaksi dn Difusi Keruangan
Pergerakan penduduk dari satu
tempat ke temapat yang lain,baik untuk memenuhi kebutuhan ekonomi maupun untuk
memenuhi kebutuhan sosial lainnya dapat dievaluasi secara geografi. Bentuk
permukaan bumi, elevasi, vegetasi, keadaan cuaca, merupaka faktor fisis yang
mempengaruhi gerak perpindah yang dilakukan manusia. Alat transportasi,kegiatan
ekonomi, biaya transportasi,kondisi jalan, dan kondisi sosial budaya
setempat,merupakan faktor nonfisis yang mendorong manusia untuk beranjak dari
tempat asalnya. Dalam rangka analisa keruangan untuk mengungkapkan aspek
interaksi dan difusi, akan kita terapkan konsep-konsep gravitasi, konektivitas,
dan teori grafik.
4.3.1.
Model Grativitasi
Konsep
gravitasi secara khusus diperkenalkan oleh W.J Reilley(1929) dalam membahas
cara-cara membentuk wilayah perdagangan.Model gravitasi dalam bidang geografi
dapat diestimitkan sebagai ukuran arus diantara dua region yang bersangkutan,
yang kemudian dibagi oleh kelipatan jarak diantara dua region itu. Pada bidang
geografi, massa tersebut adalah ungkapan jumlah penduduk region yang
bersangkutan.
Di
Amerika Serikat model grativitasi telah banyak diterapkanoleh berbagai ahli
Hagerstrand (1957) dan Olsson (1965), sirkulasi surat kabar oleh Dahl (1957),
pengunjung bioskop oleh Classon (1964), penggunan telepon oleh Dahl (1957)
Mackay (1958) dan Kariel (1968), dan analisa pusat-pusat perbelanjaan oleh
Brian J.L Berry (1967).
4.3.2
. Teori Grafik
Teori grafik (graphy theory) yang
diterapkan pada bidang geografi untuk mengadakan analisa interaksi dan difusi
keruangan. Teori grafik termasuk ke dalam topologi. Yang menjadi ciri dasar
pengkajian tiap titik disebut puncak (vertex, top) dan garis atau kurva yang
menghubungkan puncak-puncak tersebut disebut tepi atau binkai (edge). Teori ini
diterapkan untuk menelaah transportasi dengan segala bentuk sifat dan
konektivitasnya.
5.METODE
PEMECAHAN MASALAH
Jika penelitian dan analisa geografi
berkenaan dengan suatu masalah, maka kesimpulannya dan penelitian berupa
faktor-faktor geografi yang menyebabkan terjadinya masalah. Oleh karena itu,
kita akan dapat mengajukan teori-teori berkenaan dengan hal tersebut, baik yang
menyangkut asosiasi gejala-gejalanya, terutama yang berkenaan dsengan
pemecahannya.Kalau kita asumsikan bahwa hubungan antara faktor masalah dengan
pemecahannya harus seimbang, maka hubungan itu dapat
diungkapkan kedalam model: Masalah-pemecahan=0
BAB VII
GEOGRAFI, DAN KOMPETENSINYA DALAM KAJIAN GEOGRAFI FISIK
A. Geografi Fisik
Geografi sebagai ilmu pengetahuan yang pernah
disebut sebagai induk ilmu pengetahuan (mother of sciences) mengalami pasang-surut peranannya untuk memberikan sumbangan
pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan. Apabila geografi
tetap ingin berperan dalam memberikan sumbangan pemikiran dalam kebijakan
pembangunan, geografi harus mempunyai konsep inti, metodologi dan aplikasi yang
mantap. Makalah ini bertujuan untuk menelusuri konsep inti geografi yang sesuai
untuk dikembangkan di Indonesia untuk mendasari kompentensinya, khususnya dalam
bidang geografi fisik. Pemisahan geografi fisik dan geografi manusia yang
tinggi kurang mencirikan jati diri geografi, dan jika kecenderungan pemisahan tersebut semakin
berlanjut jati diri geografi akan pudar dan akan larut dalam disiplin ilmu
lainnya, dan bahkan kita akan kehilangan sebagian dari kompetensi keilmuan
geografi. Geografi terpadu atau geografi yang satu (unifying geography) menjadi
satu pilihan sebagai dasar pembelajaran
geografi yang sesuai untuk Indonesia, yang diikuti dengan pendalaman keilmuan
pada masing-masing obyek material kajian geografi tanpa melupakan obyek
formalnya. Komponen inti dari geografi terpadu adalah ruang, tempat/lokasi,
lingkungan dan peta, yang berdimensi waktu, proses, keterbukaan dan skala.
Komponen inti geografi terpadu tersebut dijadikan dasar untuk menentukan
kompetensi geografi. Kompetensi geografi fisik, yang obyek materialnya fenomena
lingkungan fisik (abiotik) pada lapisan hidup manusia, sangat luas antara lain:
penataan ruang, pengeolaan sumberdaya alam, konservasi sumberdaya
alam, penilaian degradasi lingkungan, pengelolaan daaerah aliran sungai,
penilaian tingkat bahaya dan bencana, penilaian risiko bencana. Kompetensi
geografi fisik tersebut selalu dikaitkan dengan kepentingan umat manusia,
dengan konsep bahwa lingkungan fisikal sebagai lingkungan hidup manusia.
Perbincangan tentang jati diri Geografi telah
beberapa kali dilakukan di Indonesia,
baik melalui lokakarya, seminar maupun melalui sarasehan yang dilakukan oleh
Fakultas/Jurusan/Departemen Geografi,
organisasi profesi (IGI) dan ikatan alumni (IGEGAMA). Jati diri suatu
disiplin ilmu dapat ditelaah dari definisinya. Dalam Seminar Peningkatan
Relevansi Metode Penelitian Geografi
tanggal 24 Oktober 1981 Prof. Bintarto dalam papernya berjudul Suatu Tinjauan Filsafat Geografi mengemukakan
definisi Geografi sebagai berikut:
Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-2gejala di muka bumi dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi baik yang Fisikal maupun yang menyangkut mahkluk hidup
beserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologikal dan regional
untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan (Bintarto,
1984). Seminar dan lokakarya yang dilaksanakan di Jurusan Geografi, FKIP, IKIP Semarang kerjasama
dengan IGI tahun 1988 telah menghasilkan rumusan definisi: Geografi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari perbedaan dan
persamaan fenomena geosfer dengan sudut
pandang kelingkungan, kewilayahan dalam konteks keruangan. Rumusan dua definisi Geografi tersebut
sedikit berbeda namun memberikan ketegasan dan kejelasan tentang obyek kajian
dalam Geografi baik obyek material maupun formalnya. Obyek mateRialnya adalah
gejala, fenomena, peristiwa di muka bumi
(di geosfer), sedang obyek formalnya adalah sudut pandang atau
pendekatan:keruangan, kelingkungan dan kompleks wilayah. Ketegasan obyek formal kajian Geografi
penting untuk membedakan kajian dengan disiplin ilmu lain yang obyek
materialnya juga Fenomena geosfer. Geosfer terdiri atas atmosfer, litosfer
(termasuk pedosfer), hidrosfer dan biosfer (termasuk antroposfer); sfera bumi tersebut membentuk satu sistem
alami yang masing-masing sfera saling berinteraksi, saling pengaruhmempengaruhi.
Konsep sfera bumi membentuk satu sistem alami
merupakan konsep penting dalam geografi, karena dapat dijadikan dasar
untuk memahami dinamika fenomena dari muka bumi. Definisi Geografi versi Semlok
Semarang tersebut masih banyak digunakan dalam proses pembelajaran geografi di sekolah
dan perguruan tinggi, dan bukan
satusatunya yang harus diajarkan kepada
peserta didik, karena masih banyak definisi lain yang perlu disampaikan untuk
memperkaya dan memperluas wawasan tentang jati diri geografi. Definisi geografi itu sangat banyak, berikut
ini disampaikan lima definisi untuk memberikan diversitas cakupan, dan jati
diri Geografi.
1) Geography is concerned to provide an accurate,
orderly, and rational description and interpretation of the variable character
of the Earth’s surface (Hartshorne, 1959).
2) Geography is the scientific study of changing spatial
relationships of terrestrial phenomena viewed as world of man (Bird, 1989).
3) The core of Geography is an abiding concern for human
and physical attribute of places and regions and with spatial interaction that
alter them (Abler et al, 1992).
4) Geography is the study of the surface of the Earth. It
involves tphenomena and processes of the Earth’s natural and human environments
and landscapes at local to global scales (Herbert and Matthews (2001).
5) Geography is a discipline concerned with understanding
the spatial dimensions of environmental and social processes (White, 2002) Varias definisi tersebut di atas juga
memberikan ketegasan kepada kita bahwa obyek kajian Geografi adalah fenomena
geosfer dan sudut pandangnya adalah keruangan, kelingkungan dan kewilayahan
meskipun dengan rumusan yang berbeda. Rumusan yang berbeda dari definisi
Geografi dapat dipahami dengan munculnya pandangan Geografi yang menyatakan
bahwa geografi adalah apa yang dikerjakan oleh geograf. Dua definisi
terakhir dari lima definisi tersebut di atas
aspek lingkungan mendapat tekanan yang lebih. Hal tersebut sangat
mungkin diinspirasi oleh permasalahan lingkungan yang semakin meningkat dan
mengglobal di muka bumi ini, seperti perubahan iklim global, penurunan kualitas
lingkungan, bencana banjir, kekeringan, longsor, kemiskinan, penurunan dan
kerusakan sumberdaya alam. Permasalahan lingkungan dan bencana yang banyak
terjadi tersebut timbul sebagai akibat ketidak imbangan interaksi antara
lingkungan dengan aktifitas manusia. Interaksi lingkungan-manusia merupakan
sebagian dari kajian geografi yang menggunakan pendekatan kelingkungan..Oleh
sebab itupermasalahan lingkungan menjadi perhatian geograf, dan selain itu
geografi sebagai ilmu yang berorientasi pada pemecahan masalah (problems solving).
Permasalahan lingkungan yang terjadi saat sekarang dan masa depan bersifat kompleks, multi
dimensi, saling kait mengkait, sehingga pemecahannya memerlukan pendekatan
terpadu. Dalam merespon permasalahan lingkungan yang multidimensi
dan berskala lokal hingga global, Geografi dihadapkan pada dua
permasalahan yang terkait disiplin ilmu
geografi itu sendiri dan permasalahan
kompetensi geograf sebagai pemangku ilmu
geografi.
1) Geografi yang bagaimanakah yang mampu memberikan
kontribusi nyata untuk pengambilan
kebijakan dalam memecahkan permasalahan lingkungan yang berdimensi lokal hingga
global secara berkelanjutan?
2) Kompetensi apakah yang diperlukan bagi geograf di masa
mendatang? Pertanyaan pertama dimunculkan, karena ada tiga alasan penting
yang terkait dengan geografi:
1)
geografi menghadapi tantangan untuk memberikan masukan dalam memecahkahn
masalah yang multi dimensi dan kompleks yang memerlukan pendekatan antar
bidang, apabila geografi tidak terpadu
maka kontribusi geografisnya kurang lengkap, bahkan berisiko sebagian disiplin geografi menjadi
bagian disiplin ilmu lain;
2) pembelajaran geografi harus utuh tidak
terkotak-kotak secara tegas antara geografi fisik dan geografi manusia, karena
masalah di sekeliling lingkungan kita semakin meningkat dan geograf harus mampu
memberikan kontribusi yang nyata kepada masyarakat, oleh karena itu geograf harus berbekal teori/konsep yang
matang;
3) riset fundamental dalam elemen inti
geografi belum banyak dilakukan untuk menghasilkan teori dasar geografi yang
dapat digunakan sebagai masukandalam kebijakan pemerintah, jika geografi tidak
mengembangkan geografi terpadu akan kehilangan kesempatan/kedudukan sebagai
pemberi masukan sesuai bidang keilmuan geografi. Label dari geografi adalah ruang, tempat,
lingkungan dan peta, yang tidak dimiliki oleh disiplin ilmu lain (Mathews et
al, 2004). Dalam mengupas permasalahan pertama tersebut perlu didasari
pemahaman tentang ruang lingkup Geografi, komponen inti kajian geografi.
Pembahasan permasalahan kedua tentang kompetensi khususnya dalam bidang kajian
geografi fisik, perlu didasari dengan metode penelitian geografi dan
identifikasi dari permasalahan lingkungan yang terkait dengan obyek kajian
Geografi
2. RUANG LINGKUP KAJIAN GEOGRAFI
Sebutan geografi
sebagai ilmu pengetahuan cukup banyak, antara lain: i). geografi sebagai ilmu
holistik yang mempelajari fenomena di
permukaan bumi secara utuh menyeluruh, ii) geografi adalah ilmu analitis dan
sintesis, yang memadukan unsur 5lingkungan fisikal dengan unsur manusia dan iii). geografi adalah ilmu
wilayah yang mempelajari sumberdaya wilayah secara komprehensif. Tiga sebutan
geografi tersebut yang menjadi landasan untuk membahas kajian geografi yang mampu merespon
permalasalahan lingkungan yang berdimensi
lokal hingga global. Pertanyaan pemandu untuk mengetahui ruang lingkup
kajian Geografi pada umumnya adalah:
1) apa (what),
2) dimana (where),
3) berapa (how long/how much),
4) mengapa (why),
5) bagaimana (how),
6) kapan (when),
7) siapa (who) (Widoyo Alfandi, 2001).
Pertanyaan pemandu yang mencerminkan bahwa geografi itu
adalah holistik, sintesis dan kewilayahan adalah sebagai berikut:
1) apa, dimana dan kapan (what, where and when),
pertanyaan ini menuntun kita untuk mengetahui fenomena geografis dan distribusi spasialnya pada suatu wilayah,
serta kapan terjadinya;
2) bagaimana dan mengapa ( how and why), pertanyaan ini bersifat
analitis untuk mengetahui sistem,
proses, perilaku, ketergantungan, organisasi spasial dan interaksi antar komponen
pembentuk geosfer;
3) apakah dampaknya (what is the impact), pertanyaan
bersifat analistis, sintesis untuk mengevaluasi fenomena geografi yang mengalami perubahan baik oleh proses
alam maupun oleh hasil interaksi antara manusia dengan lingkungan alamnya;
4) Bagaimana seharusnya (how ought to ), pertanyaan ini
menjurus ke sintesis dan evaluasi untuk pemecahan permasalahan lingkungan suatu
wilayah dan memberikan keputusan dalam
pengelolaan sumberdaya dan lingkungan.
Pertanyaan pemandu pertama dalam geografi yang umum tersebut dapat
digunakan untuk proses pembelajaran pada tingkat manapun dengan memperhatikan
tingkat kedalaman atau kedetilannya. Pertanyaan pemandu yang kedua dapat
ditujukan untuk jenjang pendidikan pada perguruan tinggi, dengan asumsi bahwa wawasan dan penalaran mahasiswa
lebih mantap.
3. KONSEP GEOGRAFI
Berikut ini disampaikan beberapa konsep geografi yang
dapat dijadikan pegangan untuk menentukan kompetensi geograf.
1. Geografi menduduki
tempat yang jelas dalam dunia pendidikan, geografi menawarkan kajian
terpadu dari hubungan timbal balik
antara masyarakat manusia dengan komponen fisikal dari bumi.
2. Disiplin geografi dicirikan oleh subyek material yang
luas, yang secara tradisional Terdiri dari dari geografi manusia dan geografi
fisik.
3. Komponen pengetahuan alam dan sosial dalam geografi
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, dan tidak ada disiplin ilmu lain
yang memadukannya seperti yang dilakukan
oleh geograf.
4. Geografi mempelajari interelasi dan interdependensi
dari dunia nyata dari fenomena dan proses yang memberikan ciri khas pada suatu
wilayah.
5. Obyek kajian geografi adalah geosfer yang terdiri dari
atmosfer, litosfer, pedosfer, hidrosfer, biosfer dan antroposfer; masing-masing
sfera tersebut saling terkait membentuk sistem alami.
6. Obyek kajian geografi tersebut juga menjadi kajian bidang ilmu lainnya, yang
menjadi pembeda adalah pendekatan yang
digunakan; pendekatan yang dimaksud adlah pendekatan spasial (keruangan),
ekologikal dan kompleks wilayah.
7. Geografi mempelajari wilayah secara utuh menyeluruh
tentang sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, sehingga mempunyai peran
penting dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan dalam rangka otonomi
daerah.
8. Geografi mempelajari proses perubahan lingkungan alam
maupun lingkungan sosial ekonomi, sehingga pelajaran geografi memberi bekal untuk tanggap terhadap
isu-isu dan perubahan lokal, regional dan global.
9. Peta merupakan salah alat utama dalam kajian geografi
dan juga merupakan salah satu hasil utama dalam kajian geografi
10. Perkembangan pesat dari ilmu dan teknik penginderaan
jauh dan sistem informasi geografis sangat membantu dalam proses-belajar
geografi dan penelitianpenelitian geografis.
4.GEOGRAFI SEBAGAI SATU DISIPLIN ILMU:
GEOGRAFI TERPADU
Setiap disiplin keilmuan normalnya memiliki
satu bidang kajian tertentu, satu asosiasi kerangka teoritik dan pendekatan
yang lazim digunakan untuk mengkaji dengan teknik yang sesuai, kesemuanya itu
tidak hanya untuk pemahaman tetapi juga
untuk penemuan pengetahuan baru dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat
manusia. Bagi geografi bidang kajiannya banyak, yang mempunyai metode dan
teknik yang berbeda, sehingga tidak mudah untuk mendudukan geografi sebagai
satu disiplin. Misalnya geografi fisik yang obyeknya kajiannya atmosfer,
litosfer dan hidrosfer, masing-masing mempunyai kerangka teoritik dan
pendekatan yang berbeda, demikian juga
halnya dengan geografi manusia yang obyeknya:
kependudukan, sosial, ekonomi, budaya dan politik. Bagi geografi
dimasukkan ke dalam cross-disciplinary
link, mirip munculnya sain terpadu, seperi Sain Sistem Bumi ( Earth System
Science) dan Sain Keberlanjutan (Sustainability Science), dan bagi geografi
subyek kajiannya adalah lingkungan fisikal dan manusia, dengan menggunakan
teori dan metodologinya kompleksitas
dari unsur muka bumi (Mathews et al,2004).
Kesulitan untuk mendudukan/memposisikan geografi sebagai satu disiplin
ilmu, maka ada baiknya apabila geografi itu hanya satu, tidak terpisah-pisah
menjadi geografi manusia dan geografi fisik.
Geografi yang satu (unifying
geography) mempunyai banyak keunggulan
dalam berperan ke masa depan, dengan asumsi permasalahan di masa depan sifatnya
kompleks dan multi dimensi, yang pemecahannya memerlukan pendekatan terpadu dan
holistik. Dalam geografi terpadu tidak berarti kekhususan (spesialisasi)
akan hilang, tetapi tetap ada hanya
dilandasi oleh konsep geografi yang satu. Bagi spesialisasi geografi fisik,
fokus kajian pada komponen lingkungan fisik tetapi harus mengkaitkannya dengan
aspek sosial; spesialisasi dalam geografi manusia geografi Fisik sebagai latar
belakang, sedang yang spesialisasi dalam geografi yang satu fokusnya adalah
pemecahan masalah dengan pendekatan geografis secara utuh.
Alasan untuk Menjadi Geografi Terpadu.
1) Satuan (unit) yang lebih besar
akan membawa keuntungan yang berarti, akan dan memberikan arah yang jelas dalam
pengetahuan dan pemahaman; fokus yang
besar dan menyatu dalam Geografi akan memerkuat identitas Geografi dan
dapat memberikan masukan dalam kebijakan pembangunan;
2) Satuan (unit) yang lebih besar memberikan makna yang
lebih besar bagi mahasiswa dalam, disiplin geografi yang terpisah-pisah tidak
menyatu akan membingungkan dalam penyusunan kurikulum. Pada hal geografi
menempati posisi tempat yang menonjol
dalam mempelajari dunia, yang menawarkan
kajian terpadu terhadap hubungan timbalbalik antara manusia dan lingkungan
alamnya, Sehingga kalau tidak menjadi satu kesatuan maka tidak akan lengkap
kajiannya. Satuan yang lebih besar dapat memberikan prioritas dalam pengajaran
dan penelitian, yang kesemuannya itu untuk mempromosisikan geografi agar lebih
berperan.
3) Satuan yang lebih besar dapat menunjukkan kepada masyarakat tentang
kemampuan akademiknya untuk memberikan kontribusi nyata dalam menentukan Kebijakan
dan memperbaiki pemahaman umum tentang
Geografi.
5. KOMPONEN INTI
GEOGRAFI
Untuk
menuju geografi terpadu (unifying geography) perlu ditegaskan komponen inti
Geografi. Matthews, et al., (2004) mengusulkan empat komponen inti Geografi :
ruang (space), tempat (place), lingkungan (environment) dan peta (maps). Ruang
menjadi satu konsep dalam inti geografi, yang dapat dipandang sebagai
pendekatan spasial-korologikal untuk
Geografi. Ruang juga mendominasi
Geografi setiap waktu, ketika analisis spatial
menjadi satu pendeskripsi untuk satu bentuk dari pekerjaan geografis.
Pola spasial umumnya menjadi titik awal
untuk kajian geografis; yang selanjutnya dapat dilacak proses perubahan secara
spasial dan sistem spasial. Tempat merupakan komponen kedua dalam inti geografi.
Tempat terkaitdengan konsep teritorial dalam Geografi dan menunjukkan
karakteristik, kemelimpahan dan batas. Tempat merupakan bagian dari dunia nyata
tempat manusia bertem dan dapat dikenali, dinterpretasi dan dikelola. Dalam
ahli geografi manusia tempat merupakan refleksi dari identitas idividu maupun
kelompok; sedang bagi ahli geografi fisik tempat tempat merupakan refleksi dari
perbedaan lingkungan biofisik. Lingkungan merupakan komponen inti Geografi
ketiga yang mencakup lingkungan alami (topografi, iklim, air, biota, tanah) dan
sebagaikomponen inti yang memadukan dengan komponen geografi lainnya.
Lingkungan menjadi interface antara lingkungan alam dan budaya, lahan dan
kehidupan, penduduk dan lingkungan biofisikalnya. Peta sebagai komponen inti
Geografi keempat lebih merupakan bentuk representasi, tehnik
dan metodologi dari pada sebagai satu konsep atau teori. Peta dipandang sebagai
pernyerhanaan perpektif spasial dari fenomena/peristiwa yang dikaji dalam
Geografi. Ruang, tempat, lingkungan dan peta menjadi label dari Geografi.
Komponen tersebut mempunyai kedudukan yang sama dalam kajian Geografi, baik
dalamkajian Geografi Fisik maupun Geografi Manusia. Demikian juga dapat menjadi
dasar konsep untuk disiplin Geografi
secara utuh. Komponen inti Geografi
tersebut bersifat dinamik, dalam arti
dapat terjadi perubahan, yang tergantung karakteristik lingkungan, proses yang
berlangsung dan waktu. Oleh sebab itu perlu ada dimensi kualifikasi dari
komponen inti geografi tersebut. Dimensi yang dimaksud adalah waktu, proses,
keterbukaan dan skala. Sebagai contoh tempat yang terletak di pegunungan yang
semula subur menjadi lahan kritis dalam waktu 10 tahun, karena proses erosi
dan longsor karena daerahnya terbuka akibat pembalakan hutan di atasnya,
yang luasnya melebihi 70%. Komponen inti
geografi dan dimensi
kualifikasinya Komponen esensial inti Geografi dan
dimensi kualifikasinya
1. Ruang
2. Tempat
3. Lingkungan
4. Peta
1. Waktu
2. Proses
3. Keterbukaan
4. Skala
6. SPESIALISASI DALAM GEOGRAFI TERPADU
Setelah
dibahas alasan untuk menjadi geografi terpadu dan komponen esensial inti
geografi, kemudian timbul masalah yang terkait dengan spesialisasi dalam
geografi terpadu. Spesialisasi dalam geografi tetap dapat eksis , baik
spesialisasi dalam intinya maupun periperinya, sedangkan yang berada di luar periperi merupakan disiplin antar
bidang yang relatif sedikit berbasis
pada inti geografinya. Geografi terpadu, geografi fisik dan geografi manusia,
dan spesialisasi geografi dalam hubungannya dengan bidang Geografi periperi dan
antar bidang. Sumber
Mattews
et al., 2004. Gambar 1 tersebut menunjukkan bahwa spesialisasi dalam Geografi
dapat dibedakan menjadi : spesialisasi geografi secara utuh, dalam geografi fisik dan geografi manusia dengan kadar inti geografi relatif lebih
sedikit dan spesialisasi antar bidang dengan basis Inti geografi lebih kecil
lagi.
KOMPETENSI DALAM BIDANG GEOGRAFI FISIK
Seseorang
yang belajar geografi kompetensi yang
dimiliki akan sejalan dengan jenjang pendidikan yang diikuti. Kompetensi ideal
bagi orang yang mempelajari geografi tercapai apabila yang bersangkutan belajarhingga
perguruan tinggi atau telah menjadi geograf. Berikut ini disampaikan kompetensi ideal bagi orang yang mempelajari geografi hingga
perguruan tinggi, namun demikian sebagian dari kompetensi tersebut dapat juga
dimiliki oleh orang yang hanya mempelajari geografi dalam jenjang pendidikan
tertentu saja (Sutikno, 2002). Kompetensi Dalam
Pengertian dan PemahamanSetelah mempelajari geografi seseorang diharapkan memperoleh pengertian dan pemahaman sebagai berikut:
1) hubungan timbal balik antara aspek fisik dan manusia
dari lingkungan dan bentanglahan;
2) konsep variasi spasial;
3) perbedaan utama dari wilayah /daerah tertentu yang
selalu mengalami perubahan akibat proses: fisik, lingkungan, biotik, sosial,
ekonomi dan budaya;
4) konsepsualisasi terhadap pola, proses, interaksi dan
perubahan lingkungan, Sebagai suatu sistem dengan skala yang bervariasi;
5) kekritisan terhadap aspek spasial dan temporal dari
proses-proses fisikal,manusia dan interaksinya;
6) perubahan yang terus terjadi pada komponen lingkungan
fisik dan manusia, termasuk interaksi dan interdependensinya;
7) perbedaan menurut ruang, tempat dan waktu dalam masyarakat manusia;
8) sifat dari disiplin ilmu itu dinamik, prural dan
bersaing;
9) cara representasi data geografi: aspek fisik maupun
aspek manusianya;
10)strategi dalam
analisis dan interpretasi informasi geografis;
11) metode penelitan geografis: observasi, survai, pengukuran lapangan, analisis laboratorium,
analisis kuantitatif dan kualitatif;
12) aplikasi konsep dan teknik geografi untuk pemecahan masalah, kesejahteraan manusia,
perbaikan lingkungan hidup, perencanaan perkotaan, kebencanaan alam, keberlanjutan
dan konservasi. Kompetensi Dalam Keahlian/Ketrampilan IntelktuaL Geografi memberikan
serangkaian keahlian intelektual
dan kemampuan dalam kompetensi sebagai
berikut:
1) penilaian teori yang berbeda, penjelasan dan
kebijakan;
2) analisis dan pemecahan masalah;
3) membuat keputusan;
4) penilaian
kejadian secara kritis;
5) interpretasi data dan teks secara kritis;
6) menyarikan dan mensintesiskan informasi;
7) mengembangkan argumentasi yang mendasar;
8)mempunyai tanggung jawab dalam meningkatkan kemampuan
diri dan mengembangkan kebiasaan untuk
belajar terus menerus. Kompetensi Dalam Keahlian/Ketrampilan Praktis Pendidikan
geografi dapat memberikan keahlian
praktis dalam bidang/hal berikut:
1) mampu melakukan perencanaan, perancangan dan pelaksanaan
riset, termasuk penyusunan laporan akhir;
2) mampu melaksanakan kerja lapangan yang efektif, dalam
konteks keamanan dan keselamatan;
3) mampu melakukan kerja laboratoris dengan aman dengan memperhatikan prosedur baku;
4) mampu melaksanakan survai dan metode penelitian untuk pengumpulan,
analisis dan pemahaman informasi aspek manusia
5) mampu melakasanakan
variasi teknik dan metode analisis laboratorium untuk pengumpulan dan analisis data spasial
dan informasi lingkungan;
6) mampu mengkombinasikan dan menginterpretasikan
kejadian geografis yang berbeda tipenya;
7) mampu mengenali
isu-isu moral dan etika yang diperdebatkan. Kompetensi Dalam
Keahlian/Ketrampilan Kunci ( Key Skills)Siswa /mahasiswa geografi harus
mengembangkan kemampuan sebagai berikut:
1) belajar dan mengkaji,
2) komunikasi tertulis,
3) presentasi data geografis,
4) penilaian dan perhitungan,
5) kesadaran spasial dan observasi,
6) keja lapangan dan laboratoris,
7) tehnologi informasi,
8) penanganan dan penyimpanan data/informasi,
9) situasi personal, kerja sama.
Uraian
tersebut menujukkan bahwa pembelajaran geografi
penuh dengan kandungan kompetensi khususnya dalam aspek spasial, lingkungan
dan kewilayahan dari sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya binaan.
Kompetensi yang disebutkan di atas kurang spesifik dalam artian praktis atau
terapannya, berikut ini disampaikan kompetensi Geografi Fisik yang lebih
aplikatif antara lain:
1) survey komponen lingkungan fisikal: cuaca, iklim, geomorfologi,
tanah, hidrologi dan biogeografi;
2) inventarisasi dan evaluasi potensi sumberdaya alam;
3) mitigasi dan evaluasi bahaya dan bencana alam;
4) evaluasi risiko bahaya/bencana alam;
5) penataan ruang dari aspek fisikalnya
6) pengeolaan sumberdaya alam,
7) konservasi sumberdaya alam,
8) penilaian degradasi lingkungan,
9) pengelolaan daaerah aliran sungai.
1)
Geografi terpadu lebih sesuai untuk
dikembangkan di Indonesia ke depan, mengingat kondisi lingkungan alamnya
sangat bervariasi dan berpenduduk padat dengan banyak etnik, sehingga
banyak permasalahan lingkungan yang
perlu penanganan secara terpadu.
2)
Geografi sebagai disiplin ilmu perlu label komponen inti Geografi, yang terdiri
dari ruang, tempat, lingkungan dan peta, dengan dimensi kualifikasi waktu, proses, keterbukaan dan skala.
3) Dalam
geografi terpadu spesialisasi tetap eksis, yang meliputi spesialisasi inti, periperi
dan antar bidang; baik dalam bidang kajian geografi manusia maupun geografi
fisik.
BAB
VIII
GEOGRAFI
DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU
Pengetahuan tentang filsafat ilmu
biasanya diberikan kepada mahasiswa pascasarjana khususnya program doktor
sebagai pondasi dalam memahami filosofi bidang ilmunya pada saat para mahasiswa
melakukan kegiatan penelitian ilmiah atau seminar ilmiah. Manfaat setelah
memperoleh pengetahuan filsafat ilmu adalah semakin meningkatkan kesadaran kita
dalam meletakkan hakekat “kebenaran”
tentang suatu hal pada tempat yang tepat. Kita semakin menyadari bahwa
kebenaran dalam ilmu pengetahuan yang kita peroleh ternyata bersifat relative (tidak bersifat
absolute). Dalam konteks inilah latar
belakang tulisan ini dihadapkan pada persoalan bagaimana perkembangan ilmu
geografi (di Indonesia) saat ini. Masalah yang dibahas tampak sederhana namun
menurut hemat penulis hal yang sederhana tersebut justru memiliki implikasi
yang sangat luas dan mendalam.
Paling tidak ada dua pendapat terhadap
perkembangan bidang ilmu geografi saat ini. Pendapat pertama menganut faham
geografi sebagai ilmu yang bersifat generalis yang tidak memerlukan bidang
spesialisasi. Pendapat kedua memiliki pemikiran bahwa geografi dapat
dikembangkan dalam spesialisasi spesialisasi (cabang atau bahkan ranting)
tertentu. Ke dua pendapat tersebut mengetengahkan kebenaran masing masing
sebagai dasar pertimbangan.
Tulisan ini disusun dengan maksud untuk
menyegarkan kembali pemikiran kita tentang dunia ilmu pengetahuan khususnya
bidang ilmu geografi. Proses penyegaran kembali ini perlu dilakukan karena kita
ingin tetap memposisikan ilmu geografi sebagai bidang ilmu yang diakui dan selalu relevan dengan dinamika
perkembangan sains dan teknologi dewasa ini. Dalam tulisan ini, dari berbagai
buku pustaka, akan ditelaah tentang apa sebenarnya substansi pengetahuan
filsafat ilmu sebagai pengantar pokok bahasan. Selanjutnya akan dielaborasi dua
definisi geografi sebagai titik tolak telaah geografi sebagai bidang ilmu,
metode keilmuan beserta asumsi asumsinya dan selanjutnya disampaikan beberapa
pemikiran dari hasil telaah inti tulisan ini sebagai penutup .
Dalam tulisan ini juga akan ditunjukkan
posisi pengetahuan tentang teknik mutakhir seperti teknologi penginderaan jauh
(remote sensing) dan sistem informasi geografi (GIS) sebagai sarana analisis
dalam studi geografi sehingga diperoleh kejelasan perbedaan antara metode
(keilmuan) dan teknik analisis penelitian.
(*) makalah
disampaikan dalam Seminar Filsafat Sains Geografi di Fakultas Geografi UGM
Yogyakarta tanggal 12 July 2008.
(**) staf
pengajar Departemen Geografi FMIPA-UI.
Pada hakekatnya,
jika tidak dalam membahas substansinya, menurut hemat penulis, kata ilmu selalu
dikaitkan dengan bidang telaahnya seperti ilmu ekonomi, ilmu sastra, ilmu
teknik atau ilmu geografi. Sedangkan kata sains biasanya dipakai dalam
mengelompokkan bidang ilmu seperti bidang sains dan teknologi atau dalam
penyebutan gelar akademik seperti Magister Sains bagi Master of Science. Oleh
karena itu dalam makalah ini penulis menggunakan kata filsafat ilmu geografi
dan bukan filsafat sains geografi.Sudah semestinya bahwa hasil pemikiran dalam
tulisan ini memerlukan kritik sehingga dapat menghasilkan kesamaan pandangan
dan bermanfaat bagi perkembangan bidang ilmu geografi di Indonesia.Pada
akhirnya, berbagai pemikiran yang dihasilkan dalam seminar tentang filsafat
ilmu geografi ini seyogyanya ditindaklanjuti oleh pengelola program pendidikan
khususnya pendidikan geografi di Indonesia sebagai bahan untuk meninjau kembali
kurikulum baik pada program Sarjana hingga program Doktor. Tulisan ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
APRESIASI
TEORI
Haggett (2001) dalam bukunya: “Geography.
A Global Synthesis” menyebutkan berbagai definisi geografi (p. 763) dan
salah satunya adalah “ Geography is an integrative discipline that brings
together the physical and human dimensions of the world in the study of people,
places, and environments” yang dirumuskan oleh American Geographical Society
tahun 1994. Dalam definisi tersebut tersirat pengertian yang jelas bahwa
geografi merupakan disiplin ilmu bersifat integratif yang mempelajari obyek
studi (penduduk, tempat dan lingkungannya) dalam dimensi fisik dan manusia.
Sementara I Made Sandy (1973) mengetengahkan sebuah definisi geografi sebagai
bidang ilmu yang mempelajari berbagai gejala di permukaan bumi dalam perspektif
keruangan. Sandy ingin menekankan bahwa gejala apapun dapat menjadi bidang
telaah geografi jika ditinjau dari sudut pandang keruangan.
Berdasarkan dua definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa geografi adalah bidang ilmu yang bersifat integratif
yang mempelajari gejala gejala yang terjadi di muka bumi (dalam dimensi fisik
dan dimensi manusia) dengan menggunakan perspektif keruangan (spatial perspective)Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa “aspek keruangan”lah
yang menjadi ciri pembeda bidang geografi dengan bidang ilmu lain.Menurut
pengertian di atas maka tidaklah sukar untuk menjelaskan makna filosofis
diagram Fenneman (Jensen, 1980 p.4) maupun diagram Haggett (2001 p. 766) yang
pada prinsipnya menunjukkan keterkaitan dan pendekatan bidang kajian geografi
dengan bidang kajian ilmu ilmu lainnya.
Gejala sosial yang berlangsung di muka bumi jika ditelaah melalui
perspektif keruangan membentuk bidang kajian geografi sosial. Melalui proses
yang sama lahir bidang kajian geografi ekonomi, geografi politik, geografi
budaya dan lain lain. Bagian bidang ilmu alam seperti geologi difokuskan pada
pengetahuan geomorfologi, klimatologi dari meteorologi, biogeografi dari
biologi dan seterusnya.
g
Gambar 1.
Lingkungan sekitar bidang ilmu Geografi (modifikasi Fenneman 1919 dalam Jensen,
1980).
Interkoneksi berbagai bidang ilmu
dengan bidang geografi menunjukkan fenomena di mana perkembangan bidang ilmu
geografi dapat dikatakan sangat ditentukan oleh kemampuan geograf dalam
memperoleh informasi perkembangan bidang ilmu lainnya. Hasil riset bidang ilmui
lain akan memperkaya (proliferate) cakupan penelitian geografi. Demikian pula,
hasil riset geografi tentang topik tertentu (secara terbatas) dapat memicu
perkembangan bidang ilmu lainnya. Dalam konteks ini maka terbuka ruang
terbentuknya gejala divergensi bidang ilmu (termasuk geografi) dalam berbagai
cabang ilmu yang bersifat lebih spesifik (spesialisasi). Namun demikian,
spesialisasi di bidang ilmu geografi tidaklah semudah seperti membentuk
spesialisasi anak, spesialisasi tht anak atau anak tht (?) pada bidang ilmu
kedokteran atau lainnya.Dalam perspektif keilmuan, pada dasarnya semua ilmu
memiliki kesamaan filosofi yang disebut dengan metode keilmuan. Masing masing
ilmu memiliki cara yang sama untuk mencari pengetahuan antara lain melalui
kerangka berpikir rasionalisme dan empirisme. Perlu disampaikan kembali
pemikiran para ahli seperti, John Dewey (1859-1952) menyusun formulasi perkawinan
cara berpikir rasionalisme dan empirisme yang telah digunakan oleh Galileo,
Newton maupun Charles Darwin pada era sebelumnya (Suriasumantri, 1983 p. 28).
Secara ringkas dijelaskan bahwa rasionalisme
adalah kerangka pemikiran yang koheren dan logis, sedang empirisme adalah
kerangka pengujian Mengutip pendapat Montello (2006) bahwa tidak ada
jawaban yang tepat dari pertnyaan apa yang dimaksud dengan scientific approach.
Salah satu pengertian tentang ilmu adalah “Science is a personal and social
human endeavor in which ideas and empirical evidence are logically applied to
create and evaluate knowledge about reality”. Selanjutnya, yang dimaksud dengan
“empirical evidence” dalam pengertian di atas adalah sesuatu yang diturunkan
dari kegiatan observasi suatu masalah secara sistematis melalui penalaran yang
sering menggunakan alat bantu teknologi. Montello berpendapat bahwa secara
filosofis, makna empirisme tidak selalu berupa pengalaman manusia sejak lahir.
Empirisme ilmu berusaha untuk dapat diulang, dapat diakumulasikan dan secara
umum dapat diobservasi. Ilmu menganut prinsip prinsip logika formal dan
informal dan paling tidak mengikuti prinsip (1) harus menghindari kontradiksi
(2) semakin tinggi tingkat keyakinan terhadap suatu gejala seiring semakin tingginya
observasi yang dilakukan (3) pola keteraturan suatu kejadian pada masa lalu
memiliki peluang terjadi pada masa yang akan datang. Suriasumatri (1983) menyatakan bahwa kegiatan
ilmu adalah suatu proses berpikir untuk memperoleh pengetahuan. Pengetahuan
seseorang terhadap suatu obyek yang diamati belum tentu sama dengan pengetahuan
yang diperoleh orang lain yang mengamati obyek yang sama apabila dilakukan
pancaindra manusia pada skala observasi atau dalam medium yang berbeda melalui
perspektif yang berbeda. Sebuah pohon kelapa tampak sangat tinggi jika diamati
pada jarak dekat dan tampak pendek jika diamati pada kejauhan atau sebuah
tongkat lurus akan tampak melengkung jika berada di dalam air, adalah sekedar
contoh sederhana.
Para ahli filsafat ilmu menyatakan
bahwa dalam lingkungan keilmuan, kebenaran secara keilmuan bersifat tidak
mutlak. Sifat tidak mutlak tersebut juga terjadi jika kebenaran keilmuan
dihadapkan pada kebenaran menurut agama, kebenaran menurut seni atau kebenaran
menurut filosofinya. Kebenaran teknologi cloning sampai saat ini misalnya tidak
diakui sebagai kebenaran menurut agama. Lukisan wanita telanjang sebagai
kebenaran seni pada umumnya tidak dapat dibenarkan oleh agama atau dibuktikan
secara keilmuan. Gambar 1 menjelaskan sebuah skema sederhana dari proses
berpikir manusia dalam kehidupan sehari hari..
AGAMA
|
ILMU
|
SENI
|
FILSAFAT
|
Kebenaran
relatif
|
Gambar 23. Kebenaran berdasarkan perspektif proses
berpikir manusia. Mengingat
tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak maka dapat diduga dari tulisan ini
akan muncul banyak pendapat atau pandangan yang berbeda. Berdasarkan judul di
atas, untuk mengurangi beda pendapat, dalam tulisan ini penulis membatasi
pengertian filsafat menurut Socrates (470-399 SM) dalam Suriasumantri (1983
p.4) sebagai berikut: “filsafat diartikan sebagai suatu cara berpikir yang radikal
dan menyeluruh yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya”. Radikal, menyeluruh dan
sedalam-dalamnya mengandung makna membutuhkan waktu yang panjang untuk
memperoleh suatu pengetahuan yang menyeluruh dan mendalam,Selanjutnya dikatakan
bahwa ilmu merupakan kumpulan
pengetahuan yang mempunyai ciri tertentu. Bidang ilmu yang satu dapat dibedakan
dari bidang ilmu lainnya didasarkan pada jawaban atas ke tiga pertanyaan pokok
sebagai ciri ilmunya yaitu (1) dasar ontologi ilmu, (2) dasar epistemologi ilmu
dan (3) dasar axiologi ilmu. Apa yang ingin diketahui atau apa yang menjadi
bidang telaah ilmu merupakan pertanyaan dasar ontologi. Bagaimana pengetahuan
tersebut diperoleh merupakan dasar pertanyaan epistemologi (teori pengetahuan).
Sedangkan apa kegunaan ilmu adalah pertanyaan dari segi axiologinya (teori
tentang nilai). Jawaban dari ke tiga pertanyaan dasar tersebut merupakan
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya.Tidak jarang dijumpai
keadaan di mana suatu penelitian belum menjelaskan kegunaan hasil penelitian
sebagai jawaban pertanyaan dasar yang ke tiga, walaupun masalah (apa yang ingin
diketahui) dan metodenya (bagaimana cara`memperoleh pengetahuan) dituliskan
secara jelas. Pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan penelitian seyogyanya merupakan
pengetahuan yang mendalam dan dapat dibuktikan memenuhi kaidah keilmuan
(dikatakan sah secara keilmuan).
Penelitian ilmiah
Pengetahuan yang diperoleh melalui
proses berpikir yang teratur dan sistematis dikenal sebagai produk kegiatan
penelitian ilmiah atau penelitian yang memenuhi syarat keilmuan. Kegiatan
berpikir teratur dan sistematis mengantar kita dalam memasuki dunia keilmuan.
Sebuah gejala di muka bumi misalnya, sebagai sebuah fakta, terjadi secara
beraturan dan tidak terjadi secara kebetulan karena dapat dijelaskan dalam
kerangka konsep keilmuan. Siklus hidrologi merupakan contoh gejala alam yang
berlangsung secara teratur dan sistematis.
Dalam konteks kegiatan penelitian,
mengenali sebuah fakta, merumuskan masalah, menyusun hipotesa, melakukan
analisis dan menarik kesimpulan merupakan contoh proses berpikir teratur dan
sistematis. Menurut Sandy (1973) hal tersebut adalah ciri sebuah ilmu termasuk
ilmu geografi. Sebuah kesimpulan penelitian mencerminkan “pengetahuan” yang
dihasilkan dari rasa “ingin tahu” (curiousity) yang diungkap dalam kalimat
pertanyaan penelitian (research question).Para peneliti, pada instansi pertama
umumnya menghadapi persoalan bagaimana merumuskan pertanyaan penelitian yang
benar agar memperoleh pengetahuan baru yang bermakna. Sebagian besar waktu
(hampir 50%) dihabiskan untuk merumuskan masalah, selebihnya untuk mengumpulkan
data, melakukan analisis dan menarik kesimpulan. Jika rumusan pertanyaannya
benar maka akan diperoleh jawaban yang benar, jika cara yang digunakan untuk
menjawab benar. Sebaliknya, jika pertanyaan penelitiannya diungkap dalam
kalimat yang tidak jelas maka jawabannya pasti sulit diperoleh atau bahkan
tidak akan ditemukan, bagaimanapun caranya meneliti. Hal yang sama jika
dikaitkan dengan kebenaran data yang digunakan dalam penelitian (garbage in
garbage out).Dalam upaya menjawab masalah, ada tiga pilihan metode yang dapat
digunakan yaitu metode deduktif, metode induktif dan gabungan metode deduktif
dan induktif. Namun demikian saat ini gabungan ke dua metode deduktif dan
metode induktif menjadi pilihan banyak peneliti dalam menetapkan metode
penelitiannya. Pilihan ini dilandasi pada pemikiran bahwa apa yang diteliti
merupakan usaha untuk memperkuat konsep atau teori yang sudah ada dan adanya keinginan
untuk menghasilkan konsep atau teori baru .Metode metode yang dimaksud
merupakan penjabaran konsep berpikir epistemologis dalam upaya menjawab
pertanyaan yang diajukan. Sehubungan dengan hal itu ada perbedaan pilihan
metode dalam penelitian bidang pengetahuan alam dan bidang pengetahuan sosial
terkait dengan karakteristik masalah dan jumlah variable penelitian. Sebuah
dalil fisika seperti teori gravitasi misalnya, akan berlaku kapanpun dan
dimanapun. Di sisi lain, teori sosial yang berlaku di Negara maju tidak selalu
tepat digunakan untuk mengatasi masalah sosial di Negara berkembang karena
karakteristik masalah dan variable yang terkait berbeda.
Sebagaimana telah diuraikan,
walaupun ada perbedaan namun setiap bidang ilmu memiliki kesamaan metode keilmuan
yaitu kerangka berpikir rasional dan empiris. Oleh karena itu adanya konsep dan
landasan teori yang kuat dan dengan dukungan data atau fakta empirislah kekuatan suatu penelitian ditentukan.,
apapun bidang ilmunya. Hasil dari penelitian demikianlah kita mampu memperoleh
pengetahuan baru yang sangat bermanfaat. Salah satu prasyarat yang harus
dipenuhi untuk memperoleh pengetahuan baru tersebut adalah digunakannya asumsi
asumsi yang tepat.
Dalam mengenali obyek empiris dalam
ranah keilmuan kita memerlukan arah dan landasan analisis yang dikenal sebagai
asumsi. Suriasumantri (1983 p.8) menyatakan bahwa ada tiga asumsi dasar agar pengetahuan baru yang dihasilkan diakui
kebenarannya yaitu:
(1) bahwa obyek
tertentu memiliki keserupaan satu sama lain.
(2) bahwa suatu benda tidak mengalami
perubahan dalam jangka waktu tertentu.
(3) bahwa tiap
gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan.
Asumsi pertama berkaitan dengan
metode keilmuan yang paling sederhana yaitu penerapan konsep klasifikasi.
Asumsi ke dua berkaitan dengan konsep kelestarian yang bersifat relatif artinya
suatu benda akan berubah dalam waktu singkat dan ada yang berubah dalam jangka
waktu panjang. Asumsi ke tiga berkaitan dengan konsep determinisme artinya
setiap gejala memiliki pola tertentu yang bersifat tetap dengan urutan kejadian
yang sama.
FILSAFAT ILMU GEOGRAFI
Berdasarkan hal hal yang telah
diuraikan sebelumnya sampailah kita pada pertanyaan bagaimana menjelaskan geografi sebagai
bidang ilmu yang dapat disejajarkan dengan bidang bidang ilmu lainnya? Untuk
menjawab hal itu maka akan ditelaah secara singkat bagaimanailmu geografi
menjawab ke tiga pertanyaan dasar ontologi ilmu, epistemologi ilmu dan axiologi
ilmu.
Ontologi
ilmu geografi
Mengacu pengertian geografi yang
telah disampaikan di atas maka dapat dijelaskan bahwa apa yang ingin diketahui
ilmu geografi adalah “berbagai gejala
keruangan dari penduduk, tempat beraktifitas dan lingkungannya baik dalam
dimensi fisik maupun dimensi manusia”. Perbedaan dan persamaan pola keruangan
(spatial pattern) dari struktur, proses dan perkembangannya adalah penjelasan
lebih lanjut dari apa yang ingin diketahui bidang ilmu geografi Sebagai salah
satu penjelasan lebih rinci, pola keruangan dari gejala yang berlangsung di
muka bumi biasanya disajikan dalam model simbolik (dalam bentuk peta). Peta
region misalnya, menggambarkan informasi keruangan atau informasi geografis
dalam tingkatan kelas (klasifikasi) dari mulai yang paling rendah sampai yang
paling tinggi dari suatu obyek. Di samping informasi kuantitatif, peta tersebut
juga dapat memberikan informasi arah dan laju perubahannya. Fakta spasial suatu
gejala tertentu dapat dianalisis lebih jauh untuk menghasilkan informasi
keterkaitannya dengan gejala lainnya Obyek material studi geografi meliputi
lapisan atmosfer, lapisan litosfer, lapisan hidrosfer dan lapisan biosfer
(pengetahuan ini telah dijadikan bahan ajar geografi di tingkat SLTP/SLTA).
Pengetahuan pengetahuan tersebut sangat diperlukan dalam menjelaskan berbagai
gejala keruangan dari suatu obyek yang diteliti untuk dapat memenuhi sifat
integratif sebagaimana telah didefinisikan di atas. Berikut disampaikan contoh
sederhana elaborasi hasil penelitian yang memperlihatkan sifat integratif.
- Fakta
penelitian yang menunjukkan pola kerusakan bangunan semakin besar jika
jarak lokasi bangunan ke pusat gempa semakin dekat dapat dijelaskan dari
pengetahuan geologi dan fisika yang menyatakan bahwa besaran enersi yang
didifusikan semakin kecil jika semakin jauh dari pusat gempa karena
mengalami hambatan struktur batuan yang dilewatinya sebagai media difusi.
- Penelitian
tentang bentang alam (geomorfologi) di suatu daerah memperlihatkan
hubungannya dengan aktivitas penduduk di mana ada kecenderungan kegiatan
penduduk terkonsentrasi di wilayah dataran alluvial dibanding unit bentang
alam lainnya. Hal ini dapat dijelaskan antara lain berdasarkan teori
ekonomi (efisiensi biaya dan aksesibilitas). Teori pusat (central place
theory) Christaller dengan model hexagonalnya yang terkenal menggunakan
salah satu asumsi yaitu hanya berlaku pada daerah yang memiliki bentang
alam homogin.
- Faktor
fisik menentukan perbedaan pola spasial migrasi penduduk, misalnya di
daerah dataran dan di daerah pegunungan, di samping dapat dijelaskan dari
teori gravitasi atau push-pull factor.
Pengetahuan tentang berbagai gejala (fisik maupun
sosial) yang berlangsung di muka bumi yang direpresentasikan sebagai gejala
keruangan (spatial phenomena) suatu obyek tertentu (yang dapat diamati oleh panca indra manusia) merupakan jawaban dari
“apa yang ingin diketahui” ilmu geografi. Persoalan selanjutnya adalah “
bagaimana ilmu geografi menjawab pertanyaan tersebut”. Berkenaan dengan itu
secara singkat akan ditelaah tentang epistemology ilmu geografi.
Epistemologi ilmu geografi
Seperti bidang bidang ilmu lainnya,
bidang ilmu geografi dapat menggunakan metode deduktif, metode induktif atau
gabungan ke dua metode tersebut, tergantung persoalan yang ingin dijawab.
Sebagai contoh sederhana, apabila ingin mengetahui hubungan antara bentuk
bentang alam dan pola sebaran pemukiman penduduk maka yang pertama harus
dilakukan adalah menjawab pertanyaan pertanyaan berikut:
- apakah
terdapat hubungan logis antara bentuk bentang alam dan pola pemukiman?
- jika ya,
apakah hubungannya bersifat satu arah atau dua arah?
- selanjutnya,
apakah hal tersebut pernah diteliti dan teori apa yang digunakan peneliti
peneliti sebelumnya?
Apabila kerangka
berpikir rasionalisme terpenuhi maka sebagai seorang peneliti kita harus dapat
membuktikan sendiri bagaimana hubungan dari gejala gejala tersebut dengan
menggunakan kerangka berpikir empirisme. Artinya, adanya dukungan teori dasar
untuk meneliti dan ketersediaan data empiris merupakan hal yang pokok untuk
menemukan jawaban yang benar dari pertanyaan yang diajukan. Selanjutnya,
peneliti harus menetapkan metode apa yang akan digunakan :Apabila telah ada
konsep dan teori yang secara rasional dapat menjelaskan hubungan logis ke dua
variable tersebut, maka dapat dipilih metode deduktif untuk memperkuat suatu
teori yang sudah ada.Apabila ingin mengetahui pola umum hubungan ke dua gejala
tersebut di suatu daerah yang lebih luas (misalnya untuk Indonesia) maka dapat
menggunakan metode induktif – deduktif. Perlu dicatat, data yang diperlukan
dalam penggunaan metode induktif adalah data sampling dalam statistik
inferensia Dalam paragraph di atas dapat dicermati bahwa butir 1 menghasilkan
pembuktian teori tertentu untuk memperkuat atau apabila memenuhi syarat
tertentu dapat meningkatkan teori menjadi hukum yang bersifat universal
(axioma). Sedangkan contoh butir 2 menghasilkan pembuktian penemuan teori baru
berdasarkan teori sebelumnya, misalnya menghasilkan model prediksi. Mungkin
kita perlu merenung, selama ini penelitian apa yang telah kita lakukan untuk
mengembangkan ilmu geografi ? Apakah kita baru sebatas menerapkan konsep dan
teori yang sudah ada atau sudah ada teori baru yang kita hasilkan?
Metode atau teknik?
Setelah metode
dipilih selanjutnya ditetapkan cara atau teknik apa yang akan digunakan dalam
pengumpulan data, pengolahan dan analisis data
penelitian. Metode induktif misalnya, tidak dapat mengabaikan peranan
statistik dalam pengumpulan, pengolahan dan analisis data. Sampai di sini kita
harus dapat membedakan makna metode dan teknik atau cara penelitian. Overlay
atau superimposed peta dapat dipandang sebagai sebuah teknik analisis dan bukan
metode analisis.Menjadi lebih menarik jika selanjutnya ditelaah tentang
pemanfaatan Teknologi informasi yang semakin intens di lingkungan penelitian
geografi. Misalnya penggunaan GIS (sebagai sebuah sistem) atau penggunaan data
citra, sebagai upaya untuk memperoleh data empiris dengan memanfaatkan sarana
teknologi satelit. Sementara ini kita sepakat bahwa ketersediaan sistem dan tekonologi
tersebut sangat membantu (mempermudah dan mempercepat) penelitian geografi
dalam kegiatan pengumpulan sampai analisis data hasil penelitian, sebagaimana
kita menggunakan cara statistik.
Jelas kiranya bahwa dalam konteks
penelitian geografi, teknologi RS dan GIS adalah sebuah pilihan cara atau
teknik dalam kita mengumpulkan data geografi, mengolah dan menganalisis data.
Pilihannya terletak pada sarana atau alat untuk analisis, yang dinilai lebih
baik dibanding teknik sebelumnya.Sampai saat ini kita mengetahui bahwa
teknologi penginderaan jauh dan teknologi GIS merupakan produk dari R&D
bidang ilmu teknik telekomunikasi, komputer dan informatika. Bidang geografi
lebih berperan dalam melakukan interpretasi secara lebih cepat (karena memiliki
bekal cukup pengetahuan fisik permukaan bumi) atau paling jauh membuat
pemodelan aplikasinya. Teknik teknik interpretasinyapun merupakan hasil
pengembangan para ahli bidang ilmu lain seperti fisika. Gambar 3 di bawah ini
secara sederhana ingin menunjukkan posisi pengetahuan PJ dan GIS dalam proses
berpikir keilmuan geografi.
Proses berpikir komperhensif Proses menetapkan pilihan metode, Proses penarikan
I======================èI=======================èI==========èI
dalam menyusun
proposal cara/teknik meneliti, proses
kumpul kesimpulan penelitian olah
dan analisis data
PJ dan GIS
Konsep ontology
ilmu
|
Konsep epistemology
ilmu
|
Konsep ontology
ilmu
|
Masalah penelitian
|
Pilihan metode, teknik
atau cara meneliti
|
Kesimpulan
|
Gambar 3. Posisi
pengetahuan PJ dan GIS dalam konsep keilmuan geografi.
Geografi
adalah bukan bidang ilmu tentang semua hal yang ada dalam kehidupan manusia,
walaupun ada yang berpendapat bahwa geografi adalah mothers of science atau ilmu yang bersifat generalis. Sebuah kalimat yang sering diungkapkan adalah bahwa
“semua hal bisa di-geografi-kan sepanjang
masih dapat dianalisis secara spasial”. Kalimat ini sangat sederhana namun
mempunyai implikasi yang
sangat luas terutama bagi para geograf yang
kritis. Pertanyaan kritis yang kemudian dapat dikemukakan adalah “apakah dapat
dibuktikan bahwa semua hal dapat dianalisis dalam perspektif spasial?”.Oleh
karena begitu banyak hal dapat digeografikan maka muncul usaha usaha membuat
spesialisasi geografi. Upaya untuk memikirkan spesialisasi di bidang ilmu
geografi layak untuk diapresiasi. Namun, cabang atau ranting ilmu yang
dirumuskan hendaknya memenuhi kaidah kaidah yang benar sehingga tidak
menyimpang dari pohon ilmunya. Salah satu contoh adalah pohon ilmu geografi
jelas berbeda dengan pohon ilmu informatika yang fokus dalam rekayasa teknik system pengolahan data
menjadi informasi. Demikian pula pohon ilmu geografi jelas berbeda dengan pohon
ilmu psikologi yang fokus dalam perilaku (behaviour) manusia. Sampai saat ini
belum ada yang mampu untuk mengspasialkan sebuah persepsi dan menyajikan serta
menjelaskannya dalam perspektif keruangan.
Axiologi
ilmu geografi
Sebagaimana telah disinggung
sebelumnya, peta dikatakan sebagai satu satunya sarana untuk dapat menyajikan
fakta geografi yang memenuhi pola berpikir keruangan, secara cepat dan mudah
dipahami. Dari sebuah peta dapat dikenali berbagai elemen ukuran sebuah
gejala seperti titik, garis, area, arah,
jarak, luas, kepadatan, kerapatan dan lainnya sebagai satuan ukuran karena
bidang ilmu geografi harus dapat terukur. Dari skala peta dapat dinilai
tingkatan informasinya, dari yang bersifat umum sampai informasi yang lebih
rinci dari sebuah populasi.Bidang ilmu geografi sampai saat ini masih eksis
karena memang memiliki nilai kegunaan bagi umat manusia baik untuk pengembangan
keilmuannya maupun terapannya untuk peningkatan kesejahteraan. Oleh karena ilmu bersifat netral maka
pengetahuan yang dihasilkan apakah bermanfaat atau bahkan menyebabkan bencana
bagi umat manusia pada dasarnya ditentukan oleh para ilmuwan itu sendiri.Sebuah
peta yang disajikan secara sengaja untuk menyesatkan pihak lain merupakan
sebuah bencana bagi penggunanya karena informasinya tidak tepat, akurat dan lengkap.
Akibatnya, pengguna peta tidak menemukan informasi yang dibutuhkan setelah
menghabiskan sumberdaya yang tidak sedikit. Dalam sebuah peperangan, peta dapat
menjadi senjata andal untuk mengecoh dan mengalahkan musuh karena legenda peta
sengaja diubah sehingga senjata musuh tidak mengenai sasaran.Dalam kaitan ini
suatu kegiatan analisis citra satelit yang dilakukan tanpa ground-check yang
cermat akan menghasilkan peta citra satelit yang menyesatkan. Apalagi jika
secara mentah mentah data citra digital digunakan untuk membuat pemodelan maka
akan dapat diduga informasi hasil interpretasi citra yang dihasilkan sulit
dibuktikan kebenarannya. Oleh karena itu, apapun kelemahan yang ada dengan
menggunakan sarana citra satelit perlu dikemukakan selengkapnya, bukan hanya
keunggulannya. Di sini menyangkut dasar epistemologisnya dimana “jika putih
katakan putih” atau “jika ada kelemahan katakan kelemahannya dengan
jujur”.Esensi dasar axiology ilmu geografi erat kaitannya dengan ontologinya
dan karena itu sebaik-baiknya pengetahuan yang dihasilkan sangat tergantung
dari yang memiliki pengetahuan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
moral pemilik ilmu tersebut merupakan factor yang menentukan apa sebenarnya
nilai manfaat pengetahuan yang dimiliki bagi umat manusia.
Dari sudut pandang metode keilmuan, hubungannya dengan ruang muka bumi
merupakan ciri bidang ilmu geografi yang menjadi pembeda dengan bidang ilmu
lainnya. Karena mempelajari berbagai gejala dan hubungannya dengan ruang muka
bumi maka peta merupakan sarana
paling efektif untuk analisis.
- Rumusan
spesialisasi di bidang ilmu geografi (membuat cabang atau ranting) yang
ada di lingkungan pendidikan tinggi di Indonesia masih harus diuji lebih
lanjut melalui telaah kritis tiga pertanyaan dasar keilmuan : ontology, epistemology dan axiology
- Terbentuknya
suatu spesialisasi ilmu memiliki konsekuensi lebih lanjut yaitu keinginan
untuk membentuk program studi baru di lingkungan bidang ilmu geografi.
Berdasarkan fakta yang ada proses ini justru menimbulkan masalah karena
ternyata setelah dikaji lebih lanjut prodi baru tersebut tidak dalam pohon
ilmu geografi atau hanya merupakan pengetahuan dasar (obyek material). Hal
yang mengkawatirkan adalah karena sudah terlanjur maka ada upaya
adjustment terhadap konsep dasar agar tetap tampak bernaung di bawah pohon
ilmu geografi.
- Mengingat
karakteristik bidang ilmu geografi maka alternative terbaik untuk
mengakomodasi para geograf yang kritis adalah dengan menetapkan bidang
bidang peminatan yang ingin diintroduksi sesuai perkembangan kebutuhan
masyarakat. Hal ini berarti perhatian kita fokuskan pada aspek dasar
ontology ilmu dan dasar axiology ilmu.
- Persoalan
yang sedang dihadapi dalam mengembangkan ilmu geografi di Indonesia saat
ini adalah bagaimana sosok ilmu geografi sudah dapat dikenal mulai dari
siswa SD sampai SMA. Fakta menunjukkan bahwa betapa tidak mudahnya belajar
geografi secara utuh jika pada tingkat SD dan SMP masih di dalam pelajaran
IPS dan di kelas 3 IPA SMA tidak diberikan sehingga tidak masuk sebagai
mata ujian nasional.
BAB IX
PENUTUP
A.Kesimpulan
Setelah melalui perkembangan yang cukup
lama, serta melalui suatu proses kajian yang memakan waktu, maka dapat kita
simpulkan bahwa geografi dapat dimasukkan dalam kategori ilmu pengetahuan ,
yang apabila di tinjau dari segi filsafat , yang memiliki 3 aspek utama yaitu
Axiologi, Epistemologi dan Ontologi. Maka dapat dijelaskan bahwa apa yang ingin diketahui ilmu
geografi adalah “berbagai gejala keruangan dari penduduk, tempat beraktifitas
dan lingkungannya baik dalam dimensi fisik maupun dimensi manusia”. Perbedaan
dan persamaan pola keruangan (spatial pattern) dari struktur, proses dan
perkembangannya adalah penjelasan lebih lanjut dari apa yang ingin diketahui
bidang ilmu geografi.
Interkoneksi berbagai bidang ilmu
dengan bidang geografi menunjukkan fenomena di mana perkembangan bidang ilmu
geografi dapat dikatakan sangat ditentukan oleh kemampuan geograf dalam
memperoleh informasi perkembangan bidang ilmu lainnya. Hasil riset bidang ilmui
lain akan memperkaya (proliferate) cakupan penelitian geografi. Demikian pula,
hasil riset geografi tentang topik tertentu (secara terbatas) dapat memicu
perkembangan bidang ilmu lainnya. Dalam konteks ini maka terbuka ruang
terbentuknya gejala divergensi bidang ilmu (termasuk geografi) dalam berbagai
cabang ilmu yang bersifat lebih spesifik (spesialisasi). Namun demikian,
spesialisasi di bidang ilmu geografi tidaklah semudah seperti membentuk
spesialisasi anak, spesialisasi tht anak atau anak tht (?) pada bidang ilmu
kedokteran atau lainnya.Dalam perspektif keilmuan, pada dasarnya semua ilmu
memiliki kesamaan filosofi yang disebut dengan metode keilmuan. Masing masing
ilmu memiliki cara yang sama untuk mencari pengetahuan antara lain melalui
kerangka berpikir rasionalisme dan empirisme.
GEOGRAFI SEBAGAI SATU DISIPLIN ILMU:
HAKEKAT GEOGRAFI
Untuk mendapat konsep yang lebih
mendalam dalam uraian berikut akan dibahas hakekat geografi. Menurut Karl
Ritter bahwa geografi mempelajari bumi sebaai tempat tinggal manusia. Dalam
konsep itu, sebagai tempat tinggal manusia berkenaan dengan ruang yang memiliki
struktur, pola, dan proses yang terbentuk oleh aktivitas manusia.Selain itu
konsep “tempat tinggal manusia” tidak hanya terbatas pada permukaan bumi yang
ditempati oleh manusia, tetapi juga wilayah-wilayah permukaan bumi yang tidak
dihuni oleh manusia sepanjang tempat itu penting artinya bagi kehidupan
manusia.Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi meluputi segala
fenomena yang terdapat dipermukaan bumi, baik alam organik maupun alam anorganik yang ada hubungannya dengan
kehidupan manusia. gejala organik dan anorganik itu dianalisis peyebarannya,
perkembangannya, interelasinya, dan interaksinya.Sebagai suatu bidang ilmu,
geografi selalu melihat fenomena dalam konteks ruang secara keseluruhan. Gejala
dalam ruang diperhatikan secara seksama. Perhatian itu dilakukan dengan selalu
mengkaji faktor alam dan faktor manusia, dan keterkaitan keduanya yang
membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala –
interelasi- interaksi – integrasi keruangan menjadi hakekat kerangka kerja utama
geografi. Kerangka analisisnya selalu menggunakan pertanyaan geografi
Berdasarkan dari hal yang telah
dibahas dan diterangkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa geografi adalah
bidang ilmu yang bersifat integratif yang mempelajari gejala gejala yang terjadi
di muka bumi (dalam dimensi fisik dan dimensi manusia) dengan menggunakan
perspektif keruangan (spatial perspective)Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
“aspek keruangan”lah yang menjadi ciri
pembeda bidang geografi dengan bidang ilmu lain.Menurut pengertian di atas maka
tidaklah sukar untuk menjelaskan makna filosofis diagram Fenneman (Jensen, 1980
p.4) maupun diagram Haggett (2001 p. 766) yang pada prinsipnya menunjukkan
keterkaitan dan pendekatan bidang kajian geografi dengan bidang kajian ilmu
ilmu lainnya. Gejala sosial yang
berlangsung di muka bumi jika ditelaah melalui perspektif keruangan membentuk
bidang kajian geografi sosial. Melalui proses yang sama lahir bidang kajian
geografi ekonomi, geografi politik, geografi budaya dan lain lain. Bagian
bidang ilmu alam seperti geologi difokuskan pada pengetahuan geomorfologi,
klimatologi dari meteorologi, biogeografi dari biologi dan seterusnya.
B. Saran
Menurut pengamatan dan observasi
saya mengenai hakekat geografi , geogaraf dapat dikategorikan sebagai suatu
disiplin ilmu pengetahuan, dan memiliki ciri” tertentu yang dapat dibedakan
dengan disiplin ilmu lainnya . Geografi juga Memiliki kaitan yang erat dengan ilmu ilmu
alam , lainnya,
Geografi yang dulunya pada masa
lampau hanya berupa catatan perjalanan kini telah menjelma menjadi suatu
disiplin ilmu yang sangat diperhitungkan dan sangat dibutuhkan keberadaannya.
Dan apabila dikaitkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sekarang ini, maka tidak menutup kemungkinan bahwa kedepannya geogarfi dapat
lebih maju dan lebih benrkembang lagi.
No comments:
Post a Comment