Tuesday, 21 April 2015

Laporan Filsafat Ilmu


BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian Filsafat Ilmu
            Adalah benar jika pertimbangan itu bersifat konsisten dengan pertimbangan l
  Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemology (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Sedangkan Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Menurut The Liang Gie (1999), filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segalhal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik  dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.
A.EPISTEMOLOGI
             Epistemologi adalah cabang ilmu filasafat yang menengarai masalah-masalah filosofikal yang mengitari teori ilmu pengetahuan. Epistemologi bertalian dengan definisi dan konsep-konsep ilmu, ragam ilmu yang bersifat nisbi dan niscaya, dan relasi eksak antara ‘alim (subjek) dan ma’lum (objek). Atau dengan kata lain, epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti  asal-usul,asumsi dasar
B.ONTOLOGI
            Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas  dalam semua.bentuknya.Dengan demikian Ontologi Ilmu (dimensi ontologi Ilmu) adalah Ilmu yang mengkaji wujud  (being) dalam  perspektif ilmu — ontologi ilmu dapat dimaknai sebagai teori tentang wujud dalam perspektif objek materil ke-Ilmuan, konsep-konsep penting yang diasumsikan oleh ilmu ditelaah secara kritis dalam ontologi ilmu.
C.AKSIOLOGI
            Axiologi adalah ilmu yang mengkaji tentang nilai-nilai.
Axiologi (teori tentang nilai) sebagai filsafat yang membahas apa kegunaan ilmu pengetahuan manusiademikian DenganAksiologi adalah nilai-nilai (value) sebagai tolok ukur kebenaran (ilmiah), etik, dan moral sebagai dasar normative dalam    penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu (Wibisono,2001)
Beberapa Pandangan dan Cabang Filsafat
            Pandangan idealisme menyatakan bahwa realitas yang tampak oleh indera manusia adalah bayangan dari ide atau idea yang merupakan realitas yang fundamental. Implikasi dari pandangan ini ialah adanya kecenderungan dari kelompok yang mengikutinya untuk menghormati budaya dan tradisi serta hal-hal yang bersifat spiritua Humanisme individu mengutamakan kemerdekaan berpikir, mengemukakan pendapat, dan berbagai aktivitas yang kreatif. Kemampuan ini disalurkan melalui kesenian, kesusastraan, musik, teknologi, dan penguasaan tentang ilmu kealaman Humanisme sosial mengutamakan pendidikan bagi masyarakat keseluruhan untuk kesejahteraan sosial dan perbaikan hubungan antarmanusia liran empirisme berpandangan bahwa pernyataan yang tidak dapat dibuktikan melalui pengalaman adalah tanpa arti. Ilmu harus dapat diuji melalui pengalaman. Para penganut rasionalisme berpandangan bahwa satu-satunya sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal) seseorang .Kritisme menjembatani kedua pandangan yaitu rasionalisme dan empirisme.Filsafat dibagi dalam beberapa cabang atau bagian filsafat, yaitu epistemologi, metafisika, logika, etika, estetika, dan filsafat ilmu.Epistemologi membahas hal-hal yang bersifat mendasar tentang pengetahuan. Metafisika dikemukakan oleh Andronikos dari kumpulan tulisan Aristoteles yang membahas hakikat berbagai realitas yang diamati oleh manusia dalam dunia nyata. Logika menekankan pentingnya penalaran dalam upaya menuju kepada kebenaran. Etika disebut juga sebagai filsafat moral karena menitikberatkan pembahasannya pada masalah baik dan buruk, kesusilaan dalam kehidupan masyarakat. Estetika menekankan pada pembahasan keindahan, sedangkan filsafat llmu membahas hakikat ilmu, penerapan metode filsafat untuk menemukan alas realitas yang dipersoalkan oleh ilmu.
Dasar-DasarpengetahuanPenalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Pengetahuan dapat berkemabng pada manusia disebabkan oleh dua hal yaitu mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan dengan cepat. Kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikirtertentu.Perasaan merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan kegiatan berpikir di mana penalaran itu disebut dengan intuisi. Kegiatan suatu berpikir yang non analitik yang tidak berdasarkan diri kepada suatu pola berpikir.
Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif yakni menyangkut tentang rasio, pengalama, intuisi dan wahtu.
Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu karena logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan: Teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi.
Secara logis dalam sejarah terdapat dua macam logika, yaitu : logika naturalis (alamiah) dan logika artificialis (buatan atau ilmiah).Logika formal yang tradisional atau singkat dengan logika mempunyai 2 komponen, yaitu : pengertian dan ide.Ujian kebenaran yang dinamakan teori korespondensi adalah paling diterima secara luas oleh kelompok realis. Menurut teori ini, kebenaran adalah kesetiaan kepada realita obyektif (fidelity to objective reality). Kebenaran adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri, atau antara pertimbangan (judgement) dan situasi yang pertimbangan itu berusaha untuk melukiskan, karena kebenaran mempunyai hubungan erat dengan pernyataan atau pemberitaan yang kita lakukan tentang sesuatu (Titus, 1987:237).
Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar (Jujun, 1990:55)., artinya pertimbangan ain yang telah diterima kebenarannya, yaitu yang koheren menurut logikaOntologi Objek telaah ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi filsafat pada umumnya di lakukan oleh filsafat metaphisika. Istilah ontologi banyak di gunakan ketika kita membahas yang ada dlaam konteks filsafat ilmu.
            Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.Ontologi merupakan suatu teori tentang makna dari suatu objek, property dari suatu objek, serta relasi objek tersebut yang mungkin terjadi pada suatu domain pengetahuan. Ringkasnya, pada tinjauan filsafat, ontologi adalah studi tentang sesuatu yang ada.Pembahasan ontologi terkait dengan pembahasan mengenai metafisika
            Mengapa ontologi terkait dengan metafisika? Ontologi membahas hakikat yang “ ada “, metafisika menjawab pertanyaan apakah hakikat kenyataan ini sebenar-benarnya? Pada suatu pembahasan, metafisiska merupakan bagian dari ontologi, tetapi pada [pembahasan lain ontologi merupakan salah satu dimensi saja dari metafisika. Karena itu, metafisika dan ontologi merupakan dua hal yang saling terkait. Bidang metafisika merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati, termasuk pemikiran ilmiah. Metafisika berusaha menggagas jawaban tentang pakah alam ini.
Asumsi diperlukan untuk mengatasi penelaah suatu permasalahan menjadi lebar. Semakin terfokus objek telaah suatu bidang kajian, semakin memerlukan asumsi yang lebih banyak. Asumsi dapat dikatakan merupakan latar belakang intelektual uatu jalur pemikiran. Asumsi dapat diartikan pula sebagai merupakan gagasan primitif, atau gagasan tanpa penumpu yang diperlukan untuk menumpu gagasan lain yang akan muncul kemudian.Asumsi diperlukan untuk menyuratkan segala hal yang tersirat. McMullin (2002) menyatakan hal yang mendasar yang harus ada dalam ontologi suatu ilmu pengetahuan adalah menentukan asusmsi pokok (the standard presumption) keberadaan suatu objek sebelum melakukan penelitian. Dasar teori keilmuan di dunia ini tidak akan pernah terdapat hal yang pasti mengenai satu kejadian, hanya kesimpulan yang probabilitas. Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar pengambilan keputusan di mana didasarkan pada penafsiran kesimpulan ilmiah yang bersifat relatif.
Dalam aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan, yaitu etika dan estetika. Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada prilaku, norma dan adat istiadat manusia. Etika adalah bagian dari filsafat nilai dan penilaian yang membicarakan perilaku orang. Semua perilaku memiliki nilai dan tidak bebas nilai, perilaku bisa beretika baik dan tidak baik
Estetika juga bagian dari filsafat nilai dan penilaian yang memandang karya manusia dari sudut indah dan jelek. Keduanya pasangan dikotomis, dalam arti bahwa yang dimasalahkan secara esensial adalah pengindraan atau persepsi yang menimbulkan rasa senang dan nyaman pada suatu pihak, dan rasa tidak senang dan tidak nyaman pada pihak lainaksiologilmu menghasilkan teknologi yang akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi dalam penerapannya dapat menjadi berkah dan penyelamat bagi manusia, tetapi juga bisa menjadi bencana bagi manusia. Disinilah pemanfaatan pengetahuan dan teknologi harus diperharikan sebaik-baiknya. Dalam filsafati penerapan teknologi meninjaunya darisegi aksiologi keilmuwan.Aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab agar produk keilmuwan sampai dan dapat dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat
   TEKNOLOGI, ETIKA, ESTETIKA dan BIOETIKA

            TEKNOLOGI
            Tak banyak orang yang mengenal filsafat teknologi. Karena filsafat umumnya kita kenal sebagai maha ilmuyang membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan eksistensi manusia,Tuhan ataupun Wujud (realitas). Untuk itu menghubungkan filsafat danteknologi akan terkesan tak biasa. Padahal filsafat teknologi adalahsalah satu genre dalam ranah filsafat yang dapat dikatakan banyakmenarik perhatian para filsuf.
Nilai praktis teknologi dalam proses transfer teknologi dapat diinterpretasikan secara berbeda bahkan tidak dimengerti. Namun bila nilai praktis dapat dimengerti, proses transfer teknologi menjadi mudah. Dapat dikatakan tidak ada kegiatan hermeneutis. Orang PapuaNugini misalnya dapat mengkonversikan pisau/kapak dari batu menjadi pisau/kapak dari besi karena nilai praktis yang dapat dimengerti atausama. Berbeda ketika mereka pertama kali melihat senapan. Mereka tidakmengerti nilai praktis senapan. Perlu adanya kegiatan hermeneutis sebelum senapan menjadi penting dan berguna. Jadi sama seperti kita pertama kali melihat komputer atau teknologi lainnya. Orang yang tidak mengerti nilai praktis teknologi tentunya akan bertanya-tanya ketikamelihat benda teknologi tersebut
            ETIKA
            Istilah etika berasal dari kata “ethos” (Yunani) yang berarti adat kebiasaan. Dalam istilah lain, para ahli yang bergerak dalam bidang etika menyubutkan dengan moral, berasal dari bahasa Yunani, juga berarti kebiasaan. Etika merupakan teori tentang nilai, pembahasan secara teoritis tentang nilai, ilmu kesusilaan yang meuat dasar untuk berbuat susila. Sedangkan moral pelaksanaannya dalam kehidupan.
Jadi, etika merupakan cabang filsafat yang membicarakan perbutan                           manusia. Cara memandangnya dari sudut baik dan tidak baik, etika merupakan filsafat tentang perilaku manusia.Etika adalah suatu cabang filsafat yang membicarakan tentang perilaku manusia. Atau dengan kata lain, cabang filsafat yang mempelajari tentang baik dan buruk.Istilah lainya yang memiliki konotasi makna dengan etika adalah moral. Kata moral dalam bahasa Indonesia berasal dari kata bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan. KataNmores ini mempunyai sinonim; mos, moris, manner mores, atau manners, morals. Kata moral berarti akhlak atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tatatertib hatinurani yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup. Kata moral iniNdalam bahasa Yunani sama dengan ethos yang menjadi etika. Secara etimologis, etikaNadalah ajaran tentang baik buruk, yang diterima umumTentang,sikap,perbuatan,kewajibandansebagainya.
            ESTETIKA
            Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan pengalaman-pengalaman kita yang berhubungan dengan seni. Hasil-hasil ciptaan seni didasarkan atas prinsip-prinsip yang dapat dikelompokkan sebagai rekayasa, pola, bentuk dsb.
Estetika, membicarakan seni dan budaya seringkali tidak bisa dilepaskan dari apa yang namanya estetika. Estetika ibarat nyawa atau jiwa dalam sebuah karya seni bagi saya.
Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.
Pada masa kini estetika bisa berarti tiga hal, yaitu:1. Studi mengenai fenomena estetis,
2. Studi mengenai fenomena persepsi,3.Studi mengenai seni sebagai hasil pengalaman estetis.
            BIOETIKA
            Bioetika adalah biologi dan ilmu kedokteran yang menyangkut masalah di bidang kehidupan, tidak hanya memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga memperhitungkan kemungkinan timbulnya pada masa yang akan datang.Tiga.etika dalam bioetika
1.Etika sebagai nilai-nilai dan asa-asas moral yang dipakai seseorang atau suatu keloompok sebagai pegangan bagi tingkah lakunya.
2.Etika sebagai kumpulan asas dan nilai yang berkenaan dengan moralitas (apa yang dianggap baik atau buruk). Misalnya: Kode Etik Kedokteran, Kode Etik Rumah Sakit.
3.Etika sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dari sudut norma dan nilai-nilai moral
GEOGRAFI
            Bangsa Yunani adalah bangsa yang pertama dikenal secara aktif menjelajahi geografi sebagai ilmu dan filosofi, dengan pemikir utamanya Thales dari Miletus, Herodotus, Eratosthenes, Hipparchus, Aristotle, Dicaearchus dari Messana, Strabo, dan Ptolemy. Bangsa Romawi memberi sumbangan pada pemetaan karena mereka banyak menjelajahi negeri dan menambahkan teknik baru. Salah satu tekniknya adalah periplus, deskripsi pada pelabuhan dan daratan sepanjang garis pantai yang bisa dilihat pelaut di lepas pantai; contoh pertamanya adalah Hanno sang Navigator dari Carthaginia dan satu lagi dari Laut Erythraea, keduanya selamat di laut menggunakan t
eknik periplus dengan mengenali garis pantai laut MerahdanTelukPersi.Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu gêo (“Bumi”) dan graphein (“menulis”, atau “menjelaskan”).
Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan “lokasi pada ruang.” Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.Oleh karena itu, definisi geografi secara luas adalah ilmu yang mempelajari bumi bagian dalam, permukaan bumi, dan atas (luar angkasa) secara keseluruhan yang berinteraksi dengan alam lingkungannva. Supaya pandangan tentang geografi itu lebih luas berikut ini beberapa pendapat para ahli geogarfi.
Geografer menggunakan empa tpendekatan:Sistematis – Mengelompokkan pengetahuan geografis menjadi kategori yang kemudian dibahas secara global.Regional – Mempelajari hubungan sistematis antara kategori untuk wilayah tertentu atau lokasi di atas planet.Deskriptif – Secara sederhana menjelaskan lokasi suatu masalah dan populasinya.Analitis – Menjawab kenapa ditemukan suatu masalah dan populasi tersebut pada wilayah geografis tertentu
Filsafat Ilmu Geografi.
            Berdasarkan hal hal yang telah diuraikan sebelumnya sampailah kita pada pertanyaan   bagaimana menjelaskan geografi sebagai bidang ilmu yang dapat disejajarkan dengan bidang bidang ilmu lainnya? Untuk menjawab hal itu maka akan ditelaah secara singkat bagaimana ilmu geografi menjawab ke tiga pertanyaan dasar ontologi ilmu, epistemologi ilmu dan axiologi ilmu.
ONTOLOGI ILMU GEOGRAFI
            Mengacu pengertian geografi yang telah disampaikan di atas maka dapat dijelaskan bahwa apa yang ingin diketahui ilmu geografi adalah “berbagai gejala keruangan dari penduduk, tempat beraktifitas dan lingkungannya baik dalam dimensi fisik maupun dimensi manusia”. Perbedaan dan persamaan pola keruangan (spatial pattern) dari struktur, proses dan perkembangannya adalah penjelasan lebih lanjut dari apa yang ingin diketahui bidang ilmu geografi.
SEJARAH PERKEMBANGAN GEOGRAFI
            Secara ringkas pada bab ini diuraikan sejarah perkembangan Geografi dari masa ke masa, dari Geografi Klasik sampai Geografi Mutakhir. Penggolongan pertumbuhan geografi klasik,modern,dan mutakhir. Geografi klasik
Geografi sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno dan pengetahuan tentang bumi pada masa tersebut masih dipengaruhi oleh Mitologi. Secara lambat laun pengaruh Mitologi mulai berkurang seiring dengan berkembangnya pengaruh ilmu alam sejak abad ke-6 Sebelum Masehi (SM), sehingga corak pengetahuan tentang bumi sejak saat itu mulai mempunyai dasar ilmu alam dan ilmu pasti dan proses penyelidikan tentang bumi dilakukan dengan memakai logika.kedudukan Geografi sebagai Ilmu Pengetahuan batasan dan lapangan/objeknya masih dipertentangkan oleh para ahli sampai abad ke-19. Sampai abad ke-19 corak susunan isi Geografi hanya berupa uraian tentang penemuan daerah baru, adat istiadat penduduknya dan gejala serta sifat alam lainnya. Pengumpulan bahan-bahan tersebut belum diarahkan pencarian hubungan antara satu dengan yang lainnya serta mencari penyebab mengapa terjadinya hubungan tersebut serta diuraikan secaraDeskriptif.
Geografi Abad Pertengahan
            Pada akhir abad pertengahan, uraian-uraian tentang Geografi masih bercirikan hasil laporan perjalanan, baik perjalanan yang dilakukan melalui darat maupun melalui laut. Perjalanan umat manusia di muka bumi, dilakukan oleh para pedagang yang melakukan perniagaan antar negara dan antar benua, serta dilakukan oleh para tentara untuk melakukan peperangan dan meluaskan tanah kekuasaan. Perjalanan melalui darat yang terkenal adalah “Via Appia” perjalanan darat antara Roma dan Capua (950 sm), serta “Jalan Sutera” antara Tiongkok dengan Timur Tengah (abad pertengahan) telah menjadi sumber materi Geografi yang sangat berharga pada masa itu.
Geografi Modern
            Pandangan ini mulai berkembang pada abad ke-18. Pada masa ini Geografi sudah dianggap sebagai suatu disiplin ilmiah dan sudah dipandang dari sudut praktis. Para tokohnya,adalah ImmanuelKant(1724-1804),Seorang ahli filsafat Unversitas Koningsburg, Jerman yang memiliki pandangan seperti Varenius. Dia memandang bahwa Ilmu Pengetahuan dapat   dipandang dari tiga pandangan yang berbeda, yaitu :
            a. Ilmu Pengetahuan yang menggolongkan fakta berdasarkan objek yang diteliti. Disiplin yang mempelajari kategori ini disebut “ilmu pengetahuan sistematis”, seperti ilmu botani yang mempelajri tumbuhan, Geologi yang mempelajari kulit bumi, dan Sosiologi yang mempelajari manusia, terutama golongan sosial. Menurut Kant, pendekatan yang dipergunakan dalam ilmu pengetahuan sistematis adalah studi tentang kenyataan.
            b. Ilmu pengetahuan yang memandang hubungan fakta-fakta sepanjang masa. Ilmu pengetahuan yang mempelajari bidang ini, adalah sejarah.
            c.Ilmu pengetahuan yang mempelajari fakta yang berasosiasi dalam ruang, dan ini merupakan bidang dari Geografi. Meski demikian, terdapat juga berbagai tentangan terhadap pemikiran Kant, misalnya apakah ilmu pengetahuan sistematik dalam mempelajari fenomena tidak tergantung pada ruang dan waktu.
Pada tahun 1905 ia menulis bahwa ilmu kronologi tentang bumi atau ilmu tentang wilayah-wilayah di permukaan bumi dengan perbedaan dan relasi keruangannya. Ia telah memberi pengertian yang luas terhadap pengertian“landschaft” yang tidak hanya mengenai keadan fisik, namun juga manusia. Dalam uraianlandschaft tersebut dikemukakan perbedaan khas suatu wilayah dari wilayah lainnya, sehingga mengarah pada penguraian regional. Yaitu uraian tentang geografi regional. Dalam uraiannya terlihat adanya pengaruh konsep geografi dari von Richthofen. Berkenaan dengan segala sesuatu yang dipelajari tentang negara dan bangsa, Hettner mengemukakan kerangka sistematiksebagaiberikut
a.Letak,bentuk dan  luasbumi
b.Keadaan alam permukaan bumi(relief,keadaangeologi,tanah dan sebagainya).                                                                                           
c.Iklim(Suhu,tekananudara,angin,kelembapan,curahhujan)
d.Aliran Sungai dan perairan.
e.FloradanFauna.
f.Manusia
g.Usaha kerja dan kegiatan manusia.
            Fahamregiondanpendekatanregional .Studi regional atau pendekatan berdasar konsep regional merupakan bagian penting dalam studi geografi. Sejarah yang merupakan pertama-tama mempelajari peristiwa kehidupan manusia masa mendapatkan kenyataan bahwa peristiwa-peristiwa itu di tempat-tempat tertentu. Disiplin ilmu yang mempelajari proses atau sekelompok proses mungkin akan adanya fenomena yang dihasilkan oleh sebab hubungan, keadaan tempat lingkungannya. Aspek pengetahuan yang pengaruh lingkungan setempat atas suatu atau sekelompok disebut ekologi. Ekologi juga mempelajari penyesuaian organisme lingkungan sekitarnya, dan sejak lama ekologi telah dikembangkan hayat.Sejarah perkembangannya, geografi telah menggunakan (atau) ekologi dalam upaya menjelaskan dan menafsirkan sifat dalam ruang. Di samping itu geografi juga meninjau ke ruang untuk mendapatkan gambaran tertib susunan ke dalam yang seringkali memberikan latar belakang perspektif untuk dapat memperkirakan kecenderungan-kecenderungan yang dalam tata ruang.
1.Konsep landschaft menurut Hettner
            Hettner dalah tokoh yang pertama-tama mengemukakan faham shaft dalam arti yang lengkap seperti yang banyak dianut orang pada saat ini. Kalaupun orang-orang sebelumnya telah pula menggunakan landschaft untuk uraian-uraian daerah muka bumi, namun sifatnya masih terbatas pada keadaan alam permukaan bumi yang berbeda. Menurut Hettner landschaft adalah bagian permukaan memberikan gambaran individualitas tersendiri dan meliputi keadaan alamnya beserta isinya yang terdiri atas tumbuhankhan, hewan dan manusia yang menghuninya.2)
Untuk memudahkan membuat perbandingan tentang daerah satu dengan yang lain, dalam sangka usaha membuat deskripsi, menjelaskan dan kemungkinan generalisasinya, Hettner menyarankan dipakainya suatu bagan (yang kemudian terkenal sebagai bagan Hettner) agar telaah mengenai daerah landschaft dapat lebih mendalam dan sistematis. Bagan Hetiner meliputi unsur-unsur yang perlu dipelajari berturut-turut tentang
1. Letak
2. Luas
3. Perlikuan horizontal (bentuk wilayah)
4. Perlikuan vertikal (relief)
5. Susunan geologi
6. Geomorfologi
7. Keadaan agrogeografi (mata pencaharian penduduk).
8. Iklim
9. Gejala irigasi
10. Vegetasi
11. Hewan
12. Manusia (mengenai jumlah, penyebaran, cara menetap) kebudayaannya baik material maupun rokhani).
13. Pandangan Regional menurut Vidal deBlache
Di Perancis Vidal de la Blache juga merupakan tokoh pengembang faham Regional di samping tokoh dalam geografi budaya yang telah menampilkan faham Posibilisme Dalam geografi manusia (geografi budayanya), pernah budaya manusia benar-benar ia perhatikan. Kalau Hettner dalam mengembangkan faham landschaftnya sedikit banyak dipengaruhi pandangan von Richthofen dan dalam antropogeografnya (yang diwarnai pandangan determinisme lingkungan) Vidal menampilkan faham regional yang lain coraknya.
14. Pandangan Regional Menurut Hartshorne
Sungguh pun faham regional di Amerika dikembangkan terutama oleh Richard Hartshorne, yang bukunya The Nature of Geography sangat eksternal, tetapi kajian tentang region di Afrika telah mulai tampil secara sporadis sejak masa-masa sebelum tahun 1900. Pengetahuan geografi pada tingkat universitas di Amerika telah didatangkan dari berbagai sumber di Europe antara tahun1860 hingga 1925, meskipun tidak selalu berasal dari pemikiran tokoh-tokoh yang paling representatif.






BAB II
DEFINISI ILMU PENTAHUAN
            Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia . Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dankepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
            Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode  yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalahprodukdariEpistemologi.
Contoh:
  • Ilmu Alam  hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (materiil saja). Ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak matahari.
  • Ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.
A.Syarat-syarat ilmu
Berbeda dengan pengetahuan , ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah  sesuatu dapat disebut sebagai ilmu. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
            1.     Objektif .  Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
            2.  Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
            3.    Sistematis . Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibatmenyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
            4.      Universal . Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an.(universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
B.Definisi Teknologi
            Teknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai tujuan praktis; ilmu pengetahuan terapan atau dapat pula diterjemahkan sebagai keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.Dalam memasuki Era Industrialisasi , pencapaiannya sangat ditentukan oleh penguasaan teknologi karena teknologi adalah mesin penggerak pertumbuhan melalui industri.Sebagian beranggapan teknologi adalah barang atau sesuatu yang baru. namun, teknologi itu telah berumur sangat panjang dan merupakan suatu gejala kontemporer. Setiap zaman memiliki teknologinya sendiri.

Dalam bentuk yang paling sederhana, kemajuan teknologi dihasilkan dari pengembangan cara-cara lama atau penemuan metode baru  dalam menyelesaikan tugas-tugas tradisional seperti bercocok tanam , membuat baju, atau membangun rumah.
Ada tiga klasifikasi dasar  dari kemajuan teknologi yaitu 
1.Kemajuan teknologi yang bersifat netral  (bahasa Inggris : neutral technologica lprogress)Terjadi bila tingkat pengeluaran (output) lebih tinggi dicapai dengan kuantitas  dan kombinasi faktor-faktor pemasukan (input) yang  sama.          
2.      Kemajuan teknologi yang hemat  tenaga kerja (bahasa Inggris : labor-savingtechnologicalprogress)
Kemajuan teknologi yang terjadi sejak akhir abad kesembilan belas banyak ditandai oleh meningkatnya secara cepat teknologi yang hemat tenaga kerja dalam memproduksi sesuatu mulai dari kacang-kacangan sampai sepeda hingga jembatan.
3.      Kemajuan teknologi yang hemat modal (bahasa Inggris : capital- saving technologica lprogress Fenomena yang relatif langka. Hal ini terutama disebabkan karena hampir semua riset teknologi dan ilmu pengetahuan di dunia dilakukan di negara-negara maju, yang lebih ditujukan untuk menghemat tenaga kerja, bukan modalnya.Pengalaman di berbagai negara berkembang  menunjukan bahwa campur tangan langsung secara berlebihan, terutama berupa peraturan pemerintah  yang terlampau ketat, dalam pasar teknologi asing justru menghambat arus teknologi  asing ke negara-negara berkembang .Di lain pihak suatu kebijaksanaan 'pintu yang lama sekali terbuka' terhadap arus teknologi asing, terutama dalam bentuk penanaman modal asing  (PMA), justru menghambat kemandirian yang lebih besar dalam proses pengembangan kemampuan teknologi negara berkembang karena ketergantungan yang terlampau besar pada pihak investor asing , karena merekalah yang melakukan segala upaya teknologi yang sulit dan rumit.
Ciri-ciri Fenomena Yang Diperlihatkan Oleh Teknologi
Teknologi memperlihatkan fenomenanya dalam masyarakat sebagai hal imperasional dan memiliki otonomi merubah setiap bidang kehidupan manusia menjadi lingkup teknis. Fenomena teknik pada masyarakat kini,
menurut SASTRAPRATEDJA (1980) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
            1.      Rasionalitas, artinya tindakan spontan oleh tehnik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional.
            2.      Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.
            3.      Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi, dan dan rumuusan dilaksanakan serba otomatis.
            4.      Teknis berkembang pada suatu kebudayaan.
            5.      Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung.
            6.      Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan.
            7.      Otonomi, artinya teknik berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri.
           
            Teknologi Dalam Penerapannya Sebagai Jalur Utama Yang Dapat Menyongsong Masa Depan Yang CerahTeknologi dalam penerapannya sebagai jalur utama yang dapat menyongsong masa depan cerah, kepercayaannya sudah mendalam. Sikap demikian adalah wajar, asalkan tetap dalam konteks penglihatan yang rasional. Sebab teknologi, selain mempermudah kehidupan manusia, mempunyai dampak sosial yang sering lebih penting artinya daripada kehebatan teknologi itu sendiri. Seiring berjalannya waktu dan makin cepatnya daya pikir manusia yang semakin modern maupun canggih perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak lepas akan kemajuan-kemajuannya yang semakinpesat mendunia. ilmu pengetahuan telah menjadi perintis dalam membuat kemajuan teknologi menjadi lebih pesat dan tak terbayangkan kemajuannya pada seperti saat ini yang melampaui batas-batas praktis imajinasi yang sulit dijangkau pikiran. Ilmu pengetahuan ini sebenarnya baru berkembang pada dua millennium terakhir. Namun bisa kita lihat sendiri betapa hebat pesatnya perkembangan yang terjadi pada dua millennium terakhir ini. Ilmu pengetahuan bisa tidak berjalan praktis terus-menerus meningkat, ilmu pengetauan dapat timbul dan tenggelam hanyut bersama dalam perkembangan peradaban manusia. Ilmu pengetahuan telah menunjukkan peradaban yang lebih maju menaklukkan peradaban yang lebih terbelakang, dalam artian selanjutnya ilmu pengetahuan bisa saja ditaklukkan oleh peradaban lain yang lebih maju atau mungkin ilmu pengetahuan yang lama mungkin akan tergantikan dengan pola pemikiran ilmu pengetahuan yang baru yang lebih canggih atau dapat mampu menaklukkan ilmu pengetahuan yang lama. Pada intinya yang kuat bertahan, yang lemah ditaklukkan. Teknologi tak kalah berjalan meningkat dengan ilmu pengetahuan, pada jaman sekarang kedudukan teknologi dan ilmu pengetahuan sama seimbangnya yaitu terus mengalami pelonjakan dalam kecanggihannya,  yang dikarenakan faktor terjadinya teknologi terdorong oleh tingkat ilmu pengetahuan yang semakin maju, yang menjadikan keduannya saling bersatu atau satu sama lain saling membantu untuk terciptannya sebuah karya teknologi.  Teknologi ternyata sudah banyak digunakan manusia di dunia ini, kita ambil satu contoh yaitu Sistem Komputerisasi merupakan kemajuan teknologi saat ini dengan menerapkan sistem kerja dari teknologi terkini yaitu dengan cara sistem komputerisasi. Komputerisasi yaitu penggunaan setiap aktivitas dimana sistem pekerjaan banyak dilakukan oleh cara kerja sistem komputer. Dalam arti kita hanya mengendalikannya dari jarak jauh sistem kerja komputer sudah sangat mudah bisa dilakukan. Pengoperasian sistem ini sudah secara otomatis dilakukan untuk mengatur pekerjaan yang kita inginkan dengan memberi perintah kepada sistem tersebut, maka pekerjaan dengan otomatis berjalan dengan sendirinya. Sistem kerja komputerisasi atau bisa dimaksudkan kerja robot ini adalah cara yang sudah banyak dilakukan pada industri-industri negara-negara maju, dan Indonesia sendiri sudah mulai banyak menerapkannya. Untuk jangka waktu yang lama saya rasa peranan penerapan ilmu pengetahuan yang mendorong terjadinya teknologi baru bakal selalu menakjubkan hasilnya untuk masa depan mendatang. Kecanggihan daya pola pikir manusia sekarang sudah mulai mudah bermunculan. Jadi kedepannya pasti kecanggihan teknologi yang terdorong oleh ilmu pengetahuan yang tinggi bisa selalu menghasilkan berbagai macam penemuan-penemuan yang baru, sehingga menjadikan teknologi dalam menyongsong masa depan yang cerah selalu terlihat lebih hebat disetip masa-masanya atau waktunya maupun selalu berdiri kokoh disetiap kebutuhan-kebutuhannya.
"Tips" Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Peranan ilmu pengetahuan dan teknologi menurt pandangan saya merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh dalam terjadinya ciptaan-ciptaan varian teknologi baru yang saat-saat ini sudah banyak terlihat di belahan-belahan dunia maupun semua negara. Jadi ada baiknya bila kita mengetahui teknologi-teknologi apa saja yang baru bermunculan atau yang akan datang selanjutnya, hal tersebut supaya kita tidak tertinggal dalam hal iptek dan tak ketinggalan jaman. Untuk membangun maupun memajukan bangsa ini, marilah kita belajar untuk menciptakan suatu varian teknologi baru maupun menjadikan teknologi lama agar menjadi lebih canggih lagi.







BAB III
FILSAFAT GEOGRAFI
A.Geografi Secara Umum
             Pengertian Geografi
            Kata geografi berasal dari geo=bumi, dan graphein=mencitra. Ungkapan itu pertama kali disitir oleh Eratosthenes yang mengemukakan kata “geografika”. Kata itu berakar dari geo=bumi dan graphika=lukisan atau tulisan. Jadi kata geographika dalam bahasa Yunani, berarti lukisan tentang bumi atau tulisan tentang bumi. Istilah geografi juga dikenal dalam berbagai bahasa, seperti geography (Inggris), geographie (Prancis), die geographie/die erdkunde (Jerman), geografie/ aardrijkskunde (Belanda) dan geographike (Yunani). Bertahun-tahun manusia telah berusaha untuk mengenali lingkungan di permukaan bumi. Pengenalan itu diawali dengan mengunjungi tempat-tempat secara langsung di muka bumi, dan berikutnya menggunakan peralatan dan teknologi yang makin maju. Sejalan dengan pengenalan itu pemikiran manusia tentang lingkungan terus berkembang, pengertian geografi juga mengalami perubahan dan perkembangan. Pengertian geografi bukan sekedar tulisan tentang bumi, tetapi telah menjadi ilmu pengetahuan tersendiri disamping bidang ilmu pengetahuan lainnya. Geografi telah berkembang dari bentuk cerita tentang suatu wilayah dengan penduduknya menjadi bidang ilmu pengetahuan yan memiliki obyek studi, metode, prinsip, dan konsep-konsep sendiri sehingga mendapat tempat ditengah-tengah ilmu lainnya.
Berkaitan dengan kemajuan itu, konsep geografi juga mengalami perkembangan. Ekblaw dan Mulkerne mengemukakan, bahwa geografi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari bumi dan kehidupannnya, mempengaruhi pandangan hidup kita, makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, rumah yang kita huni dan tempat rekreasi yang kita nikmati. Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu. Hasil semlok peningkatan kualitas pengajaran geografi di Semarang (1988) merumuskan, bahwa geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau kelingkungan dalam konteks keruangan.
James mengemukakan geografi berkaitan dengan sistem keruangan, ruang yang menempati permukaan bumi. Geografi selalu berkaiatan dengan hubungan timbal balik antara manusia dan habitatnya.Berdasarkan telaah terhadap konsep tersebut penulis berpendapat, bahwa geografi merupakan studi yang mempelajari fenomena alam dan manusia dan keterkaitan keduanya di permukaan bumi dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Dalam pengertian itu beberapa aspek yang esensia yaitu (1) adanya hubungan timbal balik antara unsur alam dan manusia (reciprocal). (2) Hubungan itu dapat bersifat interelatif, interaktif, dan intergratif sesuai dengan konteksnya. (3) cara memadang hubungan itu berisifat keruangan.Berdasarkan konsep tersebut, studi Geografi bekaitan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
•Where is it?
•Why is it there
•So what?
            Dalam kata yang lain, Geografi mempelajari penyebaran keruangan dari sesuatu (bahasa, kegiatan ekonomi, pencemaran, rote transportasi, tanah, iklim, dan dan fenomena lainnya) untuk menemukan mengapa fenomena itu menyebar sebagaimana adanya. Geografi selanjutnya mencoba untuk menggambarkan terjadinya distribusi itu, dan dengan pemahaman itu dapat mengusulkan pemecahan masalah yang terjadi.
ObyekGeografi
      Setiap disiplin ilmu memilki obyek yang menjadi bidang kajiannya. Obyek bidang ilmu tersebut berupa obyek matrial dan obyek formal. Obyek material berkaitan dengan substansi materi yang dikaji, sedangkan obyek formal berkaitan dengan pendekatan (cara
Pandang yang digunakan dalam menganalisis substansi (obyek material)tersebut.Pada obyek material, antara bidang ilmu yang satu dengan bidang ilmu yang lain dapat memiliki substansi obyek yang sama atau hampir sama.Obyek material ilmu geografi adalah fenomena geosfer, yang meliputi litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Obyek materal itu juga menjadi bidang kajian bagi disiplin ilmu lain, seperti geologi, hidrologi, biologi, fisika, kimia, dan disiplin ilmu lain. Sebagai contoh obyek material tanah atau batuan. Obyek itu juga menjadi bidang kajian bagi geologi, agronomi, fisika, dankimia.Oleh karena itu untuk membedakan disiplin ilmu yang satu dengan disiplin ilmu yang lain dapat dilakukan dengan menelaah obyek formalnya. Obyek formal geografi berupa pendekatan (cara pandang) yang digunakan dalam memahami obyek material. Dalam konteks itu geografi memilki pendekatan spesifik yang membedakan dengan ilmu-ilmu lain. Pendekatan spesifik itu dikenal dengan pendekatan keruangan (spatial approach). Selain pendekatan keruangan tersebut dalam geografi juga dikenali adanya pendekatan kelingkungan (ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach).

.Prinsip Geografi
            Prinsip merupakan dasar yang digunakan sebagai landasan dalam menjelaskan suatu fenomena atau masalah yang terjadi. Prinsip juga berfungsi sebagai pegangan/pedoman dasar dalam memahami fenomena itu. Dengan prinsip yang dimiliki, gejala atau permasalahan yang terjadi secara umum dapat dijelaskan dan dipahami karakteristik yang dimilikinya dan keterkaitan dengan fenomena atau permasalahan lain.Setiap bidang ilmu memiliki prinsip sendiri-sendiri. Ada kemungkinan satu atau beberapa prinsip bidang ilmu itu memiliki kesamaan dengan prinsip bidang ilmu yang lain, tetapi juga ada kemungkinan berbeda sama sekali. Dalam bidang geografi dikenali sejumlah prinsip, yaitu: prinsip penyebaran, prinsip interelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi.
            a.PrinsipPenyebaran
            Dalam prinsip ini fenomena atau masalah alam dan manusia tersebar di permukaan bumi. Penyebaran fenomena atau permasalahan itu tidak merata. Fenomena sumber air tentu tidak dijumpai di semua tempat. Demikian pula permasalahan pencemaran air juga tidak dijumpai disemua sungai atau laut.
            b.Prinsip Interelasi     
            Fenomena atau permasalahan alam dan manusia saling terjadi keterkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya. Keterkaitan itu dapat terjadi antara aspek fenomena alam dengan aspek fenomena alam lain, atau fenomena aspek manusia dengan aspek fenomena manusia. Fenomena banjir yang terjadi di wilayah hilir terjadi karena kerusakan hutan di bagian hulu. Kerusakan hutan alam itu dapat terjadi karena perilaku menusia. Perilaku manusia yang demikian terjadi karena kesadaran terhadap fungsi hutan yang rendah.
            c.Prinsip Deskripsi
            Fenomena alam dan manusia memiliki saling keterkaiatan. Keterkaitan antara aspek alam (lingkungan) dan aspek manusia itu dapat dideskripsikan. Pendiskripsian itu melalui fakta, gejala dan masalah, sebab-akibat, secara kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan peta, grafik, diagram, dll.
            d.Prinsip Korologi
            Prinsip korologi merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip penyebaran, interelasi dan deskripsi. Fenomena atau masalah alam dan manusia dikaji penyebarannya, interelasinya, dan interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang itu akan memberikan corak pada kesatuan gejala, kesatuan fungsi dan kesatuanbentuk.
           

.KonsepEsensialGeografi
            Konsep merupakan pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep esensial suatu bidang ilmu merupakan pengertian-pengertian untuk mengungkapan atau menggambaran corak abstrak fenomena esensial dari obyek material bidang kajian suatu ilmu. Oleh karena itu konsep dasar merupakan elemen yang penting dalam memahami fenomena yang terjadi. Dalam geografi dikenali sejumlah konsep esensial sebagai berikut.
Menurut Whiple ada lima konsep esensial, yaitu:
a.Bumi sebagai planet
b.Variasi cara hidup
c.Variasi wilayah alamiah
d.Makna wilayah bagi manusia
            Pentingnya lokasi dalam memahami peristiwa dunia
Dalam mengungkapkan konsep geografi itu harus selalu dihubungkan dengan penyebarannya, relasinya, fungsinya, bentuknya, proses terjadinya, dan lain-lain sebagainya. Sebagai contoh ungkapan konsep “variasi cara hidup” setidaknya harus terabstraksikan mata pencaharian penduduk, proses terbentuknya mata pencaharian itu, penyebaran mata pencaharian itu, jumlah penduduk yang bekerja pada masing-masing mata pencaharian itu, dan dinamika mata pencaharian itu.
Menurut J Warman ada lima belas konsep esensial, yaitu:

1)wilayah atau regional
 2)lapisan hidup atau biosfer
3) manusia sebagai faktor ekologi dominant
4) globalisme atau bumi sebagai planet
 5) interaksi keruangan
6) hubungan areal
 7) persamaan areal
 8) perbedaan areal
9) keunikan areal
10) persebaran areal
11) lokasi relativ
 12) keunggulan komparatif
13) perubahan yang terus menerus
 14) sumberdaya dibatasi secara budaya
 15) bumi bundar diatas kertas yang datar atau pet
            Ruang Lingkup GeografiStudi geografi mencakup analisis gejala manusia dan        gejala alam. Dalam studiitu dilakukan analisis persebaran-interelasi-interaksi      fenomena atau masalah dalam suatu ruang.Menurut Rhoad Murphey ruang lingkup           geografi sebagai berikut. (1) distribusi dan hubungan timbal balik antara manusia di       permukaan bumi dengan aspek-aspek keruangan permukiman penduduk dan          kegunaan dari bumi. (2) hubungan timbal balik antara masyarakat dengan lingkungan             fisiknya sebagai bagian studi perbedaan area. (3) kerangka kerja regional dan analisis           wilayah secara spesifik.
.Hakekat Geografi
            Untuk mendapat konsep yang lebih mendalam dalam uraian berikut akan dibahas hakekat geografi. Menurut Karl Ritter bahwa geografi mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia. Dalam konsep itu, sebagai tempat tinggal manusia berkenaan dengan ruang yang memiliki struktur, pola, dan proses yang terbentuk oleh aktivitas manusia.Selain itu konsep “tempat tinggal manusia” tidak hanya terbatas pada permukaan bumi yang ditempati oleh manusia, tetapi juga wilayah-wilayah permukaan bumi yang tidak dihuni oleh manusia sepanjang tempat itu penting artinya bagi kehidupan manusia.Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi meluputi segala fenomena yang terdapat dipermukaan bumi, baik alam organik maupun alam   anorganik yang ada hubungannya dengan kehidupan manusia. gejala organik dan anorganik itu dianalisis peyebarannya, perkembangannya, interelasinya, dan interaksinya.Sebagai suatu bidang ilmu, geografi selalu melihat fenomena dalam konteks ruang secara keseluruhan. Gejala dalam ruang diperhatikan secara seksama. Perhatian itu dilakukan dengan selalu mengkaji faktor alam dan faktor manusia, dan keterkaitan keduanya yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala – interelasi- interaksi – integrasi keruangan menjadi hakekat kerangka kerja utama geografi. Kerangka analisisnya selalu menggunakan pertanyaan geografi.
.Klasifikas idan Cabang-Cabang Geografi
            Disiplin ilmu geografi memiliki cakupan obyek yang luas. Obyek itu mencakup fenomena alam dan manusia, dan keterkaitan antar keduanya.Untuk mempelajari obyek yang demikian luas tumbuh cabang-cabang geografi yang dapat memberikan analisis secara mendalam terhadap obyek yang dipelajarinya. Cabang-cabang ilmu geografi dapat dirinci sebagai berikut.
Menurut Huntington, geografi terbagi empat cabang, yaitu:
a.Geografi  Fisik yang mempelajari faktor fisik alam
b.Pitogeografiyangmempelajaritanaman
c. Zoogeografi  yang mempelajarai hewan                                        
d.Antropogeografi yang mempelajari manusia.
           
Menurut Muller dan Rinner, cabang-cabang geografi terdiri atas:
            a. Geografi Fisik yang terdari atas geografi matematika, geografi tanah dan hidrologi, klimatologi, geografi mineral dan sumberdaya, geografi tanaman, dan geografi tata guna lahan
            b. Geografi Manusia meliputi geografi budaya (geografi penduduk, geografi sosial, dan geografi kota), Geografi ekonomi (geografi pertanian, geografi transportasi dan komunikasi) geografi politik
c.Geografi regional
            Menurut Hagget, cabang geografi dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Geografi fisik merupakan cabang geografi yang mempelajari gejala fisik di permukaan bumi. Gejala fisik itu terdiri atas tanah, air, udara dengan segala prosesnya. Bidang kajian dalam geografi fisik adalah gejala alamiah di permukaan bumi yang menjadi lingkungan hidup manusia. Oleh karena itu keberadaan cabang ilmu ini tidak dapat dipisahkan dengan mansuia.
b.Geografi Manusia
1) Geografi manusia merupakan cabang geografi yang obyek kajiannya keruangan manusia. Aspek-aspek yang dikaji dalam cabang ini termaasuk kependudukan, aktivitas manusia yang meliputi aktivitas ekonomi, aktivitas politik, aktivitas sosial dan aktivitas budayanya. Dalam melakukan studi aspek kemanusiaan, geografi manusia terbagi dalam cabang-cabang geografi penduduk, geografi ekonomi, geografi politik, geografi permukiman dan geografi sosial.
2) Geografi penduduk merupakan cabang geografi manusia yang obyek studinya keruangan penduduk. Obyek studi ini meliputi penyebaran, densitas, perbandingan jenis kelamin penduduk dari suatu wilayah.
3) Geografi Ekonomi merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya berupa struktur keruangan aktivitas ekonomi. Titik berat kajiannya pada aspek keruangan struktur ekonomi masyarakat, termasuk bidang pertanian, industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, jasa, dan sebagainya.
4) Geografi Politik merupakan cabang geografi manusia yang bidang kajiannya adalah aspek keruangan pemerintahan atau kenegaraan yang meliputi hubungan regional dan internasional, pemerintahan atau kenegaraan dipermukaan bumi.
5) Geografi permukiman adalah cabang geografi yang obyek studinya berkaitan dengan perkembangan permukimam di suatu wilayah permukaan bumi. Aspek yang dibahas adalah kapan suatu wilayah dihuni manusia, bagaimana bentuk permukimannya, faktor apa yang mempengaruhi perkembangan dan pola permukiman.
c. Geografi Regional merupakan diskripsi yang menyeluruh antara aspek manusia dan aspek alam (lingkungan). Fokus kajiannya adalah interelasi,
interaksi dan integrasi antara aspek alam dan manusia dalam suatu ruang tertentu. Dalam pengkajian gejala dan masalah geografi harus selalu terpadu. Walaupun geografi fisik mengkaji aspek fisik, tetapi selalu mengkaitkannya dengan aspek manusia dalam suatu “ruang”. Sebaliknya geografi manusia selalu mengkaitkan dirinya dengan aspek-aspek fisik geografi. Geografi akan kehilangan “jati dirinya” jika tidak terjadi konsep keterpaduan.
.Pendekatan-PendekatanGeografi
            Geografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami,yaitu:
a. Obyek studi geografi
(Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang meliputi litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera), dan
b.Pendekatangeografi
            Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan hal itu Hagget (1983) mengemukakan tiga pendekatan, yaitu:
a. pendekatan keruangan,
b.pendekatan kelingkungan,
c.pendekatan kompleks wilayah
B.Geografi Sosial
            Dari uraian sebelumnya dapat ditarik sebuah definisi dari geografi sosial. Geografi sosial merupakan kajian dalam geografi manusia yang menjelaskan mengenai interaksi antara manusia dengan lingkungan sosialnya yaitu manusia lain maupun kelompok manusia disekelilingnya. Maksudnya, bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik kebutuhan primer maupun sekunder pasti akan memanfaatkan lingkungan sekitarnya.






BAB IV
PENGERTIAN  GEOGRAFI
            Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu gêo ("Bumi") dan graphein ("menulis", atau "menjelaskan").Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subjek ini, yang terkenal adalah Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios (abad kedua).
          Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak hanya menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di tempat lainnya, kadang diartikan dengan "lokasi pada ruang." Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.
Pengertian menurut para ahli
            Erastothenes (abad ke-1)
Geografi berasal dari kata geographica yang berarti penulisan atau penggambaran mengenai bumi.                                              
Ullman (1954)
Geografi adalah interaksi antar ruang.

Strabo (1970)
          Geografi erat kaitannya dengan faktor lokasi, karakterisitik tertentu dan hubungan antar wilayah secara keseluruhan. Pendapat ini kemuadian disebut konsep Natural Atrribut of Place.
Prof. Bintarto (1981)
            Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di permukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun yang menyangkut kehidupan makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, kelingkungan, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan.
Hasil seminar dan lokakarya di Semarang (1988)
          Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan.
Konsep
Konsep Lokasi
          Konsep lokasi adalah konsep utama yang akan digunakan untuk mengetahui fenomena geosfer. Konsep lokasi dibagi atas    
          Lokasi absolut : lokasi menurut letak lintang dan bujur bersifat tetap. Contoh : Indonesia terletak di antara 6°LU-11°LS dan di antara 95°BT-141°BT

          Lokasi absolut : lokasi menurut letak lintang dan bujur bersifat tetap. Contoh : Indonesia terletak di antara 6°LU-11°LS dan di antara 95°BT-141°BT.    Lokasi relatif : lokasi yang tergantung pengaruh daerah sekitarnya dan sifatnya berubah. Contoh: Indonesia terletak antara Benua Asia dan Australia.-    -Konsep Jarak
          Dalam kehidupan sosial ekonomi, jarak memiliki arti penting. Dalam geografi jarak dapat diukur dengan dua cara, yaitu jarak geometrik dinyatakan dalam satuan panjang kilometer dan jarak waktu yang diukur dengan satuan waktu (jarak tempuh).
            -Konsep Keterjangkaua
            Sulit atau mudahnya suatu lokasi untuk dapat dijangkau dipengaruhi oleh lokasi, jarak dan kondisi tempat. Contoh: Surabaya–Jakarta bisa ditempuh dengan bus atau pesawat.
          -Konsep Pola
          Pola merupakan tatanan geometris yang beraturan. Contoh, penerapan konsep pola adalah pola permukiman penduduk yang memanjang mengikuti jalan raya atau sungai.
            -Konsep Geomorfologi                                              
            Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi. Ilmu geografi tidak terlepas dari bentuk-bentuk permukaan bumi, seperti pegunungan, perbukitan, lembah dan dataran. Hal inilah yang menyebabkan permukaan bumi merupakan objek studi geografi.
          -Konsep Aglomerasi
          Aglomerasi merupakan kecenderungan pengelompokan suatu gejala yang terkait dengan aktivitas manusia. Misalnya pengelompokan kawasan industri, pusat perdagangan dan daerah pemukiman.
            -Konsep Nilai Kegunaan
            Manfaat yang diberikan oleh suatu wilayah di muka bumi pada makhluk hidup, tidak akan sama pada semua orang. Nilai kegunaan pun bersifat relatif. Misalnya pantai mempunyai nilai kegunaan yang tinggi sebagai tempat rekreasi bagi warga kota yang selalu hidup dalam keramaian, kebisingan dan kesibukan.
            -Konsep Interaksi Interdependensi
            Interaksi merupakan terjadinya hubungan yang saling mempengaruhi antara suatu gejala dengan gejala lainnya. Contohnya adalah perbedaan kondisi antara daerah pedesaan dan perkotaan yang kemudian dapat menimbulkan suatu kegiatan interaksi seperti halnya penyaluran kebutuhan pangan, arus urbanisasi maupun alih teknologi.
          -Konsep Diferensiasi Area
          Fenomena yang berbeda antara tempat yang satu dengan yang lain. Contoh: Areal pedesaan khas dan corak persawahan.
            -Konsep Keterkaitan Keruangan                                                                    Keterkaitan antara suatu fenomena dengan fenomena lainnya merupakan suatu keterkaitan keruangan. Misalnya hubungan antara kemiringan lereng di suatu wilayah dengan ketebalan lapisan tanah serta hubungan antara daerah kapur dengan kesulitan air.
Pendekatan
·         Pendekatan Spasial (Keruangan)
            Analisis keruangan merupakan pendekatan yang khas dalam geografi karena merupakan studi tentang keragaman ruang muka bumi dengan menelaah masing-masing aspek-aspek keruangannya. Aspek-aspek ruang muka bumi meliputi faktor lokasi, kondisi alam, dan kondisi sosial budaya masyarakatnya. Dalam mengkaji aspek-aspek tersebut, seorang ahli geografi sangat memperhatikan faktor letak, distribusi (persebaran), interelasi serta interaksinya. Salah satu contoh pendekatan keruangan tersebut adalah sebidang tanah yang harganya mahal karena tanahnya subur dan terletak di pinggir jalan. Pada contoh tersebut, yang pertama adalah menilai tanah berdasarkan produktivitas pertanian, sedangkan yang kedua menilai tanah berdasarkan nilai ruangnya yaitu letak yang strategis.
·        Pendekatan Ekologi (Lingkungan)
          Pendekatan lingkungan didasarkan pada salah satu prinsip dalam disiplin ilmu biologi, yaitu interelasi yang menonjol antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Di dalam analisis lingkungan geografi menelaah gejala interaksi dan interelasi antara komponen fisikal (alamiah) dengan nonfisik (sosial). Pendekatan ekologi melakukan analisis dengan melihat perubahan komponen biotik dan abiotik dalam keseimbangan ekosistem suatu wilayah. Misalnya, suatu padang rumput yang ditinggalkan oleh kawanan hewan pemakan rumput akan menyebabkan terjadinya perubahan lahan dan kompetisi penghuninya.
·         Pendekatan Regional (Kompleks Wilayah)
Analisis kompleks wilayah membandingkan berbagai kawasan di muka bumi dengan memperhatikan aspek-aspek keruangan dan lingkungan dari masing-masing wilayah secara komprehensif. Contohnya, wilayah kutub tentu sangat berbeda karakteristik wilayahnya dengan wilayah khatulistiwa.[1]
Prinsip dasar
Ada 4 prinsip utama dalam menganalisis gejala geosfer
            Prinsip persebaran, artinya persebaran bentang alam di permukaan bumi tidak merata sehingga setiap wilayah akan berbeda dengan wilayah lain. Contohnya persebaran jumlah transmigran di Indonesia tidak merata, ada suatu wilayah yang jumlahnya besar dibandingkan dengan yang lain sesuai dengan luas wilayahnya.
            Prinsip interelasi, artinya fenomena geosfer yang satu mempunyai hubungan dengan fenomena geosfer yang lain, gejala yang satu berkaitan dengan gejala yang lain. Contohnya sebagian besar penduduk desa bermata pencaharian sebagai petani karena masih tersedianya lahan untuk digarap.
            Prinsip deskripsi, artinya untuk menggambarkan fenomena geosfer memerlukan deskripsi, melalui tulisan, tabel, gambar atau grafik. Contohnya peta persebaran lempeng tektonik di dunia.
            Prinsip korologi, artinya dengan menganalisis suatu wilayah berdasarkan ketiga prinsip sebelumnya maka suatu wilayah akan mempunyai karakteristik tertentu. Prinsip ini merupakan simbol dari geografi modern. Contohnya suhu udara di perkotaan lebih tinggi daripada di pedesaan. Hal ini disebabkan salah satunya karena banyaknya sinar matahari yang dipantulkan oleh bangunan-bangunan yang ada di perkotaan.
            Prinsip pemetaan, Peta dunia Ptolemy yang disusun kembali dari Geographia Ptolemeus (sekitar 150) di abad ke-15, mengindikasikan "Sinae" (Cina) di ekstrem kanan, luar pulau"Taprobane" (Sri Lanka, besar) dan "Aurea Chersonesus" (Asia Tenggara)Ptolemeus juga merancang dan menyediakan petunjuk tentang cara membuat peta dunia yang dihuni (oikoumenè) dan provinsi Romawi. Pada bagian kedua dari buku Geographia ia memberikan daftar topografi yang diperlukan, dan keterangan untuk peta. Oikoumenè Nya membentang 180 derajat garis bujur dari kepulauan Canary di Samudra Atlantik ke Cina, dan sekitar 80 derajat lintang dari Arktik, India timur sampai jauh ke Afrika; Ptolemeus menyadari bahwa ia mengetahui hanya seperempat dari seluruh dunia
Sejarah
            Bangsa Yunani adalah bangsa yang pertama dikenal secara aktif menjelajahi geografi sebagai ilmu dan filosofi, dengan pemikir utamanya ThalesdariMiletus, HerodotusEratosthenesHipparchusAristotleDicaearchus dari Messana, Strabo, dan Ptolemy. Bangsa Romawi memberi sumbangan pada pemetaan karena mereka banyak menjelajahi negeri menambahkan teknik baru. Salah satu tekniknya adalah periplus,deskripsi pada pelabuhan dan daratan sepanjang garis pantai yang bisa dilihat pelaut di lepas pantai; contoh pertamanya adalah Hanno sang Navigator dari Carthaginia dan satu lagi dari Laut Erythraea, keduanya selamat di laut menggunakan teknik periplus dengan mengenali garis pantai laut Merah dan Teluk Persi.
            Pada Zaman Pertengahan, bangsa Arab seperti al-IdrisiIbnu   Battuta dan Ibnu Khaldun memelihara dan terus membangun warisan bangsa Yunani dan Romawi. Dengan perjalanan Marco Polo, geografi menyebar ke seluruh Eropa. Selama zaman Renaissance dan pada abad ke-16 dan 17 banyak perjalanan besar dilakukan untuk mencari landasan teoritis dan detail yang lebih akurat.Geographia Generalis oleh Bernhardus Varenius dan peta dunia Gerardus Mercator adalah contoh terbesar.
            Setelah abad ke-18 geografi mulai dikenal sebagai disiplin ilmu yang lengkap dan menjadi bagian dari kurikulum di universitas di Eropa (terutama di Paris dan Berlin), tetapi tidak di Inggris dimana geografi hanya diajarkan sebagai sub-disiplin dari ilmu lain. Salah satu karya besar zaman ini adalah Kosmos: sketsa deskripsi fisik Alam Semesta, oleh Alexander vom Humboldt.
            Selama lebih dari dua abad kuantitas pengetahuan dan perangkat pembantu banyak ditemukan di IndonesiaTerdapat hubungan yang kua tantara geografi dengan geologi dan botani,juga ekonomisosiologi dan demografi ibarat, selama abad ke-20, disiplin ilmu geografi melewati empat fase utama: determinis melingkungangeografi regionalrevolusi kuAtitatif dan geograi kritis.Determinisme lingkungan adalah teori yang menyatakan bahwa karakteristik manusia dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya. Penganut fanatik deteriminisme lingkungan adalahCarl RitterEllen Churchill Semple dan Ellsworth Huntington. Hipotesis terkenalnya adalah "iklim yang panas menyebabkan masyarakat di daerah tropis menjadi malas" dan "banyaknya perubahan pada tekanan udara pada daerah lintang sedang membuat orangnya lebih cerdas".Ahli geografi determinisme lingkungan mencoba membuat studi itu menjadi teori yang berpengaruh. Sekitar tahun 1930-an pemikiran ini banyak ditentang karena tidak mempunyai landasan dan terlalu mudahnya membuat generalisasi (bahkan lebih sering memaksa). Determinisme lingkungan banyak membuat malu geografer kontemporer, dan menyebabkan sikap skeptis di kalangan geografer dengan klaim alam adalah penyebab utama budaya (seperti teori Jared Diamond).
            Geografi regional menegaskan kembali topik bahasan geografi pada ruang dan tempat. Ahli geografi regional memfokuskan pada pengumpulan informasi deskriptif tentang suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi menjadi beberapa wilayah atau region. Basis filosofi kajian ini diperkenalkan oleh Richard Hartshorne.Revolusi kuantitatif adalah usaha geografi untuk mengukuhkan dirinya sebagai ilmu (sains), pada masa kebangkitan interes pada sains setelah peluncuran Sputnik. Revolusioner kuantitatif, sering disebut "kadetangkasa", menyatakan bahwa kegunaan geografi adalah untuk menguji kesepakatan umum tentang pengaturan keruangan suatu fenomena. Mereka mengadopsi filosofi positifismedari ilmu alam dan dengan menggunakan matematika - terutama statistika - sebagai cara untuk menguji hipotesis. Revolusi kuantitatif merupakan landasan utama pengembangan Sistem Informasi Geografis.Walaupun pendekatan positifisme dan pos-positifisme tetap menjadi hal yang penting dalam geografi, tetapi kemudian geografi kritis muncul sebagai kritik atas positifisme. Yang pertama adalah munculnya geografi manusia. Dengan latar belakang filosofi eksistensialisme dan fenomenologi, ahli geografi manusia (seperti Yi-Fu Tuan) memfokuskan pada peran manusia dan hubungannya dengan tempat.Pengaruh lainnya adalah geografi marxis, yang menerapkan teori sosial Karl Marx dan pengikutnya pada geografi fenomena. David Harvey dan Richard Peet merupakan geografer marxis yang terkenal. Geografi feminis, seperti pada namanya, menggunakan ide dari feminisme pada konteks geografis. Arus terakhir dari geografi kritis adalah geografi pos-modernis, yang mengambil ide teori pos-modernis dan pos-strukturalis untuk menjelajahi konstruksi sosial dari hubungan keruangan.
Metode
            Hubungan keruangan merupakan kunci pada ilmu sinoptik ini, dan menggunakan peta sebagai perangkat utamanya. Kartografi klasik digabungkan dengan pendekatan analisis geografis yang lebih modern kemudian menghasilkan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang berbasis komputer.
Geografer menggunakan empat pendekatan:                                          
Sistematis - Mengelompokkan pengetahuan geografis menjadi kategori yang kemudian dibahas secara global
Regional - Mempelajari hubungan sistematis antara kategori untuk wilayah tertentu atau lokasi di atas planet.
Deskriptif - Secara sederhana menjelaskan lokasi suatu masalah dan populasinya.
Analitis - Menjawab kenapa ditemukan suatu masalah dan populasi tersebut pada wilayah geografis tertentu.
Cabang
Geografi fisik
            Cabang ini memusatkan pada geografi sebagai ilmu bumi, menggunakan biologi untuk memahami pola flora dan fauna global, dan matematika dan fisika untuk memahami pergerakan bumi dan hubungannya dengan anggota tata surya yang lain. Termasuk juga di dalamnya ekologi muka bumi dan geografi lingkungan.Topik terkait: atmosfer - kepulauan - benua - gurun - pulau - bentuk muka bumi - samudera - laut - sungai - danau - ekologi - iklim - tanah - geomorfologi - biogeografi - garis waktu geografi, paleontologi - paleogeografi - hidrologi.
Geografi manusia
            Cabang geografi non-fisik juga disebut antropogeografi yang fokus sebagai ilmu sosial, aspek non-fisik yang menyebabkan fenomena dunia. Mempelajari bagaimana manusia beradaptasi dengan wilayahnya dan manusia lainnya, dan pada transformasi makroskopis bagaimana manusia berperan di dunia. Bisa dibagi menjadi: geografi ekonomi, geografi politik (termasuk geopolitik), geografi sosial (termasuk geografi kota), geografi feminisme dan geografi militer.Topik terkait: Negara-negara di dunia - negara - bangsa - negara bagian – perkumpulan individu - provinsi - kabupaten - kota - kecamatan
Geografi manusia-lingkungan
            Selama masa determinisme lingkungan, geografi bukan merupakan ilmu tentang hubungan keruangan, tetapi tentang bagaimana manusia dan lingkungannya berinteraksi. Walaupun paham determinisme lingkungan sudah tidak berkembang, masih ada tradisi kuat di antara geografer untuk mengkaji hubungan antar manusia dengan alam. Terdapat dua bidang pada geografi manusia-lingkungan: ekologi budaya dan politik dan penelitian risiko-bencana. Karakter manusia yang harus memenuhi kebutuhan hidupnya, maka harus melakukan penggunaan alam atau eksploitasi alam guna terpenuhinya kebutuhan hidup.

Perencanaan dan Pengembangan Wilayah
            Cabang Geografi ini adalah cabang yang relatif baru. Dikembangkan pada sekitar tahun 1980-an oleh para Geografiwan Eropa, terutama dari Nederland. Saat kerjasama Universitas antar kedua negara dilakukan, sejumlah ahli Geografi asal Belanda ikut serta dalam program pencangkokan dosen di UGM. Hasilnya adalah lahirnya program studi baru bernama Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan sekarang lebih dikenal dengan Program Studi Pengembangan Wilayah. Sebelum berdiri menjadi disiplin tersendiri yang memadukan Ilmu Geografi dengan Ilmu Perencanaan Wilayah, proyek ini dikenal dengan nama Rural and Regional Development Planning (RRDP). Selain itu dapat dijelaskan bahwa perencanaan dan pengembangan wilayah dapat berkaitan dengan ilmu-ilmu sosial terutama terkait dengan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat, sehingga sangat bersinggungan dengan konsep-konsep dan teori-teori sosial yang ada.
Ekologi budaya dan politik
            Ekologi budaya muncul sebagai hasil kerja Carl Sauer pada geografi dan pemikiran dalam antropologi. Ekologi budaya mempelajari bagaimana manusia beradaptasi dengan lingkungan alamnya.Ilmu keberlanjutan (sustainability) kemudian tumbuh dari tradisi ini. Ekologi poltik bangkit ketika beberapa geografer menggunakan aspek geografi  kritis untuk melihat hubungan kekuatan alam dan bagaimana pengaruhnya terhadap manusia. Misalnya, studi yang berpengaruh oleh Micahel Watts berpendapat bahwa kelaparan di Sahel disebabkan oleh perubahan sistem politik danekonomi di wilayah itu sebagai hasil dari kolonialisme dan menyebarnya praktek kapitalisme
Penelitian risiko-bencana
            Penelitian pada bencana dimulai oleh Gilbert F. Withe, yang mencoba memahami mengapa orang tinggal dataran banjir yang mudah terkena bencana. Sejak itu, bidang ini berkembang menjadi multi disiplin dengan mempelajari bencana alam (seperti gempa bumi) dan bencana teknologi (seperti kebocoran reaktor nuklir). Geografer yang mempelajari bencana tertarik pada dinamika bencana dan bagaimana manusia dan masyarakat menghadapinya.
Geografi sejarah
            Cabang ini mencari penjelasan bagaimana budaya dari berbagai tempat di bumi berkembang dan menjadi seperti sekarang. Studi tentang muka bumi merupakan satu dari banyak kunci atas bidang ini - banyak disimpulkan tentang pengaruh masyarakat dahulu pada lingkungan dan sekitarnya.
Ada apa dibalik nama? Geografi sejarah dan kampus Berkeley
            "Geografi Sejarah" tentu saja merupakan akibat timbal-balik dari geografi dan sejarah. Tetapi di Amerika Serikat, mempunyai arti yang yang lebih spesifik. Nama ini dikenalkan oleh Carl Ortwin Sauer dari Universitas California, Berkeley dengan programnya mereorganisasi geografi budaya (beberapa orang menyebutkan semua geografi) pada semua wilayah, dimulai pada awal abad ke-20.Bagi Sauer, muka bumi dan budaya di atasnya hanya bisa dipahami jika mempelajari semua pengaruhnya (fisik, budaya, ekonomi, politik, lingkungan) menurut sejarah. Sauer menekankan kajian wilayah sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan kekhususan pada wilayah di atas bumi.Filosofi Sauer merupakan pembentuk utama pemikiran geografi di Amerika pada pertengahan abad ke-20. Sampai sekarang kajian wilayah masih menjadi bagian departemen geografi di kampus-kampus di AS. Tetapi banyak geografer beranggapan ini akan membahayakan ilmu geografi itu sendiri untuk jangka panjang: penyebabnya adalah terlalu banyak pengumpulan data dan klasifikasi, sementara analisis dan penjelasannya terlalu sedikit. Studi ini menjadi lebih spesifik pada wilayah sementara geografer angkatan berikutnya berusaha mencari nama yang tepat untuk ini. Mungkin ini yang menyebabkan krisis 1950-an pada geografi yang hampir menghancurkannya sebagai disiplin akademis.   
Teknik geografis
Penginderaan Jauh
            Penginderaan Jauh merupakan terjemahan dari istilah remote sensing, adalah ilmu, teknologi dan seni dalam memperoleh informasi mengenai objek atau fenomena di (dekat) permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji, melainkan melalui media perekam objek atau fenomena yang memanfaatkan energi yang berasal dari gelombang elektromagnetik dan mewujudkan hasil perekaman tersebut dalam bentuk citra. Pengertian 'tanpa kontak langsung' di sini dapat diartikan secara sempit dan luas. Secara sempit berarti bahwa memang tidak ada kontak antara objek dengan analis, misalnya ketika data citra satelit diproses dannditransformasi menjadi peta distribusi temperatur permukaan pada saat perekaman. Secara luas berarti bahwa kontak dimungkinkan dalam bentuk aktivitas 'ground truth', yaitu pengumpulan sampel lapangan untuk dijadikan dasar pemodelan melalui interpolasi dan ekstrapolasi pada wilayah yang jauh lebih luas dan pada kerincian yang lebih tinggi.Pada awalnya penginderaan jauh kurang dipandang sebagai bagian dari geografi, dibandingkan kartografi. Meskipun demikian, lambat laun disadari bahwa penginderaan jauh merupakan satu-satunya alat utama dalam geografi yang mampu memberikan synoptic overview --pandangan secara ringkas namun menyeluruh-- atas suatu wilayah sebagai titik tolak kajian lebih lanjut. Penginderaan jauh juga mampu menghasilkan berbagai macam informasi keruangan dalam konteks ekologis dan kewilayahan yang menjadi ciri kajian geografis. Di samping itu, dari sisi persentasenya, pendidikan penginderaan jauh di Amerika SerikatAustralia dan Eropa lebih banyak diberikan oleh bidang ilmu (departemen, 'school' atau fakultas) geografi.Dari segi metode yang digunakan, dikenal metode penginderaan jauh manual atau visual dan metode penginderaan jauh digitalPenginderaan jauh manual memanfaatkan citra tercetak atau 'hardcopy' (foto udaracitra hasil pemindaian scanner di pesawat udara maupun satelit) melalui analisis dan interpretasi secara manual/visua]. Penginderaan jauh digital menggunakan citra dalam format digital, misalnya hasil pemotretan kamera digital, hasil pemindaian foto udara yang sudha tercetak, dan hasil pemindaian oleh sensor satelit, dan menganalisisnya dengan bantuankomputer. Baik metode manual maupun digital menghasilkan peta dan laporan. Peta hasil metode manual dapat dikonversi menjadi peta tematik digital melalui proses digitisasi (sering diistilahkan digitasi).Metode manual kadangkala juga dilakukan dengan bantuan komputer, yaitu melalui proses interpretasi di layar monitor (on-screen digitisation), yang langsung menurunkan peta digital. Metode analisis citra digital menurunkan peta tematik digital secara langsung. Peta-peta digital tersebutd dapat di-'lay out' dan dicetak untuk menjadi produk kartografis (disebut basis dat kartografis), namun dapat pula menjaid masukan (input) dalam suatu sistem informasi geografis sebagai basis data geografis. Peta-peta itu untuk selanjutnya menjaid titik toak para geografiwan dalam menjalankan kajian geografinya.
Kartografi
            Kartografi atau pemetaan mempelajari representasi permukaan bumi dengan simbol abstrak. Bisa dibilang, tanpa banyak kontroversi, kartografi merupakan penyebab meluasnya kajian geografi. Kebanyakan geografer mengakui bahwa ketertarikan mereka pada geografi dimulai ketika mereka terpesona oleh peta di masa kecil mereka. walaupun subdisiplin ilmu geografi lainnya masih bergantung pada peta untuk menampilkan hasil analisisnya, pembuatan peta itu sendiri masih terlalu abstrak untuk dianggap sebagai ilmu terpisah.
            Kartografi berkembang dari kumpulan teknik menggambar menjadi bagian sebuah ilmu. Seorang kartografer harus memahami psikologi kognitif dan ergonomi untuk membuat simbol apa yang cocok untuk mewakili informasi tentang bumi yang bisa dimengerti orang lain secara efektif, dan psikologi perilaku untuk memengaruhi pembaca memahami informasi yang dibuatnya. Mereka juga harus belajar geodesi dan matematika yang tidak sederhana untuk memahami bagaimana bentuk bumi berpengaruh pada penyimpangan atau distorsi dari proses proyeksi ke bidang datar.
Sistem Informasi Geografis
            Sistem Informasi Geografis membahas masalah penyimpanan informasi tentang bumi dengan cara otomatis melalui komputer secara akurat secara informasi. Sebagai tambahan pada subdisiplin ilmu geografi lainnya, spesialis SIG harus mengerti ilmu komputer dan sistem databaseSIG memacu revolusi kartografi sehingga sekarang hampir semua pembuatan peta dibuat dengan piranti lunak (softwareSIG.
Metode kuantitatif geografi
            Metode kuantitatif geografi membahas metode numerik yang khas (atau paling tidak yang banyak ditemukan) dalam geografi. Sebagai tambahan pada analisis keruangan, anda mungkin akan menemukan analisis  klasteranalisis diskriminan dan uji statistik non-parametris pada studi geografi.
Bidang Terkait
Perencanaan Kota dan Wilayah
                Perencanaan kota dan wilayah menggunakan ilmu geografi untuk membantu mempelajari bagaimana membangun (atau tidak membangun) suatu lahan menurut kriteria tertentu, misalnya keamanan, keindahan, kesempatan ekonomi, perlindungan cagar alam tau cagar budaya, dsb. Perencanaan kota, baik kota kecil maupun kota besar, atau perencanaan pedesaan mungkin bisa dianggap sebagai geografi terapan walau mungkin terlihat lebih banyak seni dan pelajaran sejarah. Beberapa masalah yang dihadapi para perencana wilayah di antaranya adalah eksodus masyarakat desa dan kota dan Pertumbuhan Pintar (Smart Growth).
Ilmu wilayah
            Pada tahun 1950-an, gerakan ilmu wilayah muncul, dipimpin oleh Walter Isard untuk menghasilkan lebih banyak dasar kuantitatif dan analitis pada masalah geografi, sebagai tanggapan atas pendekatan kualitatif pada program geografi tradisional. Ilmu wilayah berisi pengetahuan bagaimana dimensi keruangan menjadi peran penting, seperti ekonomi regionalpengelolaan sumber dayateori lokasiperencanaan kota dan wilayahtransportasi dan komunikasigeografi manusiapersebaran populasiekologi muka bumi dan kualitas lingkungan.   
            Pendidikan tinggi
            Di Indonesia, perguruan tinggi yang membuka program studi Geografi sebagai ilmu murni hanya tiga perguruan tinggi negeri, yaitu Universitas Indonesia (UI), UGM (Universitas Gadjah Mada), dan UM (Universitas Negeri Malang) dan satu perguruan tinggi swasta (Universitas Muhammadiyah Surakarta). Sedangkan program studi Pendidikan Geografi ada di 45 perguruan tinggi.
            Di UGM, Geografi telah berkembang lebih jauh sehingga menjadi Fakultas tersendiri sejak tahun 1963, yaitu Fakultas Geografi. Saat ini telah mempunyai jenjang pendidikan tinggi dari D3 (diploma)Penginderaan Jauh dan SIG, S1, S2 dan S3. Fakultas Geografi UGM juga mempelajari ilmu Perencanaan dan Pengembangan wilayah.
            Di UI, Geografi menjadi jurusan dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA). Geografi dipelajari sebagai bagian terapan ilmu-ilmu murni sejajar dengan Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi.
            Fakultas Geografi UMS didirikan oleh sejumlah alumni dan dosen Fakultas Geografi UGM. Para Alumni Pendidikan Tinggi Geografi kemudian membentuk sebuah asosiasi profesi yang disebut dengan Ikatan Geografiwan Indonesia (IGI). Disamping itu, dalam wadah yang lebih sempit, para Geografiwan dari UGM juga mempunyai wadah Ikatan Geografiwan Universitas Gadjah Mada (disingkat IGEGAMA).
            Bakosurtanal, salah satu Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) berkumpul banyak alumni Geografi, baik dari UI, UGM maupun UMS.

                                                                                                                  


BAB V
HAKEKAT, RUANG LINGKUP DAN PERANAN GEOGRAFI

            1. PERKEMBANGAN GEOGRAFI
            Bahwa manusia sejak lahir sampai kepada akhir hayatnya, tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh alam lingkungannya. Mulai dari udara yang dihirup, air yang di minum, bahan pangan yang dimakan sampai kepada tempat berlindung dari cuaca buruk dan binatang liar, diperoleh manusia dari alam. Kondisi hidup yang penuh rintangan dan tantangan, mendidik manusia untuk mengenal alam secra lebih mendasar dan mendalam.
            Sejalan dengan perkembangan kebudayaan dan demografi manusia di permukaan bumi, pengenalan manusia terhadap alam lingkungan. Relasi manusia dengan alam lingkungannya bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lainnya (varied ways of living). Variasi kehidupan ini terutama dipengaruhi oleh tingkat kebudayaan kelompok manusia di wilayah yang bersangkutan.
            Terdorong oleh pemenuhan kebutuhan yang tidak terdapat diwilayahnya sendiri, manusia mengadakan prjalanan dan penjelajahan ke tempat-tempat lain diluar daerahnya sendiri. Dalam perjalana ini mereka akan mengenal dan menambah pengetahuan tentang kehidupan kelompok lain dengan kondisi alam lingkungannya. Akibat dari pengenalan ini,terjadilah kontak antar kelompok manusia pendatang dengan yang didatangi. Melalui prose ini, terjadilah komunikasi dan pertukaran pengalaman diantara mereka.Pengenalan dan pengetahuan mengenai suatu daerah (ruang) diperkmukaan bumi yang berkenaan dengan keadaan alam dengan kebudayaan, inilah yang selanjutnya mengembangkan pengetahuan geografi
             Terdorong oleh kebutuhan untuk mempermudah perjalan selanjutnya secara sederhana pengalaman perjalanan itu dilukiskan kedalam bentuk peta. Pengalaman dan pengetahuan mengenai berbagai wilayah dengan segala aspek alamiah dan insaniahnya yang bertambah banyak dan meluas,mulai disajikan dalam bentuk ceriteria perjalan secara tertulis. Saat itu dapat dikatakan sebagai awal dari adanya ceriteria yang bersifat “geografi”. Yang kemudian menjadi dasar “pengetahuan geografi.
             Invensi mengenai kompas,alat perisi,teropong dan alat-alat grafika telah pula menjadi dasar pendorong kemajuan pengetahuan geografi. Perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi, membantu pula akselerasi perkembangan pengetahuan geografi. Pengetahuan deskriptip dalam bentuk ceriteria geografi ,telah mulai mengarah kepada pengetahuan empirik-analitik yang menggunakan matrik dan metode statistik.
             Interelasi dan interaksi ilmu pengetahuan dengan teknologi, telah menjadi pendorong utama kemungkinan pemanfaatan sumber daya bagi kesejahteraan hidup umat manusia. Denagan demikian, kedudukan dan fungsi Geografi saat ini, tidak lagi hanya terbatas kepada untuk ilmu dalam mengembangkan prinsip – konsep dan teorinya saja, melainkan telah terjun ke bidang-bidang praktis dalam memanfaatkan simberdaya dan lingkungan untuk kesehjateraan umat manusia secara seimbang.
             HERODOTUS (485-425 s.M.), seorang ahli filsafat dan sejarah, telah mengemukakan pendapat bahwa  btapa eratnya hubungan antara perkembangan masyarakat dengan faktor-faktor geografi di wilayah yang bersangkutan. Peta Herodotus sangat sederhana bila dibandingkan dengan peta yang yang kita kenal sekarang. Berdasarkan pandanganya, disatu pihak ia dianggap sebagai ahli sejarah, sedangkan dilain pihak ia juga dipandang sebagai ahli Geografi. Paham geografinya bersifat filosofis.
           STRABO (63 s.M.-24 M) yang juga ahli Sejarah dan Geografi Yunani Kuno,bahwa ia termasuk tokoh Geografi yang berpaham “determinis lingkungan” ia juga  telah membuat peta yang terkenal dengan sebutan Peta Strabo. Peta ini merupakan perbaikan dan perlengkapan dari peta Herodotus.
           JULUS CAESAR (100-44 s.M.) dalam tulisannya yang berjudul “Gallic Wars”. Caesar yang merupakan tokoh pemerintahan dan ketentaraan Romawi yang terkenal itu, pada tulisannya telah mengemukakan faktor geografi terhadap pemerintahannya, dan pengaruh lingkungan alam terhadap kemenangannya.
          Pelajaran Geografi tentang bola bumi dengan menggunakan pendekatan-pendekatan dan pengukuran-pengukuran yang matematik, berasal dari PYTHAGORAS. Kemudian hal ini lanjutkan oleh PLATO, ARISTOTELES, dan ERATOSTHENES. Eratosthenes mengemukakan  istilah geographika, Geographika itu berarti “deskripsi atau tulisan tentang bumi”. Oleh karena itu ia dianggap sebagai peletak dasar Geografi yang pertama. Jasa PTOLOMAEUS pada perkembangan geografi yaitu pada pembuatan dan penggunaan peta.Setelah didapatkannya alat pencetak, peta ptolomaeus dengan di ubah sedikit, dicetak sebagai Atlas Ptolomaeus
         Perjalanan melalui darat yang terkenal “Via Appia” antara Roma dan  Capua (350 s.M.),serta “jalan sutera” antara Tiongkok dengan Timur Tengah (Abad pertengahan), telah menjadi sumber materi geografi yang berharga saat itu.
          Selanjutnya, perjalanan-perjalanan yang dilakukan oleh Colombus, Vasco da Gama, Fernao de magelhaens dan lain-lainnya, telah pula menambah pengetahuan mengenai negara lain dengan penduduk dan kebudayaanya. Pengtahuan ini selain menambah materi geografi,juga telah membukakan wawasan manusia terhadap perwilayahan di permukaan bumi. Dan lebih penting lagi, telah pula dijadikan sarana untuk memperluas dan meningkatkan pemenuhan kebutuhan manusia.
          Pada Abad pertengahan, tokoh-tokoh ilmu pengetahuan adalah: NICOLAUS COPERNICUS (yang mengemukakan konsep heliosentrik),
GALILEO GALILEI, JOHANNES KEPLER, GERARD MECATOR, WILLEM JANSZ. Tokoh-tokoh geografi dari jerman yang besar pengaruhnya
terhadap perkembangan geografi yaitu : KARL RITTER, OSCAR PESCHEL, ALEXANDER von HUMBOLDT, FREDERICH RATZEL, ERNEST KAPP, OTTO SCHLUTER, FREDERICH von RICHTHOFFEN, dan ALFRED HETTNER.



            B. HAKEKAT GEOGRAFI
     Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengertian geografi juga mengalami perubahan dan perkembangan. Sudah sejak semula bahwa penuturutan geografi yang berkenaan dengan aspek alam tentang tempat terjadinya gejala, dan aspek manusia sebagai penghuni muka bumi.
       Hakekatnya Geografi sebagai bidang ilmu pengetahuan, selalu melihat keseluruhan gejala dalam ruang, dengan memperhatikan secara mendalam tiap aspek yang menjadi komponenkeseluruhan tersebut. Gejala- interelasi-interaksi-integrasi keruangan menjadi hakekat kerangka kerja utama pada Geografi dan Studi Geografi.
         Pemanfaatan sumber daya dan ruang di permukan bumi menjadi bertambah efektif. Oleh karena itu, Geografi yang melakukan penkajian tentang hal itu juga terdorong untuk menjadi lebih maju. Dasar kemajuan aspek praktis tidak akan terjadi jika kemampuan teoritisnya tidak menunjang. Dengan demikian, penelitian ilmiah teoritis murni pada bidang studi geografi ini juga menjadi tuntutannya
.
            C. RUANG   LINGKUP GEOGRAFI
Melihat analisa gejala yang dipelajarinya, Geografi dapat menjawab “what,where,why,how” tentang apa yang terjadi di permukaan bumi. Untuk
menjawab pertanyaan “what”,geografi dapat menunjukan gejala atau faktor alam dan gejala atau faktor manusia, untuk menjawab pertanyaan “where”, geografi dapat menunjukan ruang atau tempat terdapatnyaatau terjadinya gejala alam dan manusia, untuk menjawab pertanyaan  “why”,geografi dapat menunjukkanrelasi,interelasi,interaksi,integrasi gejala-gejala sebagai
faktor yang tidak terlepas satu sama lain. Untuk menjawab pertanyaan “how”, geografi dapat menunjukkan kualitas dan kuantitas gejala daninterelasi/interaksi gejala-gejala pada ruang yang bersangkutan
            D .PERANAN GEOGRAFI
4.1. Geografi sebagai suatu Sintesis
           Geografi sebagai suatu sintesa, digunakan untuk bagaimana kualitasnya,mengapa demikian,dan bila mana terjadinya.
4.1. Geografi Sebagai Suatu Penelaahan Relasi Keruangan Gejala
4.2. Geografi Sebagai Ilmu Tataguna Lahan
           Secara ekologi, sarana atau kawasan-kawasan tadi bukan hanya harus seimbang, melainkan juga harus saling menunjang. Melalui keranka kerja geografi sebagai ilmu tataguna lahan, kita akan dapat menerapkan pola yang  tepat untuk pembangunan, peningkatan dan perluasan sarana kehidupan.
4.4. Geografi Sebagai Bdang Ilmu Penelitian
            E. PRINSIP GEOGRAFI
           Pada Geografi dan Studi geografi, digunakan beberapa prinsip yang di sebut prinsip geografi. Prinsip ini menjadi dasar padauraian, pengkajian dan pengungkapkan gejala,variabel,faktor dan masalah geografi.                           
5.1. Prinsip Penyebaran
5.2. Prinsip Interelasi
5.3. Prinsip Deskripsi                         
5.4. Prinsip Korologi                                                                                       F.KONSEP GEOGRAFI
            Dalam mengartikan suatu ungkapan sebagai konsep geografi geografi, kita harus mengubungkan ungkapan tersebut dengan penyebarannya. Pada ungkapkan “bumi seperti suatu planet”, seperti dikemukakan Getrude whipple, harus seabstraksikan bentuk bola bumi ,proses terjadinya, revolusi dan rotasinya.

            G. KONSEP REGIONAL
             Pada geografi modern dewasa ini, konsep regional menjadi inti pada studi geografi. Pada konsep regional, kita mempelajari gejala geografi dalam interelasi dan interaksi keruangannya. Dengan melakukan pendekatan regional dan pendekatan geografi berdasarkan ruang dan waktu, kita akan dapat menganalisa perkembangan suatu region (regional development) yang selanjutnya kita akan dapat pula mengadakan perencanaan regional (regional planning) untuk masa yang akan  datang.

            H. KLASIFIKASI DAN CABANG-CABANG GEOGRAFI
            Secara garis besar, Geografi dapat diklasifikasikan menjadi tiga cabang yaitu  1.geografi fisik (physical geography) 2. Geografi manusia   (human geography) 3. Geografi Reginal (regional geography)
8.1. Geografi Fisik
 Geografi fisik Yaitu cabang geografi yang mempelajari gejala fisik dari permukaan bumi yang meliputi tanah, air, udara dengan segala prosesnya. Geografi fisik adalah gejala alamiah permukaan bumi yang menjadi lingkungan hidup manusia.
8.2. Geografi Manusia
              Yang dimaksud dengan Geografi Manusia adalah cabang Geografi yang bidang studinya yaitu aspek keruangan gejala di prmukaan bumi,yang mengambil manusia sebagai obyek studi pokok, termasuk aspek kependudukan, aspek aktivitas yang meliputi aktivitas ekonomi, aktivitas social,dan aktivitas budayanya
8.3. Geografi Regional
              Geografi reginal merupakan deskripsi yang prehensip-integratip aspek fisik dengan aspek manusia dalam relasi keruangannya disesuatu wilayah. Geografi Regional adalah studi suatu bagian atau semua bagian yang didasarkan atas aspek keseluruhan suatu wilayah.
8.4. Geografi Sejarah
               Geografi sejarah adalah penyebaran penduduk, penyebaran pola-pola pemukiman, zone-zone tanah dan vegetasi yang menggantikan hutan,rawa, padang rumput karena perkembangan bercocok tanam dan pengembalaan di suatu wilayah di permukaan bumi, yang ditinjau perkembangannyapada masa yang lampau sebelum mencapai keadaan sekarang.
           
            I. ILMU PEMBANTU PADA STUDI GEOGRAFI
           Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah pula membantu kerangka kerja dan studi geografi. Dilakukannya pemotretan dari udara baik dengan pesawat terbang,maupun dengan satelit buatan dan laboraturium ruang angkasa,telah sangat membantu pengungkapan keruangan aspek-aspek geografi di suatu wilayah.

J. KEMAMPUAN KHUSUS PADA STUDI GEOGRAFI
10.1.  Peta
10.2. observasi lapangan
10.3. Dokumentasi                                                                                                     
10.4. Model
10.5. Perkembangan Teknologi Mutakhir 














BAB VI
METODOLOGI GEOGRAFI

            1.METODOLOGI PENGERTIAN GEOGRAFI
Metodologi diartikan sebagai ilmu tentang metode,studi tentang metode,khususnya metode ilmimiah , yaitu cara-cara yang dipakai untuk mengejar suatu bidang ilmu.
            2. METODE PENDEKATAN GEOGRAFI
2.1.Pendekatan Keruangan (spatial Approach)
          Pendekatan ruangan merupakan metode pendekatan yang khas geografi. Pada pelaksanaan pendekatan keruangan pada studi geografi ini, harus tetap berdasarkan prinsip-prinsip geografi yang berlaku. Prinsip-prinsip itu adalah prinsip penyebaran, interelasi, dan deskripsi. Sedangkan yang termasuk pendekatan keruangan yaitu pendekatan topik,pendekatan aktivitas manusia dan pendekatan regional. Secara teoritas pendekatan itu dapat dipisahkan satu sama lain tetapi pada kenyataan praktisnya, berhubungan satu sama lain.
2.2. Pendekatan Ekologi (ecologi approach)
          Pendekatan ekologi pada studi geografi, bukan merupakan metode Pendekatan satu-satuynya. Pendekatan ekologi ini merupakan metode pendekatan pelengkapan untuk melakukan pendekatan masalah yang tidak dapat didekati atau di telaah oleh metode-metode lainnyaPendekatan Historis dan Pendekatan Kronologi Pada studi geografi, metodologi dengan menggunakan dimensi urutan waktu atau dimensi sejarah, dikenal sebagai pendekatan historis atau pendekatan kronologi. Dengan menerapkan pendekatan historis suatu gejala atau suatu masalah pada ruang tertentu Pendekatan historis dapat membantu mengungkapkan perkembangan suatu gejala geografi mulai dari masa yang lampau sampai sekarang.
2.4. Pendekatan Sistem (system approach)
            Sistem dapat diterapkan kepada rangkaian gejala, dapat diterapkan kepada alat atau pesawat elektronik,dapat diterapkan kepada susunan jasmaniah manusia, dan lain-lain sebagainya.Russel L. Ackoff mengemukakan pendekatan sistem itu merupakan mede berfikir sinetik. Sedangkan yang dimaksud dengan mode berfikir sinetik yaitu mode berfikir yang didasarkan atas doktrin ekspansionisme. Doktrin eksponisionisme ini adalah cara meninjau suatu hal sebagai bagian dari keseluruhan yang besar.
            3.METODE PENELITIAN GEOGRAFI
 3.1. Langkah-langkah Penelitian Geografi
            1)      Perumusan dan prnyataan masalah penelitian.
            2)      Perumusan tujuan penelitian.
            3)      Penyusunan hipotesa penelitian.
            4)      Penentuan populasi dan penarikan sampel.
            5)      Teknik pengumpulan data.
            6)      Analisa dan interpretasi data
            7)      Penarikan kesimpulan hasil penelitian
3.2.1 Masalah Geografi
             Masalah geografi itu sekurang-kurangnya menyangkut tiga pertanyaan atau persoalan pokok. Hakekat masalah geografi tidak dapat dilepaskan dari hakekat geografi itu sendiri. Masalah geografi menyangkut gejala geografi,menyangkut ruang, dan menyangkut asosiasi gejala yang bersangutan dengan gejala-gejala yang lain di dalam sistem keruangannya.

 3.2.2 Perumusan Masalah Penelitian
            Pada perumusan masalah ini, gejala yang menjadi pokok persoalan harus diungkapkan penyebarannya dalam ruang dan termasuk pula kepadatannya. Melalui pendekatan ini, kita telah akan dapat mengungkapkan diferensiasi areal. Dengan demikian kita telah dapat merumuskan masalah yang bersangkutan berdasarkan sektor atau zonenya pada ruang yang bersangkutan
  3.2.3 Penyataan Masalah Penelitian
            Haring dan Louns Bury bahwa masalah geografi berkenaan dengan ketidakseimbangan asosiasi gejala atau variabel geografi yang ada pada s           istem keruangannya
 3.3 Tujuan penelitian
              Hakekatnya,suatu penelitian ilmiah sekurang-kurangnya harus dilandasi dua tujuan, yaitu: 1.tujuan teoritis dan 2. Tujuan praktis. Tujuan teoritis terutama diarahkan untuk mendapatkan kesimpulan teoritis dari penilitian yang bersangkutan dan selanjutnya juga dapat diarahkan kepada pengembangan ilmu yang bersangkutan. Sedangkan tujuan praktis adalah tujuan untuk menerapkan hasil penelitian itu bagi kepentingan hidup sehari-hari dan bagi kepentingan pemecahan masalah sosial
3.3.1 Tujuan teoritas Penelitian Geografi
            1)      Memproleh data obyektif tentang masalah atau gejala yang diteliti.
            2)      Menguji kebenaran hipotesa yang diajukan terhadap masalah yang diteliti.
            3)      Menyumbangkan konsep, teori prinsip “baru” yang diketemukan pada penelitian bagi kepentingan pengembanganilmu geografi
             3.3.2 Tujuan Praktis Penelitian geografi
            1)      Menerapkan hasil penelitiuan geografi bagi kepentingan pemecahan masalah sosial di daerah penelitian khusunya, dan diseluruh wilayah yang mengalami masalah yang sama pada umunya
            2)      Menerapkan hasil penelitian geografi  bagi kepentingan hidup manusia masa ini dan masa yang akan datang.
            3)      Menyumbangkan hasil penelitian bagi perencanaan dan pengembangan daerah, dan bagi kepentingan perencanaan dan pengembangan kehidupan pada umumnya.
            3.4. Perumusan Hipotesis Penelitian
   Suatu hipotesa yang baik , harus memenuhi syarat :
a)      Dapat dipercaya (plausible) dan masuk akal (reasonable).
b)      Merupakan ungkapan keteraturan pikiran (consistency).
c)      Memberikan peluang untuk pengujian empiris (chance of empirical testing).
            Hipotesa yang menjadi landasan utama pada penelitian, disebut hipotesa  kerja (working or exploratory hypotheses). Tingkat kegunaan hipotesa kerja pada penelitian sangat tergantung kepada:
1.      Ketajaman observasi yang dilakukan si peneliti (keen observation).
2.      Pencitraan yang tertib dan pemikiran yang kreatif dari si peneliti         (disciplined imagination and creative thinking).
3.     Sejumlah kerangka teoritis yang dirumuskan oleh si peneliti yang bersangkutan (some formulated theoritical framework).
3.5.Teknik dan Alat Pengumpulan Data
3.5.1 Teknik Pengumpulan Data pada Penelitian Geografi
Teknik-teknik pengumpulan data yang dapat digunakan pada penelittian geografi yaitu:
a)      Observasi lapangan (field observation).
b)      Teknik wawancara.
c)      Teknik kuesioner.
d)     Studi dokumentasi
e)      Studi kepustakaan.
 3.5.2 Alat Pengumpulan Data
               Alat-alat itu antara ceklis (checklist), peta dasar (base map), tabel blangko (dokumen schedules), pedoman wawancara (interview guide), daftar kuesioner (questionair), dan alat pemotret.
3.6 Populasi dan Sampel Penelitian
3.6.1 Populasi Penelitia
             Populasi penelitian geografi meliputi: kasus (masalah, peristiwa tertentu), individu (manusia baik sebagai perorangan, maupun sebagai kelompok), dan gejala (fisis, sosial, ekonomi, budaya, politik) yang ada pada ruang geografi tertentu.
3.6.2 Sampel Penelitia
               Pada penelitian geografi, penarikan sampel itu dapat dilakukan terhadap ruang atau daerahnya (sampel area), dan dapat pula terhadap kasus, individu atau gejalany
3.7 Metode Analisa Data                                                                               
            Analisa data merupakanpengolahan dan interpretasi data untuk menguji kebenaran hipotesa dan untuk menarik kesimpulan hasil penelitian.
3.7.1 Metode Analisa kualitatif
             informasi yang di tuangkan dalam bentuk gambar, bagan, diagram, potret dan peta sangat membantu analisa kualitatip penelitian geografi.
 3.7.1 Metode Analisa Kuantitatif
              Metode analisa kuantitaip yang mengolah dan menginterpretasikan data yang berbentuk angka dengan perhitungan yang bersifat matematik, dikenal juga sebagai metode statisti
3.8 Kesimpulan Hasil penelitian
            Kesimpulan hasil penelitian merupaka produk hasil analisa data yang dilandasi oleh masalah dan hipotase penelitian. Kesimpulan itu harus sesuai dengan tujuan penelitian yang telah digariskan pada permulaan penelitian ini dirancangkan. Kesimpulan penelitian ini harus dapat mengungkapkan tujuan teoritis dan tujuan praktisnya.
            4.METODE ANALISA KERUANGAN
 4.1 Analisa Lokasi Lokasi dalam ruang,
dapat dibedakan antara lokasi absolut dengan lokasi relatif. Lokasi absolut suatu tempat atau wilayah, yaitu lokasi yang berkenaan dengan posisinya menurut garis lintang dan garis bujur.Lokasi relatif sesuatu tempat, memberikan gambaran tentang keterbelakangan, perkembangan, dan kemajuan wilayah yang bersangkutan bila dibandingkan dengan wilayah lainyang akan di sekitarnya,dan dapat mengungkapkan pula mengapa kondisinya demikian.
  4.1.1. Teori Tempat Yang Sentral
            Tempat yang lokasinya sentral adalah tempat yang memungkinkan partisipasi manusia yang jumlahnya maksimum, baik bagi mereka yang terlibat dalam aktivitas pelayanan, maupun yang menjadi konsumen dari barang-barang dan pelayanan yang dihasilkannya, oleh Chiristaller dan Losch, diasumsikan sebagai titik simpul-simpul dari suatu bentuk geometrik yangheksagonal. Tempat-tempat semacam itu memilki kawasan pengaruh terhadap daerah sekitarnya. Hubungan dan lokasi tempat-tempat yang sentral dengan tempat yang sentral di sekitanya, membentuk hierarkijaringan seperti sarang lebah.
4.1.2. Konsep Isotim dan Isodapen
            Dua istilah yang perlu dijelaskan berkenaan dengan konsep isotim, yaitu indeks material (material index) dan bobot lokasi (locational weight). Yang dimaksud dengan indeks material (MI),yaitu proporsi berat dari bahan mentah pada lokasi tertentu terhadap berat produksi yang  dihasilkannya. Sedangkan bobot lokasi dari suatu produksi adalah jumlah berat yang harus dipindahkan di daerah lokasi yang meliputi pemindahan berat barang jadi.Penghematan biaya tenaga kerja dengan menarik industridari lokasi biaya transportasi minimum, harus diadakan penambahan biaya diatas biaya transportasi minimum. Karena makin jauh biaya minimum, maka akan terjadi suatu isodapen diluar batas kenaikan biaya transportasi yang tidak dapat seimbang lagi dengan tingkat ekonomi buruh, isodapen semacam itu disebut isodapen kritis (critical isodapena)..
4.2.1. Analisa Tetangga Terdekat.
            Analisa tetangga terdekat telah dikembangkan oleh P.J. Clark dan F.C. Evans pada studiekologi tanaman. Pada dasarnya pola penyebaran dapat dibedakan tiga macam, yaitu pola bergerombolan (cluster pattern), tersebar tidak merata (random pattern), dan tersebar merata (dispered pattern). Pengevaluasian pola-pola ini menggunaka skala tetangga terdekat yang diungkapkan ke dalam skala R (R scale).
4.2.2. Analisa Variansi Penyebaran Keruangan
             John C Weaver, J,T Coppock, dan D. Thomas, analisa variansi penyebaran keruangan terutama di terapkan pada bidang agrikultur untuk mengkaji penggunaan lahan pertanian. Analisa ini didasarkan atas pendekatan faktor tunggal dengan dominan (single-factor dominance) dan pendekatan faktor yang jamak (multifactor approach) dengan menerapkan model matematik statistik varian.J.T Coppock mengembangkan metode Weaver untuk keseluruhan spektrum aktifitas pertanian dengan mengubah ternak dan tanaman ke dalam unit dan pembedaan secara umum berdasarkan pembobotan yang baku (standard).
 4.3. Analisa Interaksi dn Difusi Keruangan
             Pergerakan penduduk dari satu tempat ke temapat yang lain,baik untuk memenuhi kebutuhan ekonomi maupun untuk memenuhi kebutuhan sosial lainnya dapat dievaluasi secara geografi. Bentuk permukaan bumi, elevasi, vegetasi, keadaan cuaca, merupaka faktor fisis yang mempengaruhi gerak perpindah yang dilakukan manusia. Alat transportasi,kegiatan ekonomi, biaya transportasi,kondisi jalan, dan kondisi sosial budaya setempat,merupakan faktor nonfisis yang mendorong manusia untuk beranjak dari tempat asalnya. Dalam rangka analisa keruangan untuk mengungkapkan aspek interaksi dan difusi, akan kita terapkan konsep-konsep gravitasi, konektivitas, dan teori grafik.
4.3.1. Model Grativitasi
 Konsep gravitasi secara khusus diperkenalkan oleh W.J Reilley(1929) dalam membahas cara-cara membentuk wilayah perdagangan.Model gravitasi dalam bidang geografi dapat diestimitkan sebagai ukuran arus diantara dua region yang bersangkutan, yang kemudian dibagi oleh kelipatan jarak diantara dua region itu. Pada bidang geografi, massa tersebut adalah ungkapan jumlah penduduk region yang bersangkutan.
        Di Amerika Serikat model grativitasi telah banyak diterapkanoleh berbagai ahli Hagerstrand (1957) dan Olsson (1965), sirkulasi surat kabar oleh Dahl (1957), pengunjung bioskop oleh Classon (1964), penggunan telepon oleh Dahl (1957) Mackay (1958) dan Kariel (1968), dan analisa pusat-pusat perbelanjaan oleh Brian J.L Berry (1967).
 4.3.2 . Teori Grafik
            Teori grafik (graphy theory) yang diterapkan pada bidang geografi untuk mengadakan analisa interaksi dan difusi keruangan. Teori grafik termasuk ke dalam topologi. Yang menjadi ciri dasar pengkajian tiap titik disebut puncak (vertex, top) dan garis atau kurva yang menghubungkan puncak-puncak tersebut disebut tepi atau binkai (edge). Teori ini diterapkan untuk menelaah transportasi dengan segala bentuk sifat dan konektivitasnya.
5.METODE PEMECAHAN MASALAH
            Jika penelitian dan analisa geografi berkenaan dengan suatu masalah, maka kesimpulannya dan penelitian berupa faktor-faktor geografi yang menyebabkan terjadinya masalah. Oleh karena itu, kita akan dapat mengajukan teori-teori berkenaan dengan hal tersebut, baik yang menyangkut asosiasi gejala-gejalanya, terutama yang berkenaan dsengan pemecahannya.Kalau kita asumsikan bahwa hubungan antara faktor masalah dengan pemecahannya harus seimbang, maka hubungan itu dapat diungkapkan  kedalam model: Masalah-pemecahan=0




BAB VII
GEOGRAFI, DAN KOMPETENSINYA DALAM KAJIAN GEOGRAFI FISIK
A. Geografi Fisik
          Geografi sebagai ilmu pengetahuan yang pernah disebut sebagai induk ilmu pengetahuan (mother of sciences)  mengalami pasang-surut  peranannya untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan. Apabila geografi tetap ingin berperan dalam memberikan sumbangan pemikiran dalam kebijakan pembangunan, geografi harus mempunyai konsep inti, metodologi dan aplikasi yang mantap. Makalah ini bertujuan untuk menelusuri konsep inti geografi yang sesuai untuk dikembangkan di Indonesia untuk mendasari kompentensinya, khususnya dalam bidang geografi fisik. Pemisahan geografi fisik dan geografi manusia yang tinggi kurang mencirikan jati diri geografi, dan jika  kecenderungan pemisahan tersebut semakin berlanjut jati diri geografi akan pudar dan akan larut dalam disiplin ilmu lainnya, dan bahkan kita akan kehilangan sebagian dari kompetensi keilmuan geografi. Geografi terpadu atau geografi yang satu (unifying geography) menjadi satu pilihan  sebagai dasar pembelajaran geografi yang sesuai untuk Indonesia, yang diikuti dengan pendalaman keilmuan pada masing-masing obyek material kajian geografi tanpa melupakan obyek formalnya. Komponen inti dari geografi terpadu adalah ruang, tempat/lokasi, lingkungan dan peta, yang berdimensi waktu, proses, keterbukaan dan skala. Komponen inti geografi terpadu tersebut dijadikan dasar untuk menentukan kompetensi geografi. Kompetensi geografi fisik, yang obyek materialnya fenomena lingkungan fisik (abiotik) pada lapisan hidup manusia, sangat luas antara lain: penataan ruang, pengeolaan sumberdaya alam, konservasi       sumberdaya alam, penilaian degradasi lingkungan, pengelolaan daaerah aliran sungai, penilaian tingkat bahaya dan bencana, penilaian risiko bencana. Kompetensi geografi fisik tersebut selalu dikaitkan dengan kepentingan umat manusia, dengan konsep bahwa lingkungan fisikal sebagai lingkungan hidup manusia.   
          Perbincangan tentang jati diri Geografi telah beberapa  kali dilakukan di Indonesia, baik melalui lokakarya, seminar maupun melalui sarasehan yang dilakukan oleh Fakultas/Jurusan/Departemen Geografi,  organisasi profesi (IGI) dan ikatan alumni (IGEGAMA). Jati diri suatu disiplin ilmu dapat ditelaah dari definisinya. Dalam Seminar Peningkatan Relevansi Metode Penelitian  Geografi tanggal 24 Oktober 1981 Prof. Bintarto dalam papernya berjudul Suatu  Tinjauan Filsafat Geografi mengemukakan definisi Geografi sebagai berikut:  Geografi mempelajari hubungan kausal gejala-2gejala di muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi baik yang  Fisikal maupun yang menyangkut mahkluk hidup beserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan (Bintarto, 1984). Seminar dan lokakarya yang dilaksanakan di Jurusan  Geografi, FKIP, IKIP Semarang kerjasama dengan IGI tahun 1988 telah menghasilkan rumusan definisi:  Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari   perbedaan dan persamaan  fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan dalam konteks keruangan.  Rumusan dua definisi Geografi tersebut sedikit berbeda namun memberikan ketegasan dan kejelasan tentang obyek kajian dalam Geografi baik obyek material maupun formalnya. Obyek mateRialnya adalah gejala, fenomena,  peristiwa di muka bumi (di geosfer), sedang obyek formalnya adalah sudut pandang atau pendekatan:keruangan, kelingkungan dan kompleks wilayah.  Ketegasan obyek formal kajian Geografi penting untuk membedakan kajian dengan disiplin ilmu lain yang obyek materialnya juga Fenomena geosfer. Geosfer terdiri atas atmosfer, litosfer (termasuk pedosfer), hidrosfer dan biosfer (termasuk antroposfer);  sfera bumi tersebut membentuk satu sistem alami yang masing-masing sfera saling berinteraksi, saling pengaruhmempengaruhi. Konsep sfera bumi membentuk satu sistem alami  merupakan konsep penting dalam geografi, karena dapat dijadikan dasar untuk memahami dinamika fenomena dari muka bumi. Definisi Geografi versi Semlok Semarang tersebut masih banyak digunakan dalam proses pembelajaran geografi di sekolah dan perguruan  tinggi, dan bukan satusatunya yang  harus diajarkan kepada peserta didik, karena masih banyak definisi lain yang perlu disampaikan untuk memperkaya dan memperluas wawasan tentang jati diri geografi.  Definisi geografi itu sangat banyak, berikut ini disampaikan lima definisi untuk memberikan diversitas cakupan, dan jati diri Geografi.
1) Geography is concerned to provide an accurate, orderly, and rational description and interpretation of the variable character of the Earth’s surface (Hartshorne, 1959).
2) Geography is the scientific study of changing spatial relationships of terrestrial phenomena viewed as world of man (Bird, 1989).
3) The core of Geography is an abiding concern for human and physical attribute of places and regions and with spatial interaction that alter them (Abler et al, 1992).
4) Geography is the study of the surface of the Earth. It involves tphenomena and processes of the Earth’s natural and human environments and landscapes at local to global scales (Herbert and Matthews (2001).
5) Geography is a discipline concerned with understanding the spatial dimensions of environmental and social processes (White, 2002)   Varias definisi tersebut di atas juga memberikan ketegasan kepada kita bahwa obyek kajian Geografi adalah fenomena geosfer dan sudut pandangnya adalah keruangan, kelingkungan dan kewilayahan meskipun dengan rumusan yang berbeda. Rumusan yang berbeda dari definisi Geografi dapat dipahami dengan munculnya pandangan Geografi yang menyatakan bahwa  geografi adalah apa yang  dikerjakan oleh geograf. Dua definisi terakhir dari lima definisi tersebut di atas  aspek lingkungan mendapat tekanan yang lebih. Hal tersebut sangat mungkin diinspirasi oleh permasalahan lingkungan yang semakin meningkat dan mengglobal di muka bumi ini, seperti perubahan iklim global, penurunan kualitas lingkungan, bencana banjir, kekeringan, longsor, kemiskinan, penurunan dan kerusakan sumberdaya alam. Permasalahan lingkungan dan bencana yang banyak terjadi tersebut timbul sebagai akibat ketidak imbangan interaksi antara lingkungan dengan aktifitas manusia. Interaksi lingkungan-manusia merupakan sebagian dari kajian geografi yang menggunakan pendekatan kelingkungan..Oleh sebab itupermasalahan lingkungan menjadi perhatian geograf, dan selain itu geografi sebagai ilmu yang berorientasi pada pemecahan masalah (problems solving). Permasalahan lingkungan yang terjadi saat sekarang  dan masa depan bersifat kompleks, multi dimensi, saling kait mengkait, sehingga pemecahannya memerlukan pendekatan terpadu.  Dalam merespon    permasalahan lingkungan yang multidimensi dan berskala lokal hingga global, Geografi dihadapkan pada dua permasalahan  yang terkait disiplin ilmu geografi itu sendiri  dan permasalahan kompetensi  geograf sebagai pemangku ilmu geografi.
1) Geografi yang bagaimanakah yang mampu memberikan kontribusi  nyata untuk pengambilan kebijakan dalam memecahkan permasalahan lingkungan yang berdimensi lokal hingga global secara berkelanjutan? 
2) Kompetensi apakah yang diperlukan bagi geograf di masa mendatang? Pertanyaan pertama dimunculkan, karena ada tiga alasan penting yang  terkait dengan geografi:
            1) geografi menghadapi tantangan untuk memberikan masukan dalam memecahkahn masalah yang multi dimensi dan kompleks yang memerlukan pendekatan antar bidang, apabila geografi tidak terpadu  maka kontribusi geografisnya kurang lengkap, bahkan  berisiko sebagian disiplin geografi menjadi bagian disiplin ilmu lain;
          2) pembelajaran geografi harus utuh tidak terkotak-kotak secara tegas antara geografi fisik dan geografi manusia, karena masalah di sekeliling lingkungan kita semakin meningkat dan geograf harus mampu memberikan kontribusi yang nyata kepada masyarakat, oleh karena  itu geograf harus berbekal teori/konsep yang matang;
          3) riset fundamental dalam elemen inti geografi belum banyak dilakukan untuk menghasilkan teori dasar geografi yang dapat digunakan sebagai masukandalam kebijakan pemerintah, jika geografi tidak mengembangkan geografi terpadu akan kehilangan kesempatan/kedudukan sebagai pemberi masukan sesuai bidang keilmuan geografi. Label  dari geografi adalah ruang, tempat, lingkungan dan peta, yang tidak dimiliki oleh disiplin ilmu lain (Mathews et al, 2004). Dalam mengupas permasalahan pertama tersebut perlu didasari pemahaman tentang ruang lingkup Geografi, komponen inti kajian geografi. Pembahasan permasalahan kedua tentang kompetensi khususnya dalam bidang kajian geografi fisik, perlu didasari dengan metode penelitian geografi dan identifikasi dari permasalahan lingkungan yang terkait dengan obyek kajian Geografi  
2. RUANG LINGKUP KAJIAN GEOGRAFI
 Sebutan geografi sebagai ilmu pengetahuan cukup banyak, antara lain: i). geografi sebagai ilmu holistik yang mempelajari  fenomena di permukaan bumi secara utuh menyeluruh, ii) geografi adalah ilmu analitis dan sintesis, yang memadukan unsur 5lingkungan fisikal dengan unsur  manusia dan iii). geografi adalah ilmu wilayah yang mempelajari sumberdaya wilayah secara komprehensif. Tiga sebutan geografi tersebut yang menjadi landasan untuk membahas  kajian geografi yang mampu merespon permalasalahan lingkungan yang berdimensi  lokal hingga global. Pertanyaan pemandu untuk mengetahui ruang lingkup kajian Geografi pada umumnya adalah:
1) apa (what),
2) dimana (where),
3) berapa (how long/how much),
4) mengapa (why),                                                                                         
5) bagaimana (how),
6) kapan (when),
7) siapa (who) (Widoyo Alfandi, 2001).
Pertanyaan pemandu yang mencerminkan bahwa geografi itu adalah holistik, sintesis dan kewilayahan adalah sebagai berikut:
1) apa, dimana dan kapan (what, where and when), pertanyaan ini menuntun kita untuk mengetahui fenomena geografis dan  distribusi spasialnya pada suatu wilayah, serta kapan terjadinya; 
2) bagaimana dan mengapa (  how and why), pertanyaan ini bersifat analitis untuk mengetahui  sistem, proses, perilaku, ketergantungan, organisasi spasial dan interaksi antar komponen pembentuk geosfer;
3) apakah dampaknya (what is the impact), pertanyaan bersifat analistis, sintesis untuk mengevaluasi fenomena geografi  yang mengalami perubahan baik oleh proses alam maupun oleh hasil interaksi antara manusia dengan lingkungan alamnya;
4) Bagaimana seharusnya (how ought to ), pertanyaan ini menjurus ke sintesis dan evaluasi untuk pemecahan permasalahan lingkungan suatu wilayah dan memberikan keputusan  dalam pengelolaan sumberdaya dan lingkungan.  Pertanyaan pemandu pertama dalam geografi yang umum tersebut dapat digunakan untuk proses pembelajaran pada tingkat manapun dengan memperhatikan tingkat kedalaman atau kedetilannya. Pertanyaan pemandu yang kedua dapat ditujukan untuk jenjang pendidikan pada perguruan tinggi, dengan  asumsi bahwa wawasan dan penalaran mahasiswa lebih mantap.  
3. KONSEP GEOGRAFI
Berikut ini disampaikan beberapa konsep geografi yang dapat dijadikan pegangan untuk menentukan kompetensi geograf.
1. Geografi menduduki  tempat yang jelas dalam dunia pendidikan, geografi menawarkan kajian terpadu dari  hubungan timbal balik antara masyarakat manusia dengan komponen fisikal dari bumi.
2. Disiplin geografi dicirikan oleh subyek material yang luas, yang secara tradisional Terdiri dari dari geografi manusia dan geografi fisik.
3. Komponen pengetahuan alam dan sosial dalam geografi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, dan tidak ada disiplin ilmu lain yang  memadukannya seperti yang dilakukan oleh geograf.
4. Geografi mempelajari interelasi dan interdependensi dari dunia nyata dari fenomena dan proses yang memberikan ciri khas pada suatu wilayah.
5. Obyek kajian geografi adalah geosfer yang terdiri dari atmosfer, litosfer, pedosfer, hidrosfer, biosfer dan antroposfer; masing-masing sfera tersebut saling terkait membentuk sistem alami.
6. Obyek kajian geografi tersebut juga  menjadi kajian bidang ilmu lainnya, yang menjadi pembeda adalah  pendekatan yang digunakan; pendekatan yang dimaksud adlah pendekatan spasial (keruangan), ekologikal dan kompleks wilayah.
7. Geografi mempelajari wilayah secara utuh menyeluruh tentang sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, sehingga mempunyai peran penting dalam pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan dalam rangka otonomi daerah.
8. Geografi mempelajari proses perubahan lingkungan alam maupun lingkungan sosial ekonomi, sehingga pelajaran  geografi memberi bekal untuk tanggap terhadap isu-isu dan perubahan lokal, regional dan global.
9. Peta merupakan salah alat utama dalam kajian geografi dan juga merupakan salah satu hasil utama dalam kajian geografi
10. Perkembangan pesat dari ilmu dan teknik penginderaan jauh dan sistem informasi geografis sangat membantu dalam proses-belajar geografi dan penelitianpenelitian geografis.
4.GEOGRAFI SEBAGAI SATU DISIPLIN ILMU:
GEOGRAFI TERPADU 
          Setiap disiplin keilmuan normalnya memiliki satu bidang kajian tertentu, satu asosiasi kerangka teoritik dan pendekatan yang lazim digunakan untuk mengkaji dengan teknik yang sesuai, kesemuanya itu tidak  hanya untuk pemahaman tetapi juga untuk penemuan pengetahuan baru dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan umat manusia. Bagi geografi bidang kajiannya banyak, yang mempunyai metode dan teknik yang berbeda, sehingga tidak mudah untuk mendudukan geografi sebagai satu disiplin. Misalnya geografi fisik yang obyeknya kajiannya atmosfer, litosfer dan hidrosfer, masing-masing mempunyai kerangka teoritik dan pendekatan  yang berbeda, demikian juga halnya dengan geografi manusia yang obyeknya:  kependudukan, sosial, ekonomi, budaya dan politik. Bagi geografi dimasukkan ke dalam  cross-disciplinary link, mirip munculnya sain terpadu, seperi Sain Sistem Bumi ( Earth System Science) dan Sain Keberlanjutan (Sustainability Science), dan bagi geografi subyek kajiannya adalah lingkungan fisikal dan manusia, dengan menggunakan teori dan  metodologinya kompleksitas dari unsur muka bumi (Mathews et al,2004).  Kesulitan untuk mendudukan/memposisikan geografi sebagai satu disiplin ilmu, maka ada baiknya apabila geografi itu hanya satu, tidak terpisah-pisah menjadi geografi manusia dan geografi fisik.  Geografi yang  satu (unifying geography) mempunyai  banyak keunggulan dalam berperan ke masa depan, dengan asumsi permasalahan di masa depan sifatnya kompleks dan multi dimensi, yang pemecahannya memerlukan pendekatan terpadu dan holistik. Dalam geografi terpadu tidak berarti kekhususan (spesialisasi) akan  hilang, tetapi tetap ada hanya dilandasi oleh konsep geografi yang satu. Bagi spesialisasi geografi fisik, fokus kajian pada komponen lingkungan fisik tetapi harus mengkaitkannya dengan aspek sosial; spesialisasi dalam geografi manusia geografi Fisik sebagai latar belakang, sedang yang spesialisasi dalam geografi yang satu fokusnya adalah pemecahan  masalah dengan  pendekatan geografis secara utuh.    
Alasan untuk Menjadi Geografi Terpadu.
1) Satuan (unit) yang lebih  besar  akan membawa keuntungan yang berarti, akan  dan memberikan arah yang jelas dalam pengetahuan dan pemahaman; fokus yang  besar dan menyatu dalam Geografi akan memerkuat identitas Geografi dan dapat memberikan masukan dalam kebijakan pembangunan;
2) Satuan (unit) yang lebih besar memberikan makna yang lebih besar bagi mahasiswa dalam, disiplin geografi yang terpisah-pisah tidak menyatu akan membingungkan dalam penyusunan kurikulum. Pada hal geografi menempati posisi  tempat yang menonjol dalam  mempelajari dunia, yang menawarkan kajian terpadu terhadap hubungan timbalbalik antara manusia dan lingkungan alamnya, Sehingga kalau tidak menjadi satu kesatuan maka tidak akan lengkap kajiannya. Satuan yang lebih besar dapat memberikan prioritas dalam pengajaran dan penelitian, yang kesemuannya itu untuk mempromosisikan geografi agar lebih berperan.
3) Satuan yang lebih besar  dapat menunjukkan kepada masyarakat tentang kemampuan akademiknya untuk memberikan kontribusi nyata dalam menentukan Kebijakan dan memperbaiki pemahaman umum tentang  Geografi.
  5. KOMPONEN INTI GEOGRAFI
           Untuk menuju geografi terpadu (unifying geography) perlu ditegaskan komponen inti Geografi. Matthews, et al., (2004) mengusulkan empat komponen inti Geografi : ruang (space), tempat (place), lingkungan (environment) dan peta (maps).  Ruang  menjadi satu konsep dalam inti geografi, yang dapat dipandang sebagai pendekatan spasial-korologikal  untuk Geografi. Ruang  juga mendominasi Geografi setiap waktu, ketika analisis spatial  menjadi satu pendeskripsi untuk satu bentuk dari pekerjaan geografis. Pola spasial umumnya  menjadi titik awal untuk kajian geografis; yang selanjutnya dapat dilacak proses perubahan secara spasial  dan sistem spasial. Tempat  merupakan komponen kedua dalam inti geografi. Tempat terkaitdengan konsep teritorial dalam Geografi dan menunjukkan karakteristik, kemelimpahan dan batas. Tempat merupakan bagian dari dunia nyata tempat manusia bertem dan dapat dikenali, dinterpretasi dan dikelola. Dalam ahli geografi manusia tempat merupakan refleksi dari identitas idividu maupun kelompok; sedang bagi ahli geografi fisik tempat tempat merupakan refleksi dari perbedaan lingkungan biofisik. Lingkungan merupakan komponen inti Geografi ketiga yang mencakup lingkungan alami (topografi, iklim, air, biota, tanah) dan sebagaikomponen inti yang memadukan dengan komponen geografi lainnya. Lingkungan menjadi interface antara lingkungan alam dan budaya, lahan dan kehidupan, penduduk dan lingkungan biofisikalnya. Peta sebagai komponen inti Geografi  keempat  lebih merupakan bentuk representasi, tehnik dan metodologi dari pada sebagai satu konsep atau teori. Peta dipandang sebagai pernyerhanaan perpektif spasial dari fenomena/peristiwa yang dikaji dalam Geografi. Ruang, tempat, lingkungan dan peta menjadi label dari Geografi. Komponen tersebut mempunyai kedudukan yang sama dalam kajian Geografi, baik dalamkajian Geografi Fisik maupun Geografi Manusia. Demikian juga dapat menjadi dasar konsep  untuk disiplin Geografi secara utuh.  Komponen inti Geografi tersebut bersifat dinamik,  dalam arti dapat terjadi perubahan, yang tergantung karakteristik lingkungan, proses yang berlangsung dan waktu. Oleh sebab itu perlu ada dimensi kualifikasi dari komponen inti geografi tersebut. Dimensi yang dimaksud adalah waktu, proses, keterbukaan dan skala. Sebagai contoh tempat yang terletak di pegunungan yang semula subur menjadi lahan kritis dalam waktu 10 tahun, karena  proses erosi  dan longsor karena daerahnya terbuka akibat pembalakan hutan di atasnya, yang  luasnya melebihi 70%. Komponen inti geografi dan dimensi
kualifikasinya Komponen esensial inti Geografi dan dimensi kualifikasinya
1. Ruang
2. Tempat
3. Lingkungan                                                                                                
4. Peta
1. Waktu
2. Proses
3. Keterbukaan
4. Skala
6. SPESIALISASI DALAM GEOGRAFI TERPADU
            Setelah dibahas alasan untuk menjadi geografi terpadu dan komponen esensial inti geografi, kemudian timbul masalah yang terkait dengan spesialisasi dalam geografi terpadu. Spesialisasi dalam geografi tetap dapat eksis , baik spesialisasi dalam intinya maupun periperinya, sedangkan yang berada di  luar periperi merupakan disiplin antar bidang  yang relatif sedikit berbasis pada inti geografinya. Geografi terpadu, geografi fisik dan geografi manusia, dan spesialisasi geografi dalam hubungannya dengan bidang Geografi periperi dan antar bidang. Sumber
            Mattews et al., 2004. Gambar 1 tersebut menunjukkan bahwa spesialisasi dalam Geografi dapat dibedakan menjadi : spesialisasi geografi secara utuh,  dalam geografi fisik dan geografi manusia  dengan kadar inti geografi relatif lebih sedikit dan spesialisasi antar bidang dengan basis Inti geografi lebih kecil lagi.
           

KOMPETENSI DALAM BIDANG GEOGRAFI FISIK
            Seseorang yang belajar geografi  kompetensi yang dimiliki akan sejalan dengan jenjang pendidikan yang diikuti. Kompetensi ideal bagi orang yang mempelajari geografi tercapai apabila yang bersangkutan belajarhingga perguruan tinggi atau telah menjadi geograf. Berikut ini         disampaikan kompetensi ideal bagi  orang yang mempelajari geografi hingga perguruan tinggi, namun demikian sebagian dari kompetensi tersebut dapat juga dimiliki oleh orang yang hanya mempelajari geografi dalam jenjang pendidikan tertentu saja (Sutikno, 2002). Kompetensi Dalam  Pengertian dan PemahamanSetelah mempelajari geografi seseorang  diharapkan memperoleh  pengertian dan pemahaman sebagai berikut:
1) hubungan timbal balik antara aspek fisik dan manusia dari lingkungan dan bentanglahan;
2) konsep variasi spasial;
3) perbedaan utama dari wilayah /daerah tertentu yang selalu mengalami perubahan akibat proses: fisik, lingkungan, biotik, sosial, ekonomi dan budaya;
4) konsepsualisasi terhadap pola, proses, interaksi dan perubahan lingkungan, Sebagai suatu sistem dengan skala yang bervariasi; 
5) kekritisan terhadap aspek spasial dan temporal dari proses-proses fisikal,manusia dan interaksinya;
6) perubahan yang terus terjadi pada komponen lingkungan fisik dan manusia, termasuk interaksi dan interdependensinya;
7) perbedaan menurut ruang, tempat dan waktu dalam  masyarakat manusia;
8) sifat dari disiplin ilmu itu dinamik, prural dan bersaing;
9) cara representasi data geografi: aspek fisik maupun aspek manusianya;
10)strategi  dalam analisis dan interpretasi informasi geografis;
11) metode penelitan geografis: observasi,  survai, pengukuran lapangan, analisis laboratorium, analisis kuantitatif dan kualitatif;       
12) aplikasi konsep dan teknik geografi untuk  pemecahan masalah, kesejahteraan manusia, perbaikan lingkungan hidup, perencanaan perkotaan, kebencanaan alam, keberlanjutan dan konservasi. Kompetensi Dalam Keahlian/Ketrampilan  IntelktuaL Geografi memberikan serangkaian  keahlian intelektual dan  kemampuan dalam kompetensi sebagai berikut:
1) penilaian teori yang berbeda, penjelasan dan kebijakan;
2) analisis dan pemecahan masalah;
3) membuat keputusan;
4) penilaian  kejadian secara kritis;
5) interpretasi data dan teks secara kritis;
6) menyarikan dan mensintesiskan informasi;
7) mengembangkan argumentasi yang mendasar;
8)mempunyai tanggung jawab dalam meningkatkan kemampuan diri  dan mengembangkan kebiasaan untuk belajar terus menerus. Kompetensi Dalam Keahlian/Ketrampilan Praktis Pendidikan geografi  dapat memberikan keahlian praktis dalam bidang/hal berikut:
1) mampu melakukan perencanaan, perancangan dan pelaksanaan riset, termasuk penyusunan laporan akhir;
2) mampu melaksanakan kerja lapangan yang efektif, dalam konteks keamanan dan keselamatan;
3) mampu melakukan kerja laboratoris dengan aman  dengan memperhatikan prosedur baku;
4) mampu melaksanakan survai  dan metode penelitian untuk pengumpulan, analisis dan pemahaman informasi aspek manusia
5) mampu melakasanakan  variasi teknik dan metode analisis laboratorium  untuk pengumpulan dan analisis data spasial dan informasi lingkungan;
6) mampu mengkombinasikan dan menginterpretasikan kejadian geografis yang berbeda tipenya;
7) mampu  mengenali isu-isu moral dan etika yang diperdebatkan. Kompetensi Dalam Keahlian/Ketrampilan Kunci ( Key Skills)Siswa /mahasiswa geografi harus mengembangkan kemampuan sebagai berikut:
1) belajar dan mengkaji,
2) komunikasi tertulis,
3) presentasi data geografis,
4) penilaian dan perhitungan,
5) kesadaran spasial dan observasi,
6) keja lapangan dan laboratoris,
7) tehnologi informasi,
8) penanganan dan penyimpanan data/informasi,
9) situasi personal, kerja sama.
            Uraian tersebut menujukkan bahwa pembelajaran geografi  penuh dengan kandungan kompetensi khususnya dalam aspek spasial, lingkungan dan kewilayahan dari sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan sumberdaya binaan. Kompetensi yang disebutkan di atas kurang spesifik dalam artian praktis atau terapannya, berikut ini disampaikan kompetensi Geografi Fisik yang lebih aplikatif antara lain:
1) survey komponen lingkungan fisikal: cuaca, iklim, geomorfologi, tanah, hidrologi dan biogeografi;
2) inventarisasi dan evaluasi potensi sumberdaya alam;
3) mitigasi dan evaluasi bahaya dan bencana alam;
4) evaluasi risiko bahaya/bencana alam;
5) penataan ruang dari aspek fisikalnya
6) pengeolaan sumberdaya alam, 
7) konservasi sumberdaya alam, 
8) penilaian degradasi lingkungan, 
9) pengelolaan daaerah aliran sungai.
            1) Geografi terpadu lebih sesuai untuk  dikembangkan di Indonesia ke depan, mengingat kondisi lingkungan alamnya sangat bervariasi dan berpenduduk padat dengan banyak etnik, sehingga banyak  permasalahan lingkungan yang perlu penanganan secara terpadu.
            2) Geografi sebagai disiplin ilmu perlu label komponen inti Geografi, yang terdiri dari ruang, tempat, lingkungan dan peta, dengan dimensi kualifikasi  waktu, proses, keterbukaan dan skala.                           
            3) Dalam geografi terpadu spesialisasi tetap eksis, yang meliputi spesialisasi inti, periperi dan antar bidang; baik dalam bidang kajian geografi manusia maupun geografi fisik. 



BAB VIII
GEOGRAFI DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU
            Pengetahuan tentang filsafat ilmu biasanya diberikan kepada mahasiswa pascasarjana khususnya program doktor sebagai pondasi dalam memahami filosofi bidang ilmunya pada saat para mahasiswa melakukan kegiatan penelitian ilmiah atau seminar ilmiah. Manfaat setelah memperoleh pengetahuan filsafat ilmu adalah semakin meningkatkan kesadaran kita dalam meletakkan hakekat “kebenaran” tentang suatu hal pada tempat yang tepat. Kita semakin menyadari bahwa kebenaran dalam ilmu pengetahuan yang kita peroleh ternyata bersifat relative (tidak bersifat absolute).  Dalam konteks inilah latar belakang tulisan ini dihadapkan pada persoalan bagaimana perkembangan ilmu geografi (di Indonesia) saat ini. Masalah yang dibahas tampak sederhana namun menurut hemat penulis hal yang sederhana tersebut justru memiliki implikasi yang sangat luas dan mendalam.
          Paling tidak ada dua pendapat terhadap perkembangan bidang ilmu geografi saat ini. Pendapat pertama menganut faham geografi sebagai ilmu yang bersifat generalis yang tidak memerlukan bidang spesialisasi. Pendapat kedua memiliki pemikiran bahwa geografi dapat dikembangkan dalam spesialisasi spesialisasi (cabang atau bahkan ranting) tertentu. Ke dua pendapat tersebut mengetengahkan kebenaran masing masing sebagai dasar pertimbangan. 
          Tulisan ini disusun dengan maksud untuk menyegarkan kembali pemikiran kita tentang dunia ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu geografi. Proses penyegaran kembali ini perlu dilakukan karena kita ingin tetap memposisikan ilmu geografi sebagai bidang ilmu yang diakui  dan selalu relevan dengan dinamika perkembangan sains dan teknologi dewasa ini. Dalam tulisan ini, dari berbagai buku pustaka, akan ditelaah tentang apa sebenarnya substansi pengetahuan filsafat ilmu sebagai pengantar pokok bahasan. Selanjutnya akan dielaborasi dua definisi geografi sebagai titik tolak telaah geografi sebagai bidang ilmu, metode keilmuan beserta asumsi asumsinya dan selanjutnya disampaikan beberapa pemikiran dari hasil telaah inti tulisan ini sebagai penutup .
          Dalam tulisan ini juga akan ditunjukkan posisi pengetahuan tentang teknik mutakhir seperti teknologi penginderaan jauh (remote sensing) dan sistem informasi geografi (GIS) sebagai sarana analisis dalam studi geografi sehingga diperoleh kejelasan perbedaan antara metode (keilmuan) dan teknik analisis penelitian.
(*) makalah disampaikan dalam Seminar Filsafat Sains Geografi di Fakultas Geografi UGM Yogyakarta tanggal 12 July 2008.
(**) staf pengajar Departemen Geografi FMIPA-UI.
Pada hakekatnya, jika tidak dalam membahas substansinya, menurut hemat penulis, kata ilmu selalu dikaitkan dengan bidang telaahnya seperti ilmu ekonomi, ilmu sastra, ilmu teknik atau ilmu geografi. Sedangkan kata sains biasanya dipakai dalam mengelompokkan bidang ilmu seperti bidang sains dan teknologi atau dalam penyebutan gelar akademik seperti Magister Sains bagi Master of Science. Oleh karena itu dalam makalah ini penulis menggunakan kata filsafat ilmu geografi dan bukan filsafat sains geografi.Sudah semestinya bahwa hasil pemikiran dalam tulisan ini memerlukan kritik sehingga dapat menghasilkan kesamaan pandangan dan bermanfaat bagi perkembangan bidang ilmu geografi di Indonesia.Pada akhirnya, berbagai pemikiran yang dihasilkan dalam seminar tentang filsafat ilmu geografi ini seyogyanya ditindaklanjuti oleh pengelola program pendidikan khususnya pendidikan geografi di Indonesia sebagai bahan untuk meninjau kembali kurikulum baik pada program Sarjana hingga program Doktor. Tulisan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
                                      APRESIASI TEORI
   Haggett (2001) dalam bukunya:  “Geography.  A Global Synthesis” menyebutkan berbagai definisi geografi (p. 763) dan salah satunya adalah “ Geography is an integrative discipline that brings together the physical and human dimensions of the world in the study of people, places, and environments” yang dirumuskan oleh American Geographical Society tahun 1994. Dalam definisi tersebut tersirat pengertian yang jelas bahwa geografi merupakan disiplin ilmu bersifat integratif yang mempelajari obyek studi (penduduk, tempat dan lingkungannya) dalam dimensi fisik dan manusia. Sementara I Made Sandy (1973) mengetengahkan sebuah definisi geografi sebagai bidang ilmu yang mempelajari berbagai gejala di permukaan bumi dalam perspektif keruangan. Sandy ingin menekankan bahwa gejala apapun dapat menjadi bidang telaah geografi jika ditinjau dari sudut pandang keruangan.
            Berdasarkan dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa geografi adalah bidang ilmu yang bersifat integratif yang mempelajari gejala gejala yang terjadi di muka bumi (dalam dimensi fisik dan dimensi manusia) dengan menggunakan perspektif keruangan (spatial perspective)Dengan demikian dapat dikatakan bahwa “aspek  keruangan”lah yang menjadi ciri pembeda bidang geografi dengan bidang ilmu lain.Menurut pengertian di atas maka tidaklah sukar untuk menjelaskan makna filosofis diagram Fenneman (Jensen, 1980 p.4) maupun diagram Haggett (2001 p. 766) yang pada prinsipnya menunjukkan keterkaitan dan pendekatan bidang kajian geografi dengan bidang kajian ilmu ilmu lainnya.  Gejala sosial yang berlangsung di muka bumi jika ditelaah melalui perspektif keruangan membentuk bidang kajian geografi sosial. Melalui proses yang sama lahir bidang kajian geografi ekonomi, geografi politik, geografi budaya dan lain lain. Bagian bidang ilmu alam seperti geologi difokuskan pada pengetahuan geomorfologi, klimatologi dari meteorologi, biogeografi dari biologi dan seterusnya.
g
Gambar 1. Lingkungan sekitar bidang ilmu Geografi (modifikasi Fenneman 1919 dalam Jensen, 1980).
            Interkoneksi berbagai bidang ilmu dengan bidang geografi menunjukkan fenomena di mana perkembangan bidang ilmu geografi dapat dikatakan sangat ditentukan oleh kemampuan geograf dalam memperoleh informasi perkembangan bidang ilmu lainnya. Hasil riset bidang ilmui lain akan memperkaya (proliferate) cakupan penelitian geografi. Demikian pula, hasil riset geografi tentang topik tertentu (secara terbatas) dapat memicu perkembangan bidang ilmu lainnya. Dalam konteks ini maka terbuka ruang terbentuknya gejala divergensi bidang ilmu (termasuk geografi) dalam berbagai cabang ilmu yang bersifat lebih spesifik (spesialisasi). Namun demikian, spesialisasi di bidang ilmu geografi tidaklah semudah seperti membentuk spesialisasi anak, spesialisasi tht anak atau anak tht (?) pada bidang ilmu kedokteran atau lainnya.Dalam perspektif keilmuan, pada dasarnya semua ilmu memiliki kesamaan filosofi yang disebut dengan metode keilmuan. Masing masing ilmu memiliki cara yang sama untuk mencari pengetahuan antara lain melalui kerangka berpikir rasionalisme dan empirisme. Perlu disampaikan kembali pemikiran para ahli seperti, John Dewey (1859-1952) menyusun formulasi perkawinan cara berpikir rasionalisme dan empirisme yang telah digunakan oleh Galileo, Newton maupun Charles Darwin pada era sebelumnya (Suriasumantri, 1983 p. 28). Secara ringkas dijelaskan bahwa rasionalisme adalah kerangka pemikiran yang koheren dan logis, sedang empirisme adalah kerangka pengujian Mengutip pendapat Montello (2006) bahwa tidak ada jawaban yang tepat dari pertnyaan apa yang dimaksud dengan scientific approach. Salah satu pengertian tentang ilmu adalah “Science is a personal and social human endeavor in which ideas and empirical evidence are logically applied to create and evaluate knowledge about reality”. Selanjutnya, yang dimaksud dengan “empirical evidence” dalam pengertian di atas adalah sesuatu yang diturunkan dari kegiatan observasi suatu masalah secara sistematis melalui penalaran yang sering menggunakan alat bantu teknologi. Montello berpendapat bahwa secara filosofis, makna empirisme tidak selalu berupa pengalaman manusia sejak lahir. Empirisme ilmu berusaha untuk dapat diulang, dapat diakumulasikan dan secara umum dapat diobservasi. Ilmu menganut prinsip prinsip logika formal dan informal dan paling tidak mengikuti prinsip (1) harus menghindari kontradiksi (2) semakin tinggi tingkat keyakinan terhadap suatu gejala seiring semakin tingginya observasi yang dilakukan (3) pola keteraturan suatu kejadian pada masa lalu memiliki peluang terjadi pada masa yang akan datang.  Suriasumatri (1983) menyatakan bahwa kegiatan ilmu adalah suatu proses berpikir untuk memperoleh pengetahuan. Pengetahuan seseorang terhadap suatu obyek yang diamati belum tentu sama dengan pengetahuan yang diperoleh orang lain yang mengamati obyek yang sama apabila dilakukan pancaindra manusia pada skala observasi atau dalam medium yang berbeda melalui perspektif yang berbeda. Sebuah pohon kelapa tampak sangat tinggi jika diamati pada jarak dekat dan tampak pendek jika diamati pada kejauhan atau sebuah tongkat lurus akan tampak melengkung jika berada di dalam air, adalah sekedar contoh sederhana.
            Para ahli filsafat ilmu menyatakan bahwa dalam lingkungan keilmuan, kebenaran secara keilmuan bersifat tidak mutlak. Sifat tidak mutlak tersebut juga terjadi jika kebenaran keilmuan dihadapkan pada kebenaran menurut agama, kebenaran menurut seni atau kebenaran menurut filosofinya. Kebenaran teknologi cloning sampai saat ini misalnya tidak diakui sebagai kebenaran menurut agama. Lukisan wanita telanjang sebagai kebenaran seni pada umumnya tidak dapat dibenarkan oleh agama atau dibuktikan secara keilmuan. Gambar 1 menjelaskan sebuah skema sederhana dari proses berpikir manusia dalam kehidupan sehari hari..
    
       AGAMA
         
           ILMU
          
           SENI

       FILSAFAT
Kebenaran
    relatif
Gambar 23.  Kebenaran berdasarkan perspektif proses berpikir manusia.                                                                                                                                          Mengingat tidak ada kebenaran yang bersifat mutlak maka dapat diduga dari tulisan ini akan muncul banyak pendapat atau pandangan yang berbeda. Berdasarkan judul di atas, untuk mengurangi beda pendapat, dalam tulisan ini penulis membatasi pengertian filsafat menurut Socrates (470-399 SM) dalam Suriasumantri (1983 p.4) sebagai berikut: “filsafat diartikan sebagai suatu cara berpikir yang radikal dan menyeluruh yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya”. Radikal, menyeluruh dan sedalam-dalamnya mengandung makna membutuhkan waktu yang panjang untuk memperoleh suatu pengetahuan yang menyeluruh dan mendalam,Selanjutnya dikatakan bahwa ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri tertentu. Bidang ilmu yang satu dapat dibedakan dari bidang ilmu lainnya didasarkan pada jawaban atas ke tiga pertanyaan pokok sebagai ciri ilmunya yaitu (1) dasar ontologi ilmu, (2) dasar epistemologi ilmu dan (3) dasar axiologi ilmu. Apa yang ingin diketahui atau apa yang menjadi bidang telaah ilmu merupakan pertanyaan dasar ontologi. Bagaimana pengetahuan tersebut diperoleh merupakan dasar pertanyaan epistemologi (teori pengetahuan). Sedangkan apa kegunaan ilmu adalah pertanyaan dari segi axiologinya (teori tentang nilai). Jawaban dari ke tiga pertanyaan dasar tersebut merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya.Tidak jarang dijumpai keadaan di mana suatu penelitian belum menjelaskan kegunaan hasil penelitian sebagai jawaban pertanyaan dasar yang ke tiga, walaupun masalah (apa yang ingin diketahui) dan metodenya (bagaimana cara`memperoleh pengetahuan) dituliskan secara jelas. Pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan penelitian seyogyanya merupakan pengetahuan yang mendalam dan dapat dibuktikan memenuhi kaidah keilmuan (dikatakan sah secara keilmuan).                              
Penelitian ilmiah
            Pengetahuan yang diperoleh melalui proses berpikir yang teratur dan sistematis dikenal sebagai produk kegiatan penelitian ilmiah atau penelitian yang memenuhi syarat keilmuan. Kegiatan berpikir teratur dan sistematis mengantar kita dalam memasuki dunia keilmuan. Sebuah gejala di muka bumi misalnya, sebagai sebuah fakta, terjadi secara beraturan dan tidak terjadi secara kebetulan karena dapat dijelaskan dalam kerangka konsep keilmuan. Siklus hidrologi merupakan contoh gejala alam yang berlangsung secara teratur dan sistematis.
            Dalam konteks kegiatan penelitian, mengenali sebuah fakta, merumuskan masalah, menyusun hipotesa, melakukan analisis dan menarik kesimpulan merupakan contoh proses berpikir teratur dan sistematis. Menurut Sandy (1973) hal tersebut adalah ciri sebuah ilmu termasuk ilmu geografi. Sebuah kesimpulan penelitian mencerminkan “pengetahuan” yang dihasilkan dari rasa “ingin tahu” (curiousity) yang diungkap dalam kalimat pertanyaan penelitian (research question).Para peneliti, pada instansi pertama umumnya menghadapi persoalan bagaimana merumuskan pertanyaan penelitian yang benar agar memperoleh pengetahuan baru yang bermakna. Sebagian besar waktu (hampir 50%) dihabiskan untuk merumuskan masalah, selebihnya untuk mengumpulkan data, melakukan analisis dan menarik kesimpulan. Jika rumusan pertanyaannya benar maka akan diperoleh jawaban yang benar, jika cara yang digunakan untuk menjawab benar. Sebaliknya, jika pertanyaan penelitiannya diungkap dalam kalimat yang tidak jelas maka jawabannya pasti sulit diperoleh atau bahkan tidak akan ditemukan, bagaimanapun caranya meneliti. Hal yang sama jika dikaitkan dengan kebenaran data yang digunakan dalam penelitian (garbage in garbage out).Dalam upaya menjawab masalah, ada tiga pilihan metode yang dapat digunakan yaitu metode deduktif, metode induktif dan gabungan metode deduktif dan induktif. Namun demikian saat ini gabungan ke dua metode deduktif dan metode induktif menjadi pilihan banyak peneliti dalam menetapkan metode penelitiannya. Pilihan ini dilandasi pada pemikiran bahwa apa yang diteliti merupakan usaha untuk memperkuat konsep atau teori yang sudah ada dan adanya keinginan untuk menghasilkan konsep atau teori baru .Metode metode yang dimaksud merupakan penjabaran konsep berpikir epistemologis dalam upaya menjawab pertanyaan yang diajukan. Sehubungan dengan hal itu ada perbedaan pilihan metode dalam penelitian bidang pengetahuan alam dan bidang pengetahuan sosial terkait dengan karakteristik masalah dan jumlah variable penelitian. Sebuah dalil fisika seperti teori gravitasi misalnya, akan berlaku kapanpun dan dimanapun. Di sisi lain, teori sosial yang berlaku di Negara maju tidak selalu tepat digunakan untuk mengatasi masalah sosial di Negara berkembang karena karakteristik masalah dan variable yang terkait berbeda.
            Sebagaimana telah diuraikan, walaupun ada perbedaan namun setiap bidang ilmu memiliki kesamaan metode keilmuan yaitu kerangka berpikir rasional dan empiris. Oleh karena itu adanya konsep dan landasan teori yang kuat dan dengan dukungan data atau fakta empirislah kekuatan suatu penelitian ditentukan., apapun bidang ilmunya. Hasil dari penelitian demikianlah kita mampu memperoleh pengetahuan baru yang sangat bermanfaat. Salah satu prasyarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh pengetahuan baru tersebut adalah digunakannya asumsi asumsi yang tepat.
            Dalam mengenali obyek empiris dalam ranah keilmuan kita memerlukan arah dan landasan analisis yang dikenal sebagai asumsi. Suriasumantri (1983 p.8) menyatakan bahwa ada tiga asumsi dasar agar pengetahuan baru yang dihasilkan diakui kebenarannya yaitu:
(1) bahwa obyek tertentu memiliki keserupaan satu sama lain.
  (2) bahwa suatu benda tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu.
(3) bahwa tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan.
            Asumsi pertama berkaitan dengan metode keilmuan yang paling sederhana yaitu penerapan konsep klasifikasi. Asumsi ke dua berkaitan dengan konsep kelestarian yang bersifat relatif artinya suatu benda akan berubah dalam waktu singkat dan ada yang berubah dalam jangka waktu panjang. Asumsi ke tiga berkaitan dengan konsep determinisme artinya setiap gejala memiliki pola tertentu yang bersifat tetap dengan urutan kejadian yang sama.
FILSAFAT ILMU GEOGRAFI
            Berdasarkan hal hal yang telah diuraikan sebelumnya sampailah kita pada pertanyaan   bagaimana menjelaskan geografi sebagai bidang ilmu yang dapat disejajarkan dengan bidang bidang ilmu lainnya? Untuk menjawab hal itu maka akan ditelaah secara singkat bagaimanailmu geografi menjawab ke tiga pertanyaan dasar ontologi ilmu, epistemologi ilmu dan axiologi ilmu.
     Ontologi ilmu geografi
            Mengacu pengertian geografi yang telah disampaikan di atas maka dapat dijelaskan bahwa apa yang ingin diketahui ilmu geografi adalah “berbagai gejala keruangan dari penduduk, tempat beraktifitas dan lingkungannya baik dalam dimensi fisik maupun dimensi manusia”. Perbedaan dan persamaan pola keruangan (spatial pattern) dari struktur, proses dan perkembangannya adalah penjelasan lebih lanjut dari apa yang ingin diketahui bidang ilmu geografi Sebagai salah satu penjelasan lebih rinci, pola keruangan dari gejala yang berlangsung di muka bumi biasanya disajikan dalam model simbolik (dalam bentuk peta). Peta region misalnya, menggambarkan informasi keruangan atau informasi geografis dalam tingkatan kelas (klasifikasi) dari mulai yang paling rendah sampai yang paling tinggi dari suatu obyek. Di samping informasi kuantitatif, peta tersebut juga dapat memberikan informasi arah dan laju perubahannya. Fakta spasial suatu gejala tertentu dapat dianalisis lebih jauh untuk menghasilkan informasi keterkaitannya dengan gejala lainnya Obyek material studi geografi meliputi lapisan atmosfer, lapisan litosfer, lapisan hidrosfer dan lapisan biosfer (pengetahuan ini telah dijadikan bahan ajar geografi di tingkat SLTP/SLTA). Pengetahuan pengetahuan tersebut sangat diperlukan dalam menjelaskan berbagai gejala keruangan dari suatu obyek yang diteliti untuk dapat memenuhi sifat integratif sebagaimana telah didefinisikan di atas. Berikut disampaikan contoh sederhana elaborasi hasil penelitian yang memperlihatkan sifat integratif. 
  1. Fakta penelitian yang menunjukkan pola kerusakan bangunan semakin besar jika jarak lokasi bangunan ke pusat gempa semakin dekat dapat dijelaskan dari pengetahuan geologi dan fisika yang menyatakan bahwa besaran enersi yang didifusikan semakin kecil jika semakin jauh dari pusat gempa karena mengalami hambatan struktur batuan yang dilewatinya sebagai media difusi.
  2. Penelitian tentang bentang alam (geomorfologi) di suatu daerah memperlihatkan hubungannya dengan aktivitas penduduk di mana ada kecenderungan kegiatan penduduk terkonsentrasi di wilayah dataran alluvial dibanding unit bentang alam lainnya. Hal ini dapat dijelaskan antara lain berdasarkan teori ekonomi (efisiensi biaya dan aksesibilitas). Teori pusat (central place theory) Christaller dengan model hexagonalnya yang terkenal menggunakan salah satu asumsi yaitu hanya berlaku pada daerah yang memiliki bentang alam homogin.                               
  3. Faktor fisik menentukan perbedaan pola spasial migrasi penduduk, misalnya di daerah dataran dan di daerah pegunungan, di samping dapat dijelaskan dari teori gravitasi atau push-pull factor.
Pengetahuan tentang berbagai gejala (fisik maupun sosial) yang berlangsung di muka bumi yang direpresentasikan sebagai gejala keruangan (spatial phenomena) suatu obyek tertentu (yang dapat diamati oleh panca indra manusia) merupakan jawaban dari “apa yang ingin diketahui” ilmu geografi. Persoalan selanjutnya adalah “ bagaimana ilmu geografi menjawab pertanyaan tersebut”. Berkenaan dengan itu secara singkat akan ditelaah tentang epistemology ilmu geografi.
Epistemologi ilmu geografi
            Seperti bidang bidang ilmu lainnya, bidang ilmu geografi dapat menggunakan metode deduktif, metode induktif atau gabungan ke dua metode tersebut, tergantung persoalan yang ingin dijawab. Sebagai contoh sederhana, apabila ingin mengetahui hubungan antara bentuk bentang alam dan pola sebaran pemukiman penduduk maka yang pertama harus dilakukan adalah menjawab pertanyaan pertanyaan berikut:
- apakah terdapat hubungan logis antara bentuk bentang alam dan pola pemukiman?                 
- jika ya, apakah hubungannya bersifat satu arah atau dua arah?     
- selanjutnya, apakah hal tersebut pernah diteliti dan teori apa yang digunakan peneliti peneliti sebelumnya?
Apabila kerangka berpikir rasionalisme terpenuhi maka sebagai seorang peneliti kita harus dapat membuktikan sendiri bagaimana hubungan dari gejala gejala tersebut dengan menggunakan kerangka berpikir empirisme. Artinya, adanya dukungan teori dasar untuk meneliti dan ketersediaan data empiris merupakan hal yang pokok untuk menemukan jawaban yang benar dari pertanyaan yang diajukan. Selanjutnya, peneliti harus menetapkan metode apa yang akan digunakan :Apabila telah ada konsep dan teori yang secara rasional dapat menjelaskan hubungan logis ke dua variable tersebut, maka dapat dipilih metode deduktif untuk memperkuat suatu teori yang sudah ada.Apabila ingin mengetahui pola umum hubungan ke dua gejala tersebut di suatu daerah yang lebih luas (misalnya untuk Indonesia) maka dapat menggunakan metode induktif – deduktif. Perlu dicatat, data yang diperlukan dalam penggunaan metode induktif adalah data sampling dalam statistik inferensia Dalam paragraph di atas dapat dicermati bahwa butir 1 menghasilkan pembuktian teori tertentu untuk memperkuat atau apabila memenuhi syarat tertentu dapat meningkatkan teori menjadi hukum yang bersifat universal (axioma). Sedangkan contoh butir 2 menghasilkan pembuktian penemuan teori baru berdasarkan teori sebelumnya, misalnya menghasilkan model prediksi. Mungkin kita perlu merenung, selama ini penelitian apa yang telah kita lakukan untuk mengembangkan ilmu geografi ? Apakah kita baru sebatas menerapkan konsep dan teori yang sudah ada atau sudah ada teori baru yang kita hasilkan?
Metode atau teknik?
Setelah metode dipilih selanjutnya ditetapkan cara atau teknik apa yang akan digunakan dalam pengumpulan data, pengolahan dan analisis data  penelitian. Metode induktif misalnya, tidak dapat mengabaikan peranan statistik dalam pengumpulan, pengolahan dan analisis data. Sampai di sini kita harus dapat membedakan makna metode dan teknik atau cara penelitian. Overlay atau superimposed peta dapat dipandang sebagai sebuah teknik analisis dan bukan metode analisis.Menjadi lebih menarik jika selanjutnya ditelaah tentang pemanfaatan Teknologi informasi yang semakin intens di lingkungan penelitian geografi. Misalnya penggunaan GIS (sebagai sebuah sistem) atau penggunaan data citra, sebagai upaya untuk memperoleh data empiris dengan memanfaatkan sarana teknologi satelit. Sementara ini kita sepakat bahwa ketersediaan sistem dan tekonologi tersebut sangat membantu (mempermudah dan mempercepat) penelitian geografi dalam kegiatan pengumpulan sampai analisis data hasil penelitian, sebagaimana kita menggunakan cara statistik.
            Jelas kiranya bahwa dalam konteks penelitian geografi, teknologi RS dan GIS adalah sebuah pilihan cara atau teknik dalam kita mengumpulkan data geografi, mengolah dan menganalisis data. Pilihannya terletak pada sarana atau alat untuk analisis, yang dinilai lebih baik dibanding teknik sebelumnya.Sampai saat ini kita mengetahui bahwa teknologi penginderaan jauh dan teknologi GIS merupakan produk dari R&D bidang ilmu teknik telekomunikasi, komputer dan informatika. Bidang geografi lebih berperan dalam melakukan interpretasi secara lebih cepat (karena memiliki bekal cukup pengetahuan fisik permukaan bumi) atau paling jauh membuat pemodelan aplikasinya. Teknik teknik interpretasinyapun merupakan hasil pengembangan para ahli bidang ilmu lain seperti fisika. Gambar 3 di bawah ini secara sederhana ingin menunjukkan posisi pengetahuan PJ dan GIS dalam proses berpikir keilmuan geografi.    
    Proses berpikir komperhensif  Proses menetapkan pilihan metode,   Proses penarikan










I======================èI=======================èI==========èI  
dalam menyusun proposal  cara/teknik meneliti, proses kumpul kesimpulan  penelitian   olah dan analisis data
                                                             PJ dan GIS                                                                                      
Konsep ontology
           ilmu
Konsep epistemology
            ilmu
Konsep ontology
          ilmu
   Masalah penelitian
   Pilihan metode, teknik
       atau cara meneliti
   Kesimpulan
Gambar 3. Posisi pengetahuan PJ dan GIS dalam konsep keilmuan geografi.
Geografi adalah bukan bidang ilmu tentang semua hal yang ada dalam kehidupan manusia, walaupun ada yang berpendapat bahwa geografi adalah mothers of science atau ilmu yang bersifat generalis. Sebuah kalimat yang sering diungkapkan adalah bahwa “semua hal bisa di-geografi-kan sepanjang masih dapat dianalisis secara spasial”. Kalimat ini sangat sederhana namun mempunyai implikasi yang
 sangat luas terutama bagi para geograf yang kritis. Pertanyaan kritis yang kemudian dapat dikemukakan adalah “apakah dapat dibuktikan bahwa semua hal dapat dianalisis dalam perspektif spasial?”.Oleh karena begitu banyak hal dapat digeografikan maka muncul usaha usaha membuat spesialisasi geografi. Upaya untuk memikirkan spesialisasi di bidang ilmu geografi layak untuk diapresiasi. Namun, cabang atau ranting ilmu yang dirumuskan hendaknya memenuhi kaidah kaidah yang benar sehingga tidak menyimpang dari pohon ilmunya. Salah satu contoh adalah pohon ilmu geografi jelas berbeda dengan pohon ilmu informatika yang fokus dalam rekayasa teknik system pengolahan data menjadi informasi. Demikian pula pohon ilmu geografi jelas berbeda dengan pohon ilmu psikologi yang fokus dalam perilaku (behaviour) manusia. Sampai saat ini belum ada yang mampu untuk mengspasialkan sebuah persepsi dan menyajikan serta menjelaskannya dalam perspektif keruangan.
     Axiologi ilmu geografi
            Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, peta dikatakan sebagai satu satunya sarana untuk dapat menyajikan fakta geografi yang memenuhi pola berpikir keruangan, secara cepat dan mudah dipahami. Dari sebuah peta dapat dikenali berbagai elemen ukuran sebuah gejala  seperti titik, garis, area, arah, jarak, luas, kepadatan, kerapatan dan lainnya sebagai satuan ukuran karena bidang ilmu geografi harus dapat terukur. Dari skala peta dapat dinilai tingkatan informasinya, dari yang bersifat umum sampai informasi yang lebih rinci dari sebuah populasi.Bidang ilmu geografi sampai saat ini masih eksis karena memang memiliki nilai kegunaan bagi umat manusia baik untuk pengembangan keilmuannya maupun terapannya untuk peningkatan kesejahteraan.  Oleh karena ilmu bersifat netral maka pengetahuan yang dihasilkan apakah bermanfaat atau bahkan menyebabkan bencana bagi umat manusia pada dasarnya ditentukan oleh para ilmuwan itu sendiri.Sebuah peta yang disajikan secara sengaja untuk menyesatkan pihak lain merupakan sebuah bencana bagi penggunanya karena informasinya tidak tepat, akurat dan lengkap. Akibatnya, pengguna peta tidak menemukan informasi yang dibutuhkan setelah menghabiskan sumberdaya yang tidak sedikit. Dalam sebuah peperangan, peta dapat menjadi senjata andal untuk mengecoh dan mengalahkan musuh karena legenda peta sengaja diubah sehingga senjata musuh tidak mengenai sasaran.Dalam kaitan ini suatu kegiatan analisis citra satelit yang dilakukan tanpa ground-check yang cermat akan menghasilkan peta citra satelit yang menyesatkan. Apalagi jika secara mentah mentah data citra digital digunakan untuk membuat pemodelan maka akan dapat diduga informasi hasil interpretasi citra yang dihasilkan sulit dibuktikan kebenarannya. Oleh karena itu, apapun kelemahan yang ada dengan menggunakan sarana citra satelit perlu dikemukakan selengkapnya, bukan hanya keunggulannya. Di sini menyangkut dasar epistemologisnya dimana “jika putih katakan putih” atau “jika ada kelemahan katakan kelemahannya dengan jujur”.Esensi dasar axiology ilmu geografi erat kaitannya dengan ontologinya dan karena itu sebaik-baiknya pengetahuan yang dihasilkan sangat tergantung dari yang memiliki pengetahuan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa moral pemilik ilmu tersebut merupakan factor yang menentukan apa sebenarnya nilai manfaat pengetahuan yang dimiliki bagi umat manusia.         
            Dari sudut pandang metode keilmuan, hubungannya dengan ruang muka bumi merupakan ciri bidang ilmu geografi yang menjadi pembeda dengan bidang ilmu lainnya. Karena mempelajari berbagai gejala dan hubungannya dengan ruang muka bumi maka peta merupakan sarana paling efektif untuk analisis.
  1. Rumusan spesialisasi di bidang ilmu geografi (membuat cabang atau ranting) yang ada di lingkungan pendidikan tinggi di Indonesia masih harus diuji lebih lanjut melalui telaah kritis tiga pertanyaan dasar keilmuan : ontology, epistemology dan axiology
  2. Terbentuknya suatu spesialisasi ilmu memiliki konsekuensi lebih lanjut yaitu keinginan untuk membentuk program studi baru di lingkungan bidang ilmu geografi. Berdasarkan fakta yang ada proses ini justru menimbulkan masalah karena ternyata setelah dikaji lebih lanjut prodi baru tersebut tidak dalam pohon ilmu geografi atau hanya merupakan pengetahuan dasar (obyek material). Hal yang mengkawatirkan adalah karena sudah terlanjur maka ada upaya adjustment terhadap konsep dasar agar tetap tampak bernaung di bawah pohon ilmu geografi.
  3. Mengingat karakteristik bidang ilmu geografi maka alternative terbaik untuk mengakomodasi para geograf yang kritis adalah dengan menetapkan bidang bidang peminatan yang ingin diintroduksi sesuai perkembangan kebutuhan masyarakat. Hal ini berarti perhatian kita fokuskan pada aspek dasar ontology ilmu dan dasar axiology ilmu.
  4. Persoalan yang sedang dihadapi dalam mengembangkan ilmu geografi di Indonesia saat ini adalah bagaimana sosok ilmu geografi sudah dapat dikenal mulai dari siswa SD sampai SMA. Fakta menunjukkan bahwa betapa tidak mudahnya belajar geografi secara utuh jika pada tingkat SD dan SMP masih di dalam pelajaran IPS dan di kelas 3 IPA SMA tidak diberikan sehingga tidak masuk sebagai mata ujian nasional.     










                                    





BAB IX
PENUTUP

A.Kesimpulan
      Setelah melalui perkembangan yang cukup lama, serta melalui suatu proses kajian yang memakan waktu, maka dapat kita simpulkan bahwa geografi dapat dimasukkan dalam kategori ilmu pengetahuan , yang apabila di tinjau dari segi filsafat , yang memiliki 3 aspek utama yaitu Axiologi, Epistemologi dan Ontologi. Maka dapat dijelaskan bahwa apa yang ingin diketahui ilmu geografi adalah “berbagai gejala keruangan dari penduduk, tempat beraktifitas dan lingkungannya baik dalam dimensi fisik maupun dimensi manusia”. Perbedaan dan persamaan pola keruangan (spatial pattern) dari struktur, proses dan perkembangannya adalah penjelasan lebih lanjut dari apa yang ingin diketahui bidang ilmu geografi.
            Interkoneksi berbagai bidang ilmu dengan bidang geografi menunjukkan fenomena di mana perkembangan bidang ilmu geografi dapat dikatakan sangat ditentukan oleh kemampuan geograf dalam memperoleh informasi perkembangan bidang ilmu lainnya. Hasil riset bidang ilmui lain akan memperkaya (proliferate) cakupan penelitian geografi. Demikian pula, hasil riset geografi tentang topik tertentu (secara terbatas) dapat memicu perkembangan bidang ilmu lainnya. Dalam konteks ini maka terbuka ruang terbentuknya gejala divergensi bidang ilmu (termasuk geografi) dalam berbagai cabang ilmu yang bersifat lebih spesifik (spesialisasi). Namun demikian, spesialisasi di bidang ilmu geografi tidaklah semudah seperti membentuk spesialisasi anak, spesialisasi tht anak atau anak tht (?) pada bidang ilmu kedokteran atau lainnya.Dalam perspektif keilmuan, pada dasarnya semua ilmu memiliki kesamaan filosofi yang disebut dengan metode keilmuan. Masing masing ilmu memiliki cara yang sama untuk mencari pengetahuan antara lain melalui kerangka berpikir rasionalisme dan empirisme.
GEOGRAFI SEBAGAI SATU DISIPLIN ILMU:
HAKEKAT GEOGRAFI
            Untuk mendapat konsep yang lebih mendalam dalam uraian berikut akan dibahas hakekat geografi. Menurut Karl Ritter bahwa geografi mempelajari bumi sebaai tempat tinggal manusia. Dalam konsep itu, sebagai tempat tinggal manusia berkenaan dengan ruang yang memiliki struktur, pola, dan proses yang terbentuk oleh aktivitas manusia.Selain itu konsep “tempat tinggal manusia” tidak hanya terbatas pada permukaan bumi yang ditempati oleh manusia, tetapi juga wilayah-wilayah permukaan bumi yang tidak dihuni oleh manusia sepanjang tempat itu penting artinya bagi kehidupan manusia.Bertitik tolak pada pemikiran itu studi geografi meluputi segala fenomena yang terdapat dipermukaan bumi, baik alam organik maupun alam   anorganik yang ada hubungannya dengan kehidupan manusia. gejala organik dan anorganik itu dianalisis peyebarannya, perkembangannya, interelasinya, dan interaksinya.Sebagai suatu bidang ilmu, geografi selalu melihat fenomena dalam konteks ruang secara keseluruhan. Gejala dalam ruang diperhatikan secara seksama. Perhatian itu dilakukan dengan selalu mengkaji faktor alam dan faktor manusia, dan keterkaitan keduanya yang membentuk integrasi keruangan di wilayah yang bersangkutan. Gejala – interelasi- interaksi – integrasi keruangan menjadi hakekat kerangka kerja utama geografi. Kerangka analisisnya selalu menggunakan pertanyaan geografi
            Berdasarkan dari hal yang telah dibahas dan diterangkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa geografi adalah bidang ilmu yang bersifat integratif yang mempelajari gejala gejala yang terjadi di muka bumi (dalam dimensi fisik dan dimensi manusia) dengan menggunakan perspektif keruangan (spatial perspective)Dengan demikian dapat dikatakan bahwa “aspek  keruangan”lah yang menjadi ciri pembeda bidang geografi dengan bidang ilmu lain.Menurut pengertian di atas maka tidaklah sukar untuk menjelaskan makna filosofis diagram Fenneman (Jensen, 1980 p.4) maupun diagram Haggett (2001 p. 766) yang pada prinsipnya menunjukkan keterkaitan dan pendekatan bidang kajian geografi dengan bidang kajian ilmu ilmu lainnya.  Gejala sosial yang berlangsung di muka bumi jika ditelaah melalui perspektif keruangan membentuk bidang kajian geografi sosial. Melalui proses yang sama lahir bidang kajian geografi ekonomi, geografi politik, geografi budaya dan lain lain. Bagian bidang ilmu alam seperti geologi difokuskan pada pengetahuan geomorfologi, klimatologi dari meteorologi, biogeografi dari biologi dan seterusnya.
B. Saran
           Menurut pengamatan dan observasi saya mengenai hakekat geografi , geogaraf dapat dikategorikan sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan, dan memiliki ciri” tertentu yang dapat dibedakan dengan disiplin ilmu lainnya . Geografi juga  Memiliki kaitan yang erat dengan ilmu ilmu alam , lainnya,
           Geografi yang dulunya pada masa lampau hanya berupa catatan perjalanan kini telah menjelma menjadi suatu disiplin ilmu yang sangat diperhitungkan dan sangat dibutuhkan keberadaannya. Dan apabila dikaitkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini, maka tidak menutup kemungkinan bahwa kedepannya geogarfi dapat lebih maju dan lebih benrkembang lagi.

No comments:

Post a Comment