A. Pengertian
Pengindraan Jauh (Indraja)
Pengindraan
jauh sering disingkat indraja. Menurut Lillesand dan Keifer,
indraja adalah ilmu atau teknik dan seni untuk mendapatkan informasi tentang
objek / wilayah / gejala dengan cara menganalisis data yang diperoleh dari
suatu alat tanpa berhubungan langsung dengan objek/ wilayah / gejala yang
sedang dikaji.
B. Komponen Indraja
Komponen-komponen
dalam indraja merupakan serangkaian objek yang saling berkaitan dan bekerja
sama secara terkoordinasi untuk melakukan pengindraan.
Rangkaian dalam
komponen indraja meliputi sumber tenaga, atmosfer, objek, sensor, wahana,
perolehan data, dan pengguna data.
- Sumber Tenaga
Sumber tenaga
dalam proses indraja terdiri atas tenaga alamiah dan tenaga buatan. Tenaga
alamiah adalah sinar matahari, sedangkan tenaga buatan adalah berupa gelombang
mikro (dari baterai / blitz dll). Fungsi tenaga tersebut adalah menyinari objek
permukaan bumi dan memantulkannya pada sensor.
- Atmosfer
Molekul-molekul
gas yang terdapat di dalam atmosfer tersebut dapat menyerap, memantulkan, dan
melewatkan radiasi elektromagnetik. Oleh karena itu, di dalam indraja terdapat
istilah jendela atmosfer, yaitu bagian spectrum gelombang
elektromagnetik yang dapat mencapai bumi. Dengan demikian keadaan atmosfer sangat
berpengaruh terhadap pancaran energi. Keadaan atmosfer dapat menghalangi
pancaran sumber tenaga ke muka bumi. Kondisi tersebut berarti menghalangi pula
interaksi antara tenaga dan objek.
- Interaksi Antara Tenaga dan Objek
Interaksi
antara tenaga dan objek dapat terlihat pada ronayang dihasilkan.
Tiap-tiap objek memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam memantulkan atau
memancarkan tenaga ke sensor. Objek yang mempunyai daya pantul tinggi akan
terlihat cerah pada citra, sedangkan objek yang daya pantulnya rendah akan
terlihat gelap pada citra. Contohnya, batu gamping yang mempunyai daya pantul
tinggi akan terlihat lebih cerah daripada batu granit yang mempunyai daya
pantul rendah.
- Sensor
a. Sensor
Sensor
merupakan alat pemantau yang dipasang pada wahana, baik pesawat maupun satelit.
Berdasarkan proses perekamannya, sensor dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
sensor fotografik dan sensor elektronik.
1) Sensor
fotografik merekam objek melalui proses kimiawi yang dapat dipasang pada
pesawat udara maupun satelit (menggunakan negatif film). Sensor fotografik itu
menghasilkan foto. Sensor fotografik yang dipasang pada pesawat udara
menghasilkan citra foto (foto udara), sedangkan jika dipasang pada
satelit menghasilkan citra satelit (foto satelit).
2) Sensor elektronik
merupakan sensor yang bekerja secara elektrik dalam bentuk sinyal. Sinyal
elektrik yang direkam pada pita magnetic selanjutnya dapat diproses menjadi
data visual atau digital dengan menggunakan computer. Sensor elektronik itu
menghasilkan citra indraja (lebih dikenal dengan sebutan citra).
- Wahana
Wahana adalah
kendaraan yang digunakan untuk membawa sensor guna mendapatkan data indraja.
Berdasarkan ketinggian peredaran dan tempat pemantulannya di angkasa, wahana
dapat di bedakan menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut.
1) Pesawat
terbang rendah sampai menengah, yaitu pesawat yang ketinggian pendaratannya
antara 1.000 m dan 9.000 m di atas permukaan bumi.
2) Pesawat
terbang tinggi, yaitu pesawat yang ketinggian peredarannya lebih dari 18.000 m
di atas permukaan bumi.
3) Satelit,
yaitu wahana dengan 900 km di atas permukaan bumi.
- Perolehan Data (citra)
Data indraja
diperoleh dengan cara manual atau dengan cara numeric (digital). Secara
manual dan diperoleh melalui interpretasi citra. Guna melakukan interpretasi
citra secara manual diperlukan alat Bantu yang dinamakan steroskop.
Steroskop dapat digunakan dengan menggunakan computer.
- Pengguna Data
Pengguna data
merupakan komponen yang penting dalam sistim indraja, yaitu orang atau lembaga yang
memanfaatkan informasi hasil indraja. Jika tidak ada pengguna, data indraja
tidak ada manfaatnya. Data indraja sangat bermanfaat untuk memperoleh data
special yang dapat digunakan dalam berbagai bidang. Oleh karena itu, kerincian,
keandalan dan kesesuaiannya terhadap kebutuhan pengguna sangat menentukan
diterima atau tidaknya data hasil indraja oleh pengguna.
C. Citra
Citra merupakan
gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor. Data indraja juga berupa data
visual yang pada umumnya dianalisis secara manual.
Data visual
dibedakan menjadi dua, yaitu data citra dan data noncitra. Data citra dalah
berupa gambaran yang mirip dengan wujud aslinya atau minimal berupa gambaran planimetri. Data
noncitra pada umumnya berupa garis atau grafik.
Citra indraja
adalah gambaran suatu gejala atau objek sebagai hasil rekaman dari sebuah
sensor, baik dengan cara optic, elekrooptik, maupun elektronik. Citra dibedakan
menjadi dua, yaitu citra foto (photographic image) atau foto udara dan
citra nonfoto (nonphotographic image)
1. Citra
Foto
Citra foto
adalah gambaran suatu gejala di permukaan bumi sebagai hasil pemotretan dengan
menggunakan kamera. Guna melakukan pemeotretan, kamera tersebut dipasang pada
wahana tertentu, contohnya layang - layang, balon udara, atau pesawat terbang.
Hasil pemotreran yang menggunakan wahana-wahana itu di sebut foto udara,
sedangkan apabila wahana yang digunakan adalah satelit hasilnya disebut foto
satelit.
Citra foto
dibedakan atas dasar spectrum elektromagnetik yang digunakan, posisi sumbu kamera,
sudut liputan kamera, jenis kamera, wahana yang digunakan, dan system
wahananya.
a. Spektrum
Elektromagnetik yang Digunakan
Berdasarkan
spectrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi 5 jenis,
yaitu sebagai berikut.
1) Citra
foto ultraviolet, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum
ultraviolet.
2) Citra
foto ortokromatik, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum
tampak dari warna biru hingga sebagian warna hijau.
3) Citra
foto pankromatik, yaitu citra foto yang dibuat demgan menggunakan seluruh
spektrum tampak.
4) Citra
inframerah asli, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum
inframerah.
5) Citra
foto inframerah modifikasi, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan
spectrum tampak dari warna merah dan sebagian warna hijau.
Dari kelima
jenis citra foto tersebut yang paling banyak penggunaannya dalam indraja sistim
fotografi adalah citra foto panakromatik.
b. Posisi
Sumbu Kamera
Berdasarkan
posisi sumbu kamera terhadap permukaan bumi citra foto dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu citra foto vertical dan citra foto condong.
1) Citra
foto vertikal, yaitu citra foto yang dibuat dengan posisi sumbu kamera tegak
lurus terhadap permukaan bumi. kemiringan sumbu kamera sebesar 10 -
40
2) Citra foto
condong, yaitu citra foto yang dibuat dengan posisi sumbu kamera miring,
umumnya membentuk sudut sebesar 100 atau lebih. Citra foto
condong dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut.
a) Citra
foto agak condong, yaitu apabila cakrawala tidak tergambar pada citra foto
b) Citra
foto sangat condong, yaitu apabila cakrawala tergambar tergambar pada citra
foto.
c. Sudut
Liputan Kamera
Berdasarkan
sudut liputan kamera, citra foto dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu sudut kecil,
sudut normal, sudut lebar, dan sudut sangat lebar.
Table, Jenis
Citra Foto Berdasarkan Sudut Liputan
Jenis Kamera
|
Sudut Liputan
|
Jenis Foto
|
Sudut kecil
(narrow angel)
|
<>0
|
Sudut kecil
|
Sudut normal
(normal angel)
|
600 – 750
|
Sudut normal/ sudut standar
|
Sudut lebar
(wide angel)
|
750 – 1000
|
Sudut lebar
|
Sudut sangat lebar
(super-wide angel)
|
> 1000
|
Sudut sangat lebar
|
d. Jenis
Kamera
Berdasarkan
kamera yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi dua jenis, yaitu citra foto
tunggal dan citra foto jamak.
1) Citra
foto tunggal, yaitu citra foto yang dibuat dengan kamera tunggal. Oleh karena
itu, setiap objek hanya tergambar dalam satu lembar foto.
2) Citra
foto jamak, yaitu citra foto yang dibuat pada saat yang sama dan menggambarkan
objek liputan yang sama. Foto jamak dibuat dengan 3 cara, yaitu sebagai
berikut.
a) Multikamera,
yaitu menggunakan beberapa kamera yang masing-masing diarahkan ke satu objek.
b) Kamera
multilensa, yaitu satu kamera dengan beberapa lensa.
c) Kamera
tunggal berlensa tunggal dengan pengurai warna.
e. Warna
yang Digunakan
Berdasarkan
warna yang digunakan, citra foto berwarna dibedakan menjadi 2, yaitu citra foto
warna asli (true color) dan citra foto warna semua (false color).
f. Sistem
Wahana
Berdasarkan
wahana yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu citra foto
udara dan citra foto satelit.
1) Citra
foto udara, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan wahana yang
bergerak di udara, contohnya laying-layang, balon udara, dan pesawat terbang.
2) Citra
foto satelit, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan wahana yang
bergerak di ruang angkasa, umumnya satelit.
2. Citra
Nonfoto
Citra nonfoto
adalah gambar atau citra tentang suatu objek yang dihasilkan oleh sensor bukan
kamera dengan cara memindai (scanning). Citra nonfoto dibedakan atas
dasar spectrum elektromagnetik yang digunakan, sensor yang digunakan, dan
wahana yang digunakan.
a. Spektrum
Elektromagnetik yang Digunakan
Berdasarkan
spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi 3
jenis, yaitu citra inframerahtermal, citra radar, dan citra gelombang mikro.
1) Citra
inframerah termal, yaitu citra yang dibuat dengan menggunkan spectrum
inframerah termal.
2) Citra
radar, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan spectrum gelombang mikro dan
sumber tenaga buatan.
3) Citra
gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan spectrum gelombang
mikro.
b. Sensor
yang Digunakan
Berdasarkan
sensor yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi 2, yaitu citra tunggal
dan citra multispektral.
1) Citra
tungal, yaitu citra yang dibuat dengan dengan menggunakan sensor tunggal.
2) Citra
multipektral, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan sensor saluran jamak.
c. Wahana
yang Digunakan
Berdasarkan
wahana yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi 2, yaitu citra
dirgantara dan citra satelit.
1) Citra
dirgantara, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan wahana yang beroperasi
di udara atau dirgantara
2) Citra
satelit, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan wahana yang beroperasi di
antariksa.
Tabel. PERBEDAAN
CITRA FOTO DENGAN CITRA NONFOTO
No
|
Variabel Pembeda
|
Jenis Citra
|
|
Citra Foto
|
Citra Nonfoto
|
||
1
|
Sensor
|
Kamera
|
Nomkamera, atas dasar pemindaian (scaning).
Kamera yang detektornya bukan film
|
2
|
Detektor
|
Film
|
Pita magnetic, termistor, foto konduktif, foto voltaic,
dan sebagainya
|
3
|
Proses perekaman
|
Fotografi/kimiawi
|
Elektronik
|
4
|
Mekanisme Perekaman
|
Serentak
|
Parsial
|
5
|
Spektrum Elektromagnetik
|
Tampak dan
Perluasannya
|
Tampak dan perluasannya, termal, serta gelombang mikro.
|
D. Interpretasi Citra
Interpretasi
citra adalah kegiatan menafsir, mengkaji, mengidentifikasi, dan mengenali objek
pada citra, selanjutnya menilai arti penting dari objek tersebut. Di dalam
interpretasi citra terdapat 2 kegiatan utama, yaitu pengenalan benda (objek)
dan pemanfaatan informasi.
Langkah-langkah
yang umum dilakukan untuk memperoleh data indraja adalah mendeteksi,
mengidentifikasi, dan menganalisis objek pada citra sehingga dapat bermanfaat
bagi berbagai bidang.
1. Unsur
Interpretasi Citra
Pengenalan
terhadap objek merupakan bagian penting dalam interpretasi citra. Oleh karena
itu, tanpa mengenal identitas dan jenis objek yang tergambar pada citra tidak
mungkin dapat melakukan analisis terhadap citra guna pemecahan suatu masalah.
Prinsip pengenalan objek pada citra didasarkan atas penyelidikan karakteristik
objek tersebut yang ada pada citra. Berbagai karakteristik untuk mengenali
objek pada citra disebut unsure interpretasi citra.
Tanpa 8 unsur
atau karakteristik interpretasi citra yang secara berurut atau bertingkat (hirarki),
yaitu rona dan warna, bentuk, ukuran, tektur, pola, bayangan, sertaasosiasi.
a. Rona
dan Warna
Rona adalah
tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek yang terdapat pada citra. Rona
suatu objek sangat dipengaruhi oleh cuaca, arah datang sinar Matahari, dan
waktu pemotretan. Oleh karena itu, rona berbeda sesuai sifat pantulan benda
(objek). Pada citra hitam putih tingkat kegelapan dari hitam ke putih atau
sebaliknya, sedangkan pada citra berwarna ada tingkat kegelapan pada setiap
warna.
b. Bentuk
Bentuk
mencerminkan konfigurasi atau kerangka objek, baik bentuk umum (shape)
maupun bentuk rinci (form) untuk mempermudah pengenalan benda. Contoh
pengenalan bentuk objek yang terdapat pada foto adalah sebagai berikut.
1) Stadion
olah raga pada umumnya berbentuk lingkaran atau pesegi panjang.
2) Bangunan
sekolah pada umumnya terlihat berbentuk seperti huruf I, U, L, atau persegi
panjang.
c. Ukuran
Termasuk dalam
unsur ukuran adalah jarak, luas, volume, ketinggian tempat, dan kemiringan.
Ukuran dapat mencirikan objek sehingga menjadi pembeda dengan objek sejenis
yang lain. Contohnya, ukuran rumah pemukiman berbeda dengan kantor atau daerah
industri. Ukuran objek yang ada pada foto udara dpat diketahui dengan
membandingkan skala foto udara.
d. Tekstur
Tekstur adalah
frekuensi perubahan atau pengulangan rona pada citra. Tekstur dibedakan menjadi
tiga tingkatan, yaitu halus, sedang, dan kasar. Contohnya, hutan bertekstur
kasar, belukar bertekstur sedang, sedangkan semak-semak bertekstur halus.
e. Pola
Pola adalah
kecenderungan bentuk suatu objek, misalnya pola aliran sugai, pola permukiman
penduduk, dan pola jaringan jalan. Contohnya, dalam pola aliran sungai dikenal
pola dendritik, sentrifungal, dan sentripetal, sedangkan pada pola permukiman
penduduk dikenal pola linier, bergerombol, dan menyebar.
f. Bayangan
Bayangan yang
berbentuk pada suatu objek sangat dipengaruhi oleh arah datangnya sinar
Matahari. Apabila pemotretan dilakukan pada pagi hari, bayangan objek ada di
sebelah barat. Apabila pemotretan dilakukan pada siang hari, bayangan objek
tidak tampak. Apabila pemotretan dilakukan pada sore hari, bayangan objek ada
di sebelah timur. Oleh karena itu, arah bayangan dapat digunakan untuk
menentukan arah orientasi foto udara.
g. Situs
Situs adalah
tempat kedudukan suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Situs bukan
merupakan ciri objek secara langsung, tetapi dalam kaitannya dengan lingkungan
sekitar. Contohnya, daerah persawahan terdapat di dataran rendah, sedangkan
permukiman penduduk biasanya memanjang mengikuti jalan, sungai, atau pantai.
h. Asosiasi
Asosiasi adalah
hubungan antara suatu objek dan objek lain di sekitarnya. Karena adanya
asosiasi itu, tampilan suatu objek pada citra sering merupakan petunjuk bagi
adanya objek yang lain. Misalnya, perkampungan biasanya dekat dengan jalan dan
lahan pekarangan yang ditumbuhi tanaman.
2. Teknik
Interpretasi Citra
Teknik
interpretasi citra adalah cara khusus untuk melaksanakan metode indraja secara
ilmiah. Teknik interpretasi citra terdiri atas cara-cara interpretasi dengan
mempertimbangakan kemudahan pelaksanaan interpretasi, akurasi hasil
interpretasi, atau jumlah informasi yang diperoleh
Cara-cara
interpretasi ilmiah tersebut terdiri atas data acuan, kunci
interpretasi citra, penanganan data, pengamatan stereoskopis, metode
pengkajian, dan penerapan konsep.
a. Data
Acuan
Citra
menyajikan gambaran lengakap yang mirip dengan wujud dan letak sebenarnya. Akan
tetapi, masih diperlukan data lain untuk lebih meyakinkan hasil iterpretasi.
Data lain ini disebut data acuan karena tidak diperoleh dari citra indraja.
Data acuan dapat berupa keputusan, peta, hasil kerja lapangan, atau data-data
lain yang sifatnya melengkapi data yang terdapat dalam citra. Oleh karena itu,
data acuan berguna untuk membantu proses interpretasi, analisis, dan verifikasi
hasilnya.
Meskipun citra
menyajikan gambaran lengkap, pada umumnya masih perlu dilakukan kegiatan
lapangan (observasi). Observasi tersebut dilakukan untuk menguji atau
meyakinkan kebenaran hasil interpretasi citra yang telah dilakukan. Observasi
atau uji medan (field check) perlu dilakukan terutama pada tempat-tempat
yang hasil interpretasinya meragukan.
Hasil
interpretasi citra yang memerlukan ujian medan antara lain dipengaruhi oleh
faktor-faktor berikut ini.
1) Kualitas
citra meliputi skala, sesolusi, dan informasi yang harus diinterpretasi.
2) Jenis
interpretasi atau analisisnya
3) Tingkat
ketelitian yang diharapkan
4) Pengalaman
dan pengetahuan pengguna dalam melakukan interpretasi
5) Kondisi
medan
6) Ketersediaan
data acuan
b. Kunci
Interpretasi
Kunci
interpretasi citra pada umumnya berupa potongan citra yang telah
diinterpretasi, diyakinkan kebenarannya, dan diberi keterangan. Keterangan itu
meliputi jenis objek yang digambarkan, unsur interpretasi, serta keterangan
tentang citra meliputi jenis, skala, waktu perekaman, dan lokasi.
c. Penanganan
Data
Data yang
tersimpan dalam citra perlu dijaga agar tidak menimbulkan goresan atau sampai
terhapus. Oleh karena itu, perlu penanganan yang hati-hati terhadap setiap
citra.
Cara sederhana
untuk mengatur citra dengan baik antara lain sebagai berikut.
1) Menyusun
citra tiap satuan perekaman atau pemotretan secara numerik
2) Menyusun
tumpukan citra sesuai dengan urutan interpretasi yang akan dilaksanakan dan
meletakkan penyekat di antaranya.
3) Menyusun
tumpukan citra sehingga menunjukan jalur terbang membentang dari kiri ke kanan
terhadap arah pengamat.
4) Meletakkan
citra pembanding di sebelah citra yang akan diinterpretasi.
5) Pada
saat citra dikaji, tumpukan menghadap ke bawah dalam urutannya.
d. Pengamatan
Stereoskopis
Pengamatan
stereoskopis adalah kegiatan menafsir citra dengan menggunakan alat bantu yang
dinamakan stereoskop. Salah satu syarat dapat dilakukannya pengamatan
stereoskopis adalah adanya daerah yang bertampalan. Pengamatan stereoskopis
pada citra yang bertampalan menimbulkan gambaran tiga dimensi. Jenis yang umum
untuk pengamatan stereoskopis adalah citra foto udara. Perwujudan tiga dimensi
pada citra foto udara memungkinkan adanya pengukuran beda tingi dan kemiringan
lereng sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan peta kontur.
e. Metode
Pengkajian
Metode
pengkajian adalah suatu cara yang bersistem dalam menelaah atau melakukan
penyelidikan terhadap objek. Interpretasi citra pada umumnya mengikuti metode
tertentu, yaitu dimulai dari pertimbangan yang bersifat umum ke objek khusus
yang belum diketahui. Perwujudan umum dapat diartikan sebagai perwujudan
regional, sedangkan perwujudan khusus dapat diartikan sebagai berwujudan local.
Secara umum ada
dua metode pengkajian dalam interpretasi citra. Pertama, melakukan pengamatan
ke seluruh wilayah disertai pengambilan data. Kedua, melakukan pengamatan ke
seluruh wilayah, tetapi data yang diambil hanya pada tempat-tempat tertentu.
f. Penerapan
Konsep
Cara perolehan
dan analisis data indraja dikenal dengankonsep multi, yaitu
multispektrum, multitingkat, multitemporal, multiarah, multipolarisasi, dan
multidisiplin.
1) Multispektrum,
yaitu interpretasi citra dan analisisnya dengan memanfaatkan banyaknya warna.
2) Multitingkat,
yaitu adanya perbedaan ketinggian terbang atau orbit wahana pada saat melakukan
indraja.
3) Multitemporal,
yaitu data suatu objek yang tergambar dalam citra menggambarkan kondisi
dan waktu perekaman yang berbeda-beda.
4) Multi
arah, yaitu posisi sensor yang dapat diatur ke segala arah dapat meningkatkan
kemampuan pengadaan data indraja, terutama di daerah tropika yang banyak
tertutup awan.
5) Multipolarisasi,
yaitu objek yang terekam oleh sensor mengikuti bidang horizontal atau vertical.
6) Multidisiplin,
yaitu data yang terdapat dalam citra dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keikmuan.
E.
Langkah-langkah untuk mendapatkan data indraja:
1. Deteksi
Mendeteksi
objek yang terekam pada foto udara maupun foto satelit
2. Identifikasi
Mengidentifikasi
objek berdasarkan :
a. ciri
spektral (ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga elektromagnetik
dengan benda).
b. ciri
spasial (ciri yang terkait dengan ruang misal bayangan, bentuk, asosiasi, pola,
bentuk dan ukuran).
c. ciri
temporal (ciri yang terkait dengan umur obyek dan waktu saat perekaman)
3. Pengenalan
Pengenalan
objek dilakukan untuk mengklasifikasikan objek yang tampak pada citra
berdasarkan pengetahuan tertentu.
4. Analisis
Analisis
bertujuan untuk mengelompokkan objek yagn mempunyai cirri-ciri yang sama.
5. Deduksi
Deduksi
merupakan pemrosesan citra berdasarkan objek yang terdapat pada citra kea rah
yang lebih khusus.
6. Klasifikasi
Klasifikasi
meliputi deskripsi dan pembatasan (delineasi) dari objek yang terdapat pada
citra.
7. Idealisasi
Idealisasi
merupakan penyajian hasil interpretasi citra ke dalam bentuk peta yang siap
pakai.
F. Manfaat
Indraja
Tujuan utama
indraja adalah merekam objek untuk mengumpulkan data sumber daya alam dan
lingkungan. Hingga saat ini indraja semakin banyak dimanfaatkan, antara lain
karena alas an-alasan berikut ini.
- Citra menggambarkan objek dipermukaan bumi dengan
wujud dan letak objek mirip yang sebenarnya, gambar relatif lengkap,
liputan daerah yang luas, dan sifat gambar yang permanen.
- citra tertentu dapat memberi gambar tiga dimensi
jika dilihat dengan menggunakan stereoskop. Gambar tiga dimensi itu sangat
menguntungkan, antara lain karena menyajikan model objek (medan) yang
jelas, relative lebih jelas, memungkinkan pengukuran beda tinggi,
memungkinkan pengukuran lereng, dan memungkinkan pengukuran volume.
- citra dapat menggambarkan benda yang tidak tampak
sehingga dimungkinkan pengenalan objeknya. Sebagai contoh adalah
terjadinya kebocoran pipa bawah tanah.
- citra dapat dibuat secara cepat meskipun pada daerah
yang sulit ditempuh melalui daratan, contohnya hutan, rawa, dan
pegunungan.
- citra sebagai satu-satunya cara untuk pemetaan
daerah bencana.
·
Menurut Lillesand
and Keifer (1979) Pengindraan jauh (remote sensing) adalah ilmu dan seni
untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena dengan
jalan analisis data yang diperoleh melalui alat perekam (sensor) yang
menggunakan gelombang elektromagnetik sebagai media perantaranya tanpa
menyentuh objek tersebut.
·
Menurut Lindgren (1985)
Pengindraan jauh yaitu berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis
informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus berbentuk radiasi
elektromagnetik yang dipantulkan atau di pancarkan dari permukaan bumi.
·
Menurut Curran (1985)
Pengindraan jauh adalah penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam
gambar lingkungan bumi yang dapat di interpretasikan sehingga menghasilkan
informasi yang berguna.
·
Secara
Umum Pengindraan Jauh adalah ilmu, teknik, dan seni yang digunakan untuk
memperoleh suatu informasi tentang objek, wilayah dan gejala di atas permukaan
bumi dengan cara menganalisa dengan menggunakan alat tanpa kotak langsung
(sensor).
Itulah sediki penjelasan mengenai Pengertian
Pengindraan Jauh atau Indraja
No comments:
Post a Comment