BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Danau merupakan ekosistem yang kompleks dan
kegunaannya sangat vital bagi kehidupan manusia. Danau tempe merupakan sumber
daya alam sulawesi selatan yang terletak di wilayah bagian tengah propinsi
Sulawesi Selatan, sekitar 200 km disebelah timur laut ibukota Provinsi. Juga
merupakan kekayaan nasionas terutama dengan fungsinya sebagai habitat yang khas
bagi system biologi maupun system social yang kelangsungan hidupnya tergantung
pada keberadaan danau ini.
Pada saat ini kondisi danau tempe sangat
memprihatinkan , sebagai sumber hidup para nelayan yang berada disekitar danau
atau tepatnya pada tiga kabupaten, yaitu; Kabupaten wajo, Kabupaten Soppeng,
dan Kabupaten Sidrap semakin menurn. Keadaan ini terlihat dar hasil perkembangan
produksi ikan danau tempe. Produksi ikan tahun 1948 sampai dengan tahun 1960
dapat menghasilkan sekitar 30.000 sampai 35.000 ton / tahun, namun akhir-akhir
ini hanya mampu menghasilkan lebih kurang 17 ton/tahun. Penurunan produksi
tersebut sangat sangat mempengaruhi prospek kehidupan nelayan.
Penyebab menurunnya produksi ikan di Danau Tempe ini
ddikarenakan di danau ini telah terjadi pengendapan sedimen lebih kurang 10
cm/tahun . sedimen bersal dari sungai Bila yang mengalir dari arah utara,
sungai Walanae dari arah selatan dan sungai lain yang berasal dari arah timur
dan barat. Endapan tersebut secara alamiah akan mempengaruhi fungsi danau.
Masalah lain yang tejadi pada danau tempe adalah pada musim penghujan, air danau akan
meluap sekaligus menimbulkan banjir disekitar kawasan danau tempe.( Kab Sidrap,
Kab Wajo, Kab Soppeng ), bahkan dapat menjangkau sebhagian Kab Bone yang berada
disekitar teluk Bone. Kemudian pada musim kemarau air danau tempe sangat rendah
sekali yaitu dapat mencapai 2 sampai 0,5 meter saja .
Oleh sebab itu untuk mempertahankan keberadaan danau
Tempe sehingga produksi yang dicapai , misalnya produksi ikan dapat
ditingkatkan, pendangkalan danau tempe dapat dicegah seminimal mungkin serta
lahan pasang surut yang luas akan dapat dipakai sebagai lahan bercocok tanam,
maka penulis merasa tertarik untuk mengkaji secara empiric mengenai penanganan
pendangkalan danau tempe di Kabupaten Wajo.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat
dikemukakan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:
1.
Faktor – factor apa yang
menyebabkan terjadinya pendangkalan danau tempe di kabupaten wajo.
2.
Bagaimana penanganan
pendangkalan danau tempe di Kabupaten Wajo
C.
Tujuan penelitian
Pada hakikatnya tujuan dari suatu penelitian adalah untuk
menjawab sejumlah masalah yang terkandung dalam suatu penelitian tersebut.
Untuk kepentingan itu, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
untuk mengetahui faktor-faktor
yang menybabkan terjadinya pendangkalan
danau tempe Kabupaten Wajo.
2.
untuk mengetahui bagaimana
penanganan pendangkalan danau tempe di Kabupten Wajo
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A.
Tinjauan Pustaka
Penanganan endankalan Danau Tempe merupakan upaya –
upaya menanggulangi pendangkalan jangan selalu bertambah atau menanggulangi pendangkalan
seminimal mungkin. Adapun terjadinya pendangkalan Danau Tempe disebabkan oleh
berbagai hal yang saling berkait, yakni; (Rencana detail tata ruang kawasan
Danau Tempe.Pemda Tingkat II Kabupaten Wajo, 1995 ).
Erosi Daerah Aliran Sungi ( DAS ) hulu yang sangat
tinggi yang sedimentasinya dipercepat oleh gulma air, yang berakibat pada
peningkatan areal pasang surut yang
sangat besar dan penyempitan perairan danau.
Dengan sempitnya perairan danau, fluktuasi air danau
menjadi semakin besar dan berakibat pada tidak normalnya kondisi muka air Danau
Tempe.
Adapun factor – factor yang mempengaruhi terjadinya
erosi adalah :
1.
Iklim ,
Factor iklim yang berpengaruh terhadap erosi antara
lain; Hujan. Temperature. Angin. Kelembaban dan radiasi matahari. Dari kelima
factor iklim tersebut hujan merupakan factor terpnting. Hujan akan menimbulkan
erosi jika intensitasnya cukup tinggi dan jatuhnya dalam waktu yang lama.
Ukuran butir hujan juga sangat berperan dalan menentukan eerosi. Hal tersebut
disebabkan kaerena dalam proses erosi, energi kinetik merupakan penyebab utama dalam
menghancurkan agregat-agregat tanah. Besarnya energi kinetik hujan tergantung
pada jumlah hujan
Evans ( 1980
) dalam utomo 1989, berpendapat bahwa interaksi antara butir butir hujan,
kecepatan hujan, bentik butir, lamanya hujan dan kecepatan angin secara
kolektif mempengaruhi kekuatan hujan untuk menimbulkan erosi. Kemampuan hujan
untuk menyebabkan erosi disebut erosivitas.
Laju
erosi juga sangat tergantung pada :
1. kethanann
tanah terhadap daya rusak dari luar, baik oleh prmukaan air hujan maupun
limpasan pembukaan;
2, kemampuan tanah yang
menyerap air hujan
yang terakhir ini
akan menentukan volume limpasan permukaan mengikis dan mengankut hancuran
tanah.
2.
Tanah,
adapun sifat – sifat tanah yang mempengaruhi erosi
dalam Utomo1989, adalah Tekstur, Struktur, bahan organik sifat lapisan bawah
dan tingkat kesuburan tanah. Tanah berterstur kasar mempunyai kapasitas
infiltrasi yang tinggi; sedangkan tanah uyang bertekstur halus mempunyai
kapasitas infiltrasi yang kecil sehingga dengan curah hujan yang cukup
rendahpun akan menimbulkan limpasan permukaan.
Struktur tanah yang mantap tahan terhadap pemecahan
agregat, dimana tanah tanah yang demikian akan tetap porus dan mempunyai
kecepatan infiltrasi yang tinggi. Dalam keadaan ini distribusi ukuran partikel,
kejenuhan basa dan kation yangf diabsorbsi, mineral liat dan bahan organic,
disamping dapat memperlambat pengukuran air dan limpasan permukaan juga dapat
meningkatkan serta memantapkan agregat tanah.
3.
Topografi
Topografi berperan dalam menentukan kecepatan dan
volume limpasan permukaan. Dua unsure topografi yang berperan terhadap erosi
adalah panjang lereng dan kemiringan lereng ( Arsyad, 1983 ) dalam utomo 1989.
unsure lain yang mungkin berpengaruh adalah konfigurasi, keseragaman, dan arah
lereng.
Semakin panjang lereng, maka volume kelebihan air yang
berakumulasi diatasnya menjadi lebih besar dan kemudian semua akan turun dengan
volume dan kecepatan yang meningkat. Pengaruh panjang lereng menurut pakar
sangat bervariasi, tergantung keadaan tanahnya. Pengamatan dijalan menunjukkan
bahwa kemiringan lereng lebih penting dari pada panjang lereng, karena
pergerakan air serta kemampuannya memecahkan dan membawa partikel tanah akan
bertambah dengan bertambahnya sudut ketajaman lereng. Pendapat ini telah telah
dibuktikan oleh Abujamin dan Soewarjo,( 1979 ) dalam utomo 1989, yang
mengemukakan bahwa semakin besar kemiringan lereng maka erosi yang terjadi
lebih besar.
Menurut Arsyad ( 1983 ) dalam Utomo 1989, tanah di
bagian bawah lereng mengalami erosi yang lebih besar daripada di bagian atas
lereng, karena semakin ke bawah air yang terkumpul semakin banyak dan kecepatan
aliran juga meningkat, sehingga daya mengerosiny besar.
4.
Vegetasi
Vegetasi mempengaruhi erosi karena vegetasi melindungi
tanah terhadap kerusakan tanah oleh butir-butir hujan. Pada dasarnya tanaman
mampu mempengaruhi erosi karena adanya :
·
Intersepsi air hujan oleh tajuk
dan absorsi melalui energi air hujan, sehingga memperkecil erosi;
·
Pengruh terhadap struktur tanah
melalui penyebaran akar – akarnya ;
·
Pengaruh terhadap limpasan
permukaan;
·
Peningkatan aktivitas biologi
dalam tanah; dan
·
Peningkatan kecepatan
kehilangan air karena transpirasi.
Pengruh vegetasi tersebut berbeda – beda tergantung
pada jenis tanaman, perakaran, tinggi tanaman, tajuk dan tingkat pertumbuhan
dan musim. Arsyad ( 1983 ) dalam Utomo 1989. mengemukakan bahwa dengan adanya
vegetasi penutup tanah yang baik, seperti rumput yang tebal dan hutan yang
lebat dapat menghilangkan pengaruh topografi terhadap erosi. Tanaman yang
menutup permukaan tanah secara rapat tidak saja memperlambat limpasan, tetapi
juga menghambat pengangkutan partikel tanah.
Perakaran tanaman dapat berperan sebagai pemantap
agregat dan memperbesar porositas tanah. Dengan demikian tanah akan perakaran
banyak dan akan menetukan jumlah air yang diserap dalam tanah tergantung dari
kemampuan akar untuk menembus lapisan tanah, sehingga merupakan factor
penunjang yang penting hubungannya dengan pengendalian erosi.
5.
Praktek Konsevasi.
Pada akhirnya manusialah yang menentukan apakah tanah
yang diusahakan akan rusak atau tidak berproduksi atau justru menjadi baik,
perbuatan manusia yang mengelolah tanahnya dengan cara yang salah telah
menyebabkan intensitas erosi semakin meningkat. Misalnya pembukaan hutan,
pembukaan areal lain untuk tanaman, perladangan dan lain sebagainya. Kenyataan
ini tidak dapat dipungkiri sebagai manusia tidak bersedia untuk merubah sikap
dan tindakannya sebagai mana mestinya, demi mencegah atau menekan laju erosi.
Oleh karena itu factor kegiatan manusia memegang peranan penting terutama dalam
usaha-usaha pencegahan erosi, sebab manusia dapat memperlakukan factor-faktor
penyebab erosi lainnya kecuali Iklim ( Utomo, 1980 )
B.
Kerangka Berfikir
Penduduk desa di sekitar Danau Tempe umumnya sudah
mengetahui bahwa Danau Tempe adalah timbunan Lumpur. Hal ini bukan sesuatu yang
baru, James Brooke ( Eksploter/pengekplotir ) dalam RDTR Kawasan Danau Tempe,
1995 telah mengobsesi fenomena ini pada tahun 1940 dan sesungguhnya, penimbunan
Lumpur ini sudah menjadi ketentuan nasib yang pasti terjadi untuk semua
danau-danau ( dataran banjir ).
Pendangkalan Danau Tempe-pun tidak dapat dicegah, yang harus dilakukan adalah
menanggulangi pendangkalan itu jangan selalu bertambah.
Pada dasarnya pengendalian erosi adalah pengelolaan
factor-faktor penyebab erosi, sehingga laju erosi dapat ditekan kesuatu
tingkatan yang tidak merugikan. Oleh karena factor iklim tidak dapat di atur
dan tanah relatif sulit untuk dikelola, maka dalam pengendalian erosi yang dapat
dikerjakan adalah pengaturan topografi melalui pengelolaan bentuk lahan dan
tanaman.
Adapun cara mengurangi proses erosi, antara lain:
·
Cara vegetatif, yaitu
melaksanakan penghijauan dan reboisasi sebagai upaya Pengelolaan Derah Aliran
Sungai ( DAS ) yang mempunyai tujuan umum :
a.
Terkendalinya erosi dan banjir
b.
Menigkatnya pendapatan petani
melalui peningkatan produktifitas lahannya
c.
Terciptanya sikap mental petani
sebagi pelestari sumber daya alam ,misalnya; Hutan, Tanah , dan Air
·
Cara teknik sipil, meliputi pembuatan
teras, DAM penghambat (Check dam), untuk mengurangi kecepatan aliran air.
·
Membendung alur – alur sungai
·
Pembuatan kanal.
Sedangkan pengelolaan pendaya gunaan ekosistem danau
secara terpadu, yaitu dengan cara menerapkan program konsevasi ,seperti:
·
Perlindungan terhadap system
penyangga kehidupan dengan menjamin terpeliharanya proses ekologis bagi
kelangsungan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat
·
Pengawetan keaneka ragaman
sumber plasma nutfah dengan menjamin sumber genetic dan ekosistemnya bagi
kepentingan umat manusia.
·
Pelestarian pemanfaatan baik
jenis maupun ekosistem dengan mengatur dan mengendalikan cara-cara pemanfaatan
yang lebih bijaksana sehingga diperoleh manfaat yang optimal dan yang
berkesinambungan .
Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka berfikir berikut:
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Variable dan Desain
Peneliitan
- Variabel Penelitian
Secara sederhana variabel dapat diartikan sebagai obejk peneleitian yang
diukur. Singarimbun (1989 :9) memberikan defenisi tentang variabel yaitu
:konsep yang diberikan lebih dari satu nilai pokok variabel dapat membentuk
variabel deskrip (deskrete) atau
variabel bersambung (continues).
Sejalan dengan itu Arikunto (1979 :9)memberikan
defenisi singkat tentanng variabel yaitu objek penelitian atau apa yang menjadi
titik perhatian suatu penelitian.
Dari batas diatas maka variabel adalah suatu gejala,
individu, atau objek yang mempunyai cicri-ciri tertentu yang dapat diukur atau
dinilai dengan menganalisa gejala, objek atau individu tersebut, dalam
kaitantannya dengan kaitannya dengan penelitian ini maka variabelnya meliputi
nerosi yang dipengaruhi oleh iklim yaitu curah hujan, tanah, topogarfi dalam
hak ini kemiringan lereng, vegetasi, perbuatan manusia dalam praktek
konservasi, sediment dan kegiatan masyarakat.
- Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif yang berusaha
menggambarkan secara rinci variabel-variabel penelitian dan keterkaitan antara
satu dengan yang lainnya sehingga dapat menjawab permasalahan-permasalahan
pokok. Oleh sebab itu untuk mengarahkan penelitian ini maka dapat diperlukan
untuk menyusun desain penelitian yang menjadi setting penelitian.
Adapun desain penelitian ini adalah mencakup hal-hal
berikut : untuk menjawab permasalah pertama factor penyebab terjadinya
pendakalan Danau Tempe di Kabupaten Wajo dapat dijawab dengan menganalisis
factor yang mempengaruhi terjadinya erosdi yang terjadi dari iklim dalam hal
ini curah hujan, tanah, topografi yaitu kemiringan lereng, tutupan vegetasi,
perbuatan manusia termasuk mata pencaharian. Begitu pula dengan permasalahan
kedua yaitu penangana pendangkalan Danau Tempe di Kabupaten Wajo, dapat ndijawab
dengan mengadakan observasi langsung di llokasi penelitian. desain penelitian
disusun sedemikian rupa dengan maksud untuk membatasi ruang ruang lingkup
variablel lain yang ikut mempengruhi penelitian ini, maka disusun desain
penelitian berikut ini :
Sebagai langkah awal dalam penelitian adalah
megidentifikasi masalah kemudian merumuskannya, masalah-masalah yang dirumuskan
tersebut selanjutnya dibuatkan kerangka konseptual berdasarkan kajian teori
yang berkaitan dengan masalah tersebut. Langkah selanjutnya menentuakan
variabel yang masuk dalam rumusan masalah dan diedintifikasi secara oprasional
untuk menetapkan konsep dasar pengukurannya. Setelah itu ditentukan prosedur
dan teknik pengumpulan dan analisis data.
Pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan cara
memploting gejala-gejala lapangan denagn menggunakan peta data lokasi yang akan
diteliti, untuk kelengkapan data dilakukan juga teknik kepustakaan, dokumentasi
dan wawancara langsung denagn pihak yang berkompoten dalam penelitian ini. Dari
data yang dikumpulkan denngan cara mengunakan beberapa teknik pengumpulan data
diatas berikut ini dilakukan rancangan data sesuai analaisis dalam penelitian
ini. Rancangan penelitian ini menggunakan analisis deskriptif.
B. Defenisi Oprasional
Variabel
Untuk lebih menperjelas ruang lingkup variabel
penelitian, maka akan dikemukakan defenisi oprasional variabel sebagai berikut
:
1.
Erosi
Erosi adalah suatu peristiwa hilang atau berkikisnya
tanah atau bagian tanah dari suatu yang terangkut ketempat yang lain, baik desebabkan
oleh pegerakan air, ataupun angin (Arsyad, 1983) dalam Utomo 1989. Erosi dapat
disebabkan pengikisan atau kelongsoran sesungguhnya merupakan proses
penghanyutan tanah oleh desakan atau kekuatan air dan angin baik berlangsung
secarah alamiah ataupun sebagai akibat tindakan perbuatan manusia.
2.
Sedimen
Yang dimaksud sediment yaitu pengendapan butir-butir tanah yang telah dihanyutkan atau terangkut
pada tempat-tempt yang lebih rendah dan sungai-sunagi atau waduk.
3.
Kegiatan Masyrakat
Kegiatan masyarakat menyangkut aktifuitas masyarakat di sekitar
Danau Tempe termasuk mata pencaharian.
C. Prosedur Pelaksanaan
- Sasaran Peneitian
Sasaran atau objek penelitian ini adalah kawasan Danau Tempe dan sekitarnya yang
termasuk wilayah Kecamatan Tempe, dengan luas wilayah danau yang terendam yaitu
ditentukan dengan ketinggian air pada titik elevasi 6,0 m yaitu 12.178 ha. Adapun urutan kegiatan
dalam penelitia ini adalah sebagai berikut :
-
Tahap Persiapan yaitu : pengumpulan buku-buku teori yang relevan
dengan peneitian ini
-
Tahap pelaksanaan yaitu : mengumpoulkan data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini, kemudian mengadakan wawancara dengan pihak yang
berkompoten dalam penelitian ini dan mengadakan observasi langsung di lapangan.
-
Tahap pelaporan yaitu :
melaporkan penelitian inidalam bentuk laporan praktek lapang
- Waktu Penelitian
Waktu penelitian direncanakan selama kurang lebih tiga
bulan yaitu bulan Mei sampai dengan Juli 2000
D. Teknik Analisis Data
- Analisis deskriptif
Jenis daa yang diporoleh baik data primer maupun data
sekunder diolah dan dianalisis dalam bentuk gambaran umum (deskrioptif
kualitatif).
- Analisis Kartografis
Pengumpulan
data dengan melakukan ploting peta dasar menghasilkan peta administratif
Kecamata Tempa, peta lokasi penelitian, peta kemiringan lereng, peta tataguna
lahan, peta daerah genangan banjir wilayah kawasn Danau Tempe.
No comments:
Post a Comment