Sunday 23 March 2014

contoh Proposal seminar

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Danau merupakan ekosistem yang kompleks dan kegunaannya sangat vital bagi kehidupan manusia. Danau tempe merupakan sumber daya alam sulawesi selatan yang terletak di wilayah bagian tengah propinsi Sulawesi Selatan, sekitar 200 km disebelah timur laut ibukota Provinsi. Juga merupakan kekayaan nasionas terutama dengan fungsinya sebagai habitat yang khas bagi system biologi maupun system social yang kelangsungan hidupnya tergantung pada keberadaan danau ini.
Pada saat ini kondisi danau tempe sangat memprihatinkan , sebagai sumber hidup para nelayan yang berada disekitar danau atau tepatnya pada tiga kabupaten, yaitu; Kabupaten wajo, Kabupaten Soppeng, dan Kabupaten Sidrap semakin menurn. Keadaan ini terlihat dar hasil perkembangan produksi ikan danau tempe. Produksi ikan tahun 1948 sampai dengan tahun 1960 dapat menghasilkan sekitar 30.000 sampai 35.000 ton / tahun, namun akhir-akhir ini hanya mampu menghasilkan lebih kurang 17 ton/tahun. Penurunan produksi tersebut sangat sangat mempengaruhi prospek kehidupan nelayan.
Penyebab menurunnya produksi ikan di Danau Tempe ini ddikarenakan di danau ini telah terjadi pengendapan sedimen lebih kurang 10 cm/tahun . sedimen bersal dari sungai Bila yang mengalir dari arah utara, sungai Walanae dari arah selatan dan sungai lain yang berasal dari arah timur dan barat. Endapan tersebut secara alamiah akan mempengaruhi fungsi danau.
Masalah lain yang tejadi pada danau tempe  adalah pada musim penghujan, air danau akan meluap sekaligus menimbulkan banjir disekitar kawasan danau tempe.( Kab Sidrap, Kab Wajo, Kab Soppeng ), bahkan dapat menjangkau sebhagian Kab Bone yang berada disekitar teluk Bone. Kemudian pada musim kemarau air danau tempe sangat rendah sekali yaitu dapat mencapai 2 sampai 0,5 meter saja .
Oleh sebab itu untuk mempertahankan keberadaan danau Tempe sehingga produksi yang dicapai , misalnya produksi ikan dapat ditingkatkan, pendangkalan danau tempe dapat dicegah seminimal mungkin serta lahan pasang surut yang luas akan dapat dipakai sebagai lahan bercocok tanam, maka penulis merasa tertarik untuk mengkaji secara empiric mengenai penanganan pendangkalan danau tempe di Kabupaten Wajo.

B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat dikemukakan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:
1.         Faktor – factor apa yang menyebabkan terjadinya pendangkalan danau tempe di kabupaten wajo.
2.         Bagaimana penanganan pendangkalan danau tempe di Kabupaten Wajo
C.      Tujuan penelitian
Pada hakikatnya tujuan dari suatu penelitian adalah untuk menjawab sejumlah masalah yang terkandung dalam suatu penelitian tersebut. Untuk kepentingan itu, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.      untuk mengetahui faktor-faktor yang menybabkan terjadinya  pendangkalan danau tempe Kabupaten Wajo.
2.      untuk mengetahui bagaimana penanganan pendangkalan danau tempe di Kabupten Wajo 


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A.      Tinjauan Pustaka
Penanganan endankalan Danau Tempe merupakan upaya – upaya menanggulangi pendangkalan jangan selalu bertambah atau menanggulangi pendangkalan seminimal mungkin. Adapun terjadinya pendangkalan Danau Tempe disebabkan oleh berbagai hal yang saling berkait, yakni; (Rencana detail tata ruang kawasan Danau Tempe.Pemda Tingkat II Kabupaten Wajo, 1995 ).
Erosi Daerah Aliran Sungi ( DAS ) hulu yang sangat tinggi yang sedimentasinya dipercepat oleh gulma air, yang berakibat pada peningkatan areal  pasang surut yang sangat besar dan penyempitan perairan danau.
Dengan sempitnya perairan danau, fluktuasi air danau menjadi semakin besar dan berakibat pada tidak normalnya kondisi muka air Danau Tempe.
Adapun factor – factor yang mempengaruhi terjadinya erosi adalah :
1.  Iklim ,
Factor iklim yang berpengaruh terhadap erosi antara lain; Hujan. Temperature. Angin. Kelembaban dan radiasi matahari. Dari kelima factor iklim tersebut hujan merupakan factor terpnting. Hujan akan menimbulkan erosi jika intensitasnya cukup tinggi dan jatuhnya dalam waktu yang lama. Ukuran butir hujan juga  sangat berperan  dalan menentukan eerosi. Hal tersebut disebabkan kaerena dalam proses erosi, energi kinetik merupakan penyebab utama dalam menghancurkan agregat-agregat tanah. Besarnya energi kinetik hujan tergantung pada jumlah hujan
    Evans ( 1980 ) dalam utomo 1989, berpendapat bahwa interaksi antara butir butir hujan, kecepatan hujan, bentik butir, lamanya hujan dan kecepatan angin secara kolektif mempengaruhi kekuatan hujan untuk menimbulkan erosi. Kemampuan hujan untuk menyebabkan erosi disebut erosivitas.
                  Laju erosi juga sangat tergantung pada :
1.   kethanann tanah terhadap daya rusak dari luar, baik oleh prmukaan air hujan maupun limpasan pembukaan;
2,   kemampuan tanah yang menyerap air hujan
             yang terakhir ini akan menentukan volume limpasan permukaan mengikis dan mengankut hancuran tanah.
2.      Tanah,
adapun sifat – sifat tanah yang mempengaruhi erosi dalam Utomo1989, adalah Tekstur, Struktur, bahan organik sifat lapisan bawah dan tingkat kesuburan tanah. Tanah berterstur kasar mempunyai kapasitas infiltrasi yang tinggi; sedangkan tanah uyang bertekstur halus mempunyai kapasitas infiltrasi yang kecil sehingga dengan curah hujan yang cukup rendahpun akan menimbulkan limpasan permukaan.
Struktur tanah yang mantap tahan terhadap pemecahan agregat, dimana tanah tanah yang demikian akan tetap porus dan mempunyai kecepatan infiltrasi yang tinggi. Dalam keadaan ini distribusi ukuran partikel, kejenuhan basa dan kation yangf diabsorbsi, mineral liat dan bahan organic, disamping dapat memperlambat pengukuran air dan limpasan permukaan juga dapat meningkatkan serta memantapkan agregat tanah.
3.      Topografi
Topografi berperan dalam menentukan kecepatan dan volume limpasan permukaan. Dua unsure topografi yang berperan terhadap erosi adalah panjang lereng dan kemiringan lereng ( Arsyad, 1983 ) dalam utomo 1989. unsure lain yang mungkin berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman, dan arah lereng.
Semakin panjang lereng, maka volume kelebihan air yang berakumulasi diatasnya menjadi lebih besar dan kemudian semua akan turun dengan volume dan kecepatan yang meningkat. Pengaruh panjang lereng menurut pakar sangat bervariasi, tergantung keadaan tanahnya. Pengamatan dijalan menunjukkan bahwa kemiringan lereng lebih penting dari pada panjang lereng, karena pergerakan air serta kemampuannya memecahkan dan membawa partikel tanah akan bertambah dengan bertambahnya sudut ketajaman lereng. Pendapat ini telah telah dibuktikan oleh Abujamin dan Soewarjo,( 1979 ) dalam utomo 1989, yang mengemukakan bahwa semakin besar kemiringan lereng maka erosi yang terjadi lebih besar.
Menurut Arsyad ( 1983 ) dalam Utomo 1989, tanah di bagian bawah lereng mengalami erosi yang lebih besar daripada di bagian atas lereng, karena semakin ke bawah air yang terkumpul semakin banyak dan kecepatan aliran juga meningkat, sehingga daya mengerosiny besar.
4.      Vegetasi
Vegetasi mempengaruhi erosi karena vegetasi melindungi tanah terhadap kerusakan tanah oleh butir-butir hujan. Pada dasarnya tanaman mampu mempengaruhi erosi karena adanya :
·         Intersepsi air hujan oleh tajuk dan absorsi melalui energi air hujan, sehingga memperkecil erosi;
·         Pengruh terhadap struktur tanah melalui penyebaran akar – akarnya ;
·         Pengaruh terhadap limpasan permukaan;
·         Peningkatan aktivitas biologi dalam tanah; dan
·         Peningkatan kecepatan kehilangan air karena transpirasi.
Pengruh vegetasi tersebut berbeda – beda tergantung pada jenis tanaman, perakaran, tinggi tanaman, tajuk dan tingkat pertumbuhan dan musim. Arsyad ( 1983 ) dalam Utomo 1989. mengemukakan bahwa dengan adanya vegetasi penutup tanah yang baik, seperti rumput yang tebal dan hutan yang lebat dapat menghilangkan pengaruh topografi terhadap erosi. Tanaman yang menutup permukaan tanah secara rapat tidak saja memperlambat limpasan, tetapi juga menghambat pengangkutan partikel tanah.
Perakaran tanaman dapat berperan sebagai pemantap agregat dan memperbesar porositas tanah. Dengan demikian tanah akan perakaran banyak dan akan menetukan jumlah air yang diserap dalam tanah tergantung dari kemampuan akar untuk menembus lapisan tanah, sehingga merupakan factor penunjang yang penting hubungannya dengan pengendalian erosi.
5.      Praktek Konsevasi.
Pada akhirnya manusialah yang menentukan apakah tanah yang diusahakan akan rusak atau tidak berproduksi atau justru menjadi baik, perbuatan manusia yang mengelolah tanahnya dengan cara yang salah telah menyebabkan intensitas erosi semakin meningkat. Misalnya pembukaan hutan, pembukaan areal lain untuk tanaman, perladangan dan lain sebagainya. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri sebagai manusia tidak bersedia untuk merubah sikap dan tindakannya sebagai mana mestinya, demi mencegah atau menekan laju erosi. Oleh karena itu factor kegiatan manusia memegang peranan penting terutama dalam usaha-usaha pencegahan erosi, sebab manusia dapat memperlakukan factor-faktor penyebab erosi lainnya kecuali Iklim ( Utomo, 1980 )




B.        Kerangka Berfikir
Penduduk desa di sekitar Danau Tempe umumnya sudah mengetahui bahwa Danau Tempe adalah timbunan Lumpur. Hal ini bukan sesuatu yang baru, James Brooke ( Eksploter/pengekplotir ) dalam RDTR Kawasan Danau Tempe, 1995 telah mengobsesi fenomena ini pada tahun 1940 dan sesungguhnya, penimbunan Lumpur ini sudah menjadi ketentuan nasib yang pasti terjadi untuk semua danau-danau  ( dataran banjir ). Pendangkalan Danau Tempe-pun tidak dapat dicegah, yang harus dilakukan adalah menanggulangi pendangkalan itu jangan selalu bertambah.
Pada dasarnya pengendalian erosi adalah pengelolaan factor-faktor penyebab erosi, sehingga laju erosi dapat ditekan kesuatu tingkatan yang tidak merugikan. Oleh karena factor iklim tidak dapat di atur dan tanah relatif sulit untuk dikelola, maka dalam pengendalian erosi yang dapat dikerjakan adalah pengaturan topografi melalui pengelolaan bentuk lahan dan tanaman.
Adapun cara mengurangi proses erosi, antara lain:
·         Cara vegetatif, yaitu melaksanakan penghijauan dan reboisasi sebagai upaya Pengelolaan Derah Aliran Sungai ( DAS ) yang mempunyai tujuan umum :
a.       Terkendalinya erosi dan banjir
b.      Menigkatnya pendapatan petani melalui peningkatan produktifitas lahannya
c.       Terciptanya sikap mental petani sebagi pelestari sumber daya alam ,misalnya; Hutan, Tanah , dan Air
·         Cara teknik sipil, meliputi pembuatan teras, DAM penghambat (Check dam), untuk mengurangi kecepatan aliran air.
·         Membendung alur – alur sungai
·         Pembuatan kanal.


Sedangkan pengelolaan pendaya gunaan ekosistem danau secara terpadu, yaitu dengan cara menerapkan program konsevasi ,seperti:
·         Perlindungan terhadap system penyangga kehidupan dengan menjamin terpeliharanya proses ekologis bagi kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat
·         Pengawetan keaneka ragaman sumber plasma nutfah dengan menjamin sumber genetic dan ekosistemnya bagi kepentingan umat manusia.
·         Pelestarian pemanfaatan baik jenis maupun ekosistem dengan mengatur dan mengendalikan cara-cara pemanfaatan yang lebih bijaksana sehingga diperoleh manfaat yang optimal dan yang berkesinambungan .
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka berfikir berikut:












 




















BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Variable dan Desain Peneliitan
  1. Variabel Penelitian
Secara sederhana variabel dapat  diartikan sebagai obejk peneleitian yang diukur. Singarimbun (1989 :9) memberikan defenisi tentang variabel yaitu :konsep yang diberikan lebih dari satu nilai pokok variabel dapat membentuk variabel deskrip (deskrete) atau variabel bersambung (continues).
Sejalan dengan itu Arikunto (1979 :9)memberikan defenisi singkat tentanng variabel yaitu objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
Dari batas diatas maka variabel adalah suatu gejala, individu, atau objek yang mempunyai cicri-ciri tertentu yang dapat diukur atau dinilai dengan menganalisa gejala, objek atau individu tersebut, dalam kaitantannya dengan kaitannya dengan penelitian ini maka variabelnya meliputi nerosi yang dipengaruhi oleh iklim yaitu curah hujan, tanah, topogarfi dalam hak ini kemiringan lereng, vegetasi, perbuatan manusia dalam praktek konservasi, sediment dan kegiatan masyarakat.
  1. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif yang berusaha menggambarkan secara rinci variabel-variabel penelitian dan keterkaitan antara satu dengan yang lainnya sehingga dapat menjawab permasalahan-permasalahan pokok. Oleh sebab itu untuk mengarahkan penelitian ini maka dapat diperlukan untuk menyusun desain penelitian yang menjadi setting penelitian.
Adapun desain penelitian ini adalah mencakup hal-hal berikut : untuk menjawab permasalah pertama factor penyebab terjadinya pendakalan Danau Tempe di Kabupaten Wajo dapat dijawab dengan menganalisis factor yang mempengaruhi terjadinya erosdi yang terjadi dari iklim dalam hal ini curah hujan, tanah, topografi yaitu kemiringan lereng, tutupan vegetasi, perbuatan manusia termasuk mata pencaharian. Begitu pula dengan permasalahan kedua yaitu penangana pendangkalan Danau Tempe di Kabupaten Wajo, dapat ndijawab dengan mengadakan observasi langsung di llokasi penelitian. desain penelitian disusun sedemikian rupa dengan maksud untuk membatasi ruang ruang lingkup variablel lain yang ikut mempengruhi penelitian ini, maka disusun desain penelitian berikut ini :
Sebagai langkah awal dalam penelitian adalah megidentifikasi masalah kemudian merumuskannya, masalah-masalah yang dirumuskan tersebut selanjutnya dibuatkan kerangka konseptual berdasarkan kajian teori yang berkaitan dengan masalah tersebut. Langkah selanjutnya menentuakan variabel yang masuk dalam rumusan masalah dan diedintifikasi secara oprasional untuk menetapkan konsep dasar pengukurannya. Setelah itu ditentukan prosedur dan teknik pengumpulan dan analisis data.
Pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan cara memploting gejala-gejala lapangan denagn menggunakan peta data lokasi yang akan diteliti, untuk kelengkapan data dilakukan juga teknik kepustakaan, dokumentasi dan wawancara langsung denagn pihak yang berkompoten dalam penelitian ini. Dari data yang dikumpulkan denngan cara mengunakan beberapa teknik pengumpulan data diatas berikut ini dilakukan rancangan data sesuai analaisis dalam penelitian ini. Rancangan penelitian ini menggunakan analisis deskriptif.
B.     Defenisi Oprasional Variabel
Untuk lebih menperjelas ruang lingkup variabel penelitian, maka akan dikemukakan defenisi oprasional variabel sebagai berikut :



1.      Erosi
Erosi adalah suatu peristiwa hilang atau berkikisnya tanah atau bagian tanah dari suatu yang terangkut ketempat yang lain, baik desebabkan oleh pegerakan air, ataupun angin (Arsyad, 1983) dalam Utomo 1989. Erosi dapat disebabkan pengikisan atau kelongsoran sesungguhnya merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan atau kekuatan air dan angin baik berlangsung secarah alamiah ataupun sebagai akibat tindakan perbuatan manusia.

2.      Sedimen
Yang dimaksud sediment  yaitu pengendapan butir-butir  tanah yang telah dihanyutkan atau terangkut pada tempat-tempt yang lebih rendah dan sungai-sunagi atau waduk.

3.      Kegiatan Masyrakat
Kegiatan masyarakat menyangkut aktifuitas masyarakat di sekitar Danau Tempe termasuk mata pencaharian.
C.    Prosedur Pelaksanaan
  1. Sasaran Peneitian
Sasaran atau objek penelitian ini adalah  kawasan Danau Tempe dan sekitarnya yang termasuk wilayah Kecamatan Tempe, dengan luas wilayah danau yang terendam yaitu ditentukan dengan ketinggian air pada titik elevasi 6,0  m yaitu 12.178 ha. Adapun urutan kegiatan dalam penelitia ini adalah sebagai berikut :
-          Tahap Persiapan yaitu  : pengumpulan buku-buku teori yang relevan dengan peneitian ini
-          Tahap pelaksanaan  yaitu : mengumpoulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, kemudian mengadakan wawancara dengan pihak yang berkompoten dalam penelitian ini dan mengadakan observasi langsung di lapangan.
-          Tahap pelaporan yaitu : melaporkan penelitian inidalam bentuk laporan praktek lapang
  1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian direncanakan selama kurang lebih tiga bulan yaitu bulan Mei sampai dengan Juli 2000


D.    Teknik Analisis Data
  1. Analisis deskriptif
Jenis daa yang diporoleh baik data primer maupun data sekunder diolah dan dianalisis dalam bentuk gambaran umum (deskrioptif kualitatif).
  1. Analisis Kartografis
Pengumpulan data dengan melakukan ploting peta dasar menghasilkan peta administratif Kecamata Tempa, peta lokasi penelitian, peta kemiringan lereng, peta tataguna lahan, peta daerah genangan banjir wilayah kawasn Danau Tempe.








No comments:

Post a Comment