BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia
pada umumnya harus mempunyai alat bantu dalam melakukan observasi atau dalam
mempelajari berbagai fenomena yang berkaitan dengan kehidupan manusia.
Kartografi adalah seni, ilmu
pengetahuan dan teknologi tentang pembuatan peta-peta sekaligus mencangkup
studinya sebagai dokumen-dokumen ilmiah dan hasil karya seni (ICA,1973).
Kartografi merupakan sebuah teknik pembuatan peta yang secara mendasar
berhubungan dengan memperkecil keruangan pada suatu daerah yang luas di
permukaan bumi atau benda luar angkasa yang di sajikan dalam bentuk yang mudah
di fahami sehingga dapat di gunakan untuk kepentingan komunikasi bagi khalayak
ramai.
Peta
adalah representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi. Ilmu
yang mempelajari pembuatan peta disebut kartografi (suatu teknik yang secara
mendasar dihubungkan dengan kegiatan memperkecil keruangan suatu daerah yang
luas sebagian suatu bentuk yang dapat mudah diobservasi, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan komunikasi.
Peta
merupakan gambaran wilayah geografis, biasanya bagian permukaan bumi baik laut
maupun darat. Secara umum, peta adaalah penggambaran dua dimensi (pada bidang
datar) keseluruhan atau sebagian dari permukaan bumi
yang diproyeksikan dengan perbandingan /skala tertentu
dan dilengkapi dengan simbol-simbol.
Secara
umum peta berfungsi untuk menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat
dipermukaan bumi, memperlihatkan ukuran (luas,jarak)dan arah suatu tempat
dipermukaan bumi.
B.
Tujuan Praktikum Lapang
1.
Tujuan Umum
A. Melatih Mahasiswa dalam menggunakan alat optic atau
Non optik dalam membuat peta dengan pengukuran lapang yang di lakukan
B. Melatih mahasiswa menggunakan alat Thedolid, kompas
geologi,dan Rol meter dalam pengukuran lapang
C. Melatih keterampilan mahasiswa dalam membuat peta
secara manual
2. Tujuan Khusus
a. Terampil menggunakan Thedolid, Kompas dan Rol meter
b. Terampil membuat peta secara manual dari hasil
pengukuran lapang
c. Untuk menyelesaikan Praktikum Matakuliah kartografi
d.
Terampil menggunakan alat ukur lapang
(theodolit) guna mengambil data untuk pembuatan peta.
e.
Dapat mengolah data hasil pengukuran lapang.
f.
Terampil menggambar peta dasar dan peta tata
guna lahan dari hasil pengukuran theodolit, kompas, rol meter dan plooting.
3. Lokasi Praktikum
Sesuai tempat
yang telah di siapkan oleh panetia pelaksanaan praktikum kartografi di
laksanakan di Lingkungan PANAIKANG Kelurahan BONTOLERU Kecamatan Tinggi Moncong
Kabupaten GOWA .
C.
Waktu Pelaksanaan
Praktikum Kartografi
di laksanakan pada tanggal 13-14 April 2013 hari sabtu – minggu
D.
Jadwal
Kegiatan
Selama
praktikum kami melakukan beberapa kegiatan yaitu sebagai berikut:
NO
|
Hari/Tanggal
|
Waktu
|
Kegiatan
|
1
|
Sabtu/13 Apr 2013
|
09.00 WITA
14.22 WITA
15.00 WITA
15.14 WITA
17.00 WITA
17.30 WITA
18.00WITA
|
Berangkat
kelokasi praktikum
Sampai
ditempat tujuan
Shalat
Dzuhur dan istrahat
Bersiap
melakukan penelitian
Selesai
melaukan pengukuran dan kembali ke base camp
Istrahat
Dan shalat ashar dan bersiap untuk shalat magrib
Mulai
menggambar peta menggunakan data hasil pengukuran sampai selesai.
Proses
pemeriksaan peta
|
3.
|
Minggu/14 Apr 2013
|
05.00 WITA
06.00 WITA
08.00 WITA
09.00 WITA
10.00 WITA
14.00 WITA
|
Shalat
subuh
Jalan-
jalan
sarapan
Istirahatdan
menunggu kedatangan mobil
Bersiap
kembali ke Makassar
Tiba
di Makassar dengan selamat
|
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengenalan
Bagian-bagian Alat
1. Theodolit
Theodolit adalah
salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut
mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut
mendatar saja.
Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang
berhubungan dengan ukur tanah, theodolit sering digunakan dalam bentuk
pengukuran polygon, pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari.
Dengan adanya teropong pada theodolit,
maka theodolit dapat dibidikkan kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan
gedung, theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada
perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolit juga dapat digunakan untuk menguker
ketinggian suatu bangunan bertingkat.
1. Bagian
– Bagian Dari Theodolit
Secara umum, konstruksi theodolit
terbagi atas dua bagian :
a. Bagian
atas, terdiri dari :
·
Sekrup pengunci sudut vertical
·
Sekrup pengatur menit dan detik
·
Sekrup pengatur sudut horizontal dan vertikal
·
Nivo tabung
·
Sekrup Okuler dan Objektif
·
Sekrup Gerak Vertikal
·
Sekrup gerak horizontal
·
Teropong bacaan sudut vertical dan horizontal
·
Nivo kotak
·
Sekrup pengunci teropong
·
Teropong / Teleskope
b. Bagian
Bawah terdiri dari :
·
Unting – unting
·
Statif / Trifoot
·
Tiga sekrup penyetel nivo kotak
·
Sekrup pengunci pesawat dengan statif
2. Macam
/ Jenis Theodolit
Macam Theodolit berdasarkan
konstruksinya, dikenal dua macam yaitu:
A. Theodolite
Repitisi
Konsruksinya
kebalikan dari theodolit reiterasi, yaitu bahwa lingkaran mendatarnya dapt
diatur dan dapt mengelilingi sumbu tegak.Akibatnya dari konstuksi ini, maka
bacaan lingkaran skala mendatar 0º, dapat ditentukan kearah bdikan / target
myang dikehendaki. Theodolit yang termasuk ke dakm jenis ini adalah theodolit
type TM 6 dan TL 60-DP (Sokkisha ), TL 6-DE (Topcon), Th-51 (Zeiss)
1) Macam
Theodolit menurut sistem bacaannya:
·
Theodolite sistem baca dengan Indexs Garis
·
Theodolite sistem baca dengan Nonius
·
Theodolite sistem baca dengan Micrometer
·
Theodolite sistem baca dengan Koinsidensi
·
Theodolite sistem baca dengan Digital
2) Theodolit
menurut skala ketelitian
·
heodolit Presisi (Type T3/ Wild.
·
Theodolit Satu Sekon (Type T2 / Wild)
·
Theodolit Spuluh Sekon (Type TM-10C /
Sokkisha)
·
Theodolit Satu Menit (Type T0 / Wild)
·
Theodolit Sepuluh Menit ( Type DK-1 / Kern)
B. Theodolit
Reiterasi ( Theodolit sumbu tunggal )
Dalam
theodolit ini, lingkaran skala mendatar menjadi satu dengan kiap, sehingga
bacaan skala mendatarnya tidak bisa di atur.Theodolit yang di maksud adalah
theodolit type T0 (wild) dan type DKM-2A (Kem).
Persyaratan Operasi Theodolit
·
Sumbu ı harus tegak lurus dengan sumbu ıı
(dengan menyetel nivo tabung dan nivo kotaknya).
·
Garis bidik harus tegak lurus dengan sumbu
ıı.
·
Garis jurusan nivo skala tegak, harus sejajar
dengan indeks skala tegak.
·
Garis jurusan nivo skala mendatar, harus
tegak lurus dengan sumbu ıı.
Cara-cara penyetelan theodolit:
Dirikan
statif sesui dengan prosedur yang ditentukan.
Pasang
pesawat diatas kepala statif dengan mengikatkan landasan peawat dan sekrup
pengunci di kepala statif.
Stel
nivo kotak dengan cara:
·
Putarlah sekrup A,B secara bersama-sama
hingga gelembung nivo bergeser kearah garis sekrup C. (lihat gambar a)
·
Putarlah sekrup c ke kiri atau ke kanan
hingga gelembung nivo bergeser ketengah (lihat gambar b)
·
O9ii8
·
Gfd2 Setel
nivo tabung dengan sekrup penyetel nivo tabung.
Pembacaan
Sudut pada Theodolite Fennel Kassel (FK)
Theodolit
adalah alat yang dirancang untuk pengukuran sudut dan jarak.
Saat ini theodolit telah berkembang sedemikian rupa, sehingga banyak sekali
tipe dari alat ini,dari yang lama sampai yang baru. Untuk tipe lama, salah
satunya adalah theodolit Fennel Kassel (FK). FK masih dibagi 2,
yaitu FK besar dan FK kecil.
Setelah belajar
hampir selama 1 semester ini, saya telah belajar banyak hal mengenai theodolit
FK. Salah satunya adalah pembacaan sudut. Di dalam theodolit FK terdapat bacaan
sudut vertikal dan horisontal. Seperti yang telah dijelaskan di atas, ada 2 FK,
besar dan kecil. Masing-masing mempunyai cara pembacaan sudut, karena pada
dasarnya cara pembacaan FK besar dan kecil berbeda. Apa bedanya?
Sebelum masuk ke dalam pembahasan mengenai
cara pembacaan sudut pada theodolit FK, kita cari tau apa bagian dari FK yang
mendukung pembacaan sudut. Ini dia:
Bagian bagiannya adalah :
1. Visir
2. Teropong
3. Srup
Pengunci Gerak
Vertial
4. Srup
Okuler
5. Kaca
Penerang
6. Teropong
Pembaca
Sudut
7. Skrup
Obyektif
8. Skrup
Gerak Halus
Vertical
9. Nivo
Tabung
10. Skrup
Mikrometer
11. Centering
Optis
12. Skrup
Gerak Halus Horizontal Atas
13. Skrup
Gerak Halus Pengunci Atas
14. Skrup
Pengunci Gerak Halus Hz Bawah
15. Skrup
Gerak Halus Horizontal Bawah
16. Lensa
Penerang
17. Nivo
Kotak
18. Tribach
19. Skrup
Penyetel
20. Statif
2.
Mistar Bug
Bentuk rambu mirip
dengan mistar kayu yang besar, dilengkapi dengan skala pembacaan tiap satu
sentimeter dan skala besarnya merupakan huruf E. Panjang rambu adalah tiga
meter. Bahan rambu ada yang dari kayu maupun alumunium. Rambu berguna untuk
membantu theodolit dalam menentukan
jarak secara optis. Hal yang perlu diperhatikan adalah dalam memegang rambu
harus tegak lurus terhadap titik yang ditinjau.
Gambar 3. Mistar Bug
3. Kompas
Kompas Geologi
Kompas Geologi, yang tidak hanya sebagai alat penunjuk arah saja tetapi
juga dapat digunakan untuk mengukur kemiringan lereng atau batuan, mengukur
ketinggian suatu unsur geologi dengan cara mencari sudut elevasinya, mengukur
kedudukan struktur.
Bagian-bagian kompas geologi
1.
Jarum kompas/magnet, kedua ujung dari jarum kompas
selalu menunjuk ke arah kutub utara dan kutup selatan magnetic bumi.
2.
Lingkaran pembagian derajat, pembagian derajat yang
dikenal ada dua yaitu kompas azimuth dan kompas kwardan.
3.
Klinometer, merupakan rangkaian alat yang gunanya
untuk mengukur besarnya kemiringan bidang.
4.
Pengukur horizontal, ada dua berupa sebuah nivo bulat
dan tabung yang bergandengan dengan klinometer berisi air dengan satu
gelembung.
5.
Pengatur Arah
Bagian
penyusun inti
1.
Adjusting screw, berupa skrup sebagai penggerak
lingkaran pembagian derajat.
2.
Axial line, Merupakan garis sumbu penyearah objek.
3.
Bull’s eye level (mata sapi), nivo bulat pengukur
horizontal kompas.
4.
Klinometer level, sama seperti mata sapi namun
bentuknya berupa tabung.
5.
Kompas needle, merupakan jarum kompas penunjuk arah
utara selatan kutub magnet bumi.
B. Fungsi
Bagian-bagian Alat
1) Theodolit
Keterangan gambar:
1. Visir
2. Teropong
3. Srup
Pengunci Gerak
Vertial
4. Srup
Okuler
5. Kaca
Penerang
6. Teropong
Pembaca
Sudut
7. Skrup
Obyektif
8. Skrup
Gerak Halus
Vertical
9. Nivo
Tabung
10. Skrup
Mikrometer
11. Centering
Optis
12. Skrup
Gerak Halus Horizontal Atas
13. Skrup
Gerak Halus Pengunci Atas
14. Skrup
Pengunci Gerak Halus Hz Bawah
15. Skrup
Gerak Halus Horizontal Bawah
16. Lensa
Penerang
17. Nivo
Kotak
18. Tribach
19. Skrup
Penyetel
20. Statif
Fungsinya
:
1. Nivo kotak, untuk menyeimbangkan kedudukan theodolit
2. Klem pengunci, untuk mengunci theodolit agar tidak bergerak
3. Penggerak halus, untuk menempatkan tanda (+) tepat pada tiang skala
4. Tempat battery, tempat meletakkan battery
5. Klem pengunci
lingkaran horisontal, untuk mengunci lensa
6. Penggerak halus
lingkaran horisontal, memperjelas tampilan
pada tiang skala
7. Klem pengatur nivo
tabung, untuk mengatur nivo tabung
8. Handle / pembawa, tempat melekatnya theodolit
9. Lensa okuler, sebagai tempat pengamatan
10. Klem pengatur fokus
benang, untuk mengatur ketepatan tanda (+)
pada tiang skala
11. Tombol ON / OFF, untuk mengaktifkan dan menonaktifkan theodolit
12. Nivo tabung, untuk mengatur keseimbangan theodolit
13. Display, untuk mengunci letak titik koordinat
14. Keyboard ( papan tombol ), sebagai tempat melekatnya tombol
15. Plat dasar, tempat dudukan theodolite
2) Mistar
Bug
Untuk
mengukur tinggi Thedolid dan sebagai alat untuk menentukan jarak dari arah yang
di amati
3) Kompas
Kompas Geologi
Kompas Geologi,
yang tidak hanya sebagai alat penunjuk arah saja tetapi juga dapat digunakan
untuk mengukur kemiringan lereng atau batuan, mengukur ketinggian suatu unsur
geologi dengan cara mencari sudut elevasinya, mengukur kedudukan struktur.
Bagian-bagian kompas geologi
1. Jarum
kompas/magnet, kedua ujung dari jarum kompas selalu menunjuk ke arah kutub
utara dan kutup selatan magnetic bumi.
2. Lingkaran
pembagian derajat, pembagian derajat yang dikenal ada dua yaitu kompas azimuth
dan kompas kwardan.
3. Klinometer,
merupakan rangkaian alat yang gunanya untuk mengukur besarnya kemiringan
bidang.
4. Pengukur
horizontal, ada dua berupa sebuah nivo bulat dan tabung yang bergandengan
dengan klinometer berisi air dengan satu gelembung.
5. Pengatur Arah
Bagian
penyusun inti
a.
Adjusting screw, berupa skrup sebagai penggerak
lingkaran pembagian derajat.
b.
Axial line, Merupakan garis sumbu penyearah objek.
c.
Bull’s eye level (mata sapi), nivo bulat pengukur
horizontal kompas.
d.
Klinometer level, sama seperti mata sapi namun
bentuknya berupa tabung.
e.
Kompas needle, merupakan jarum kompas penunjuk arah utara
selatan kutub magnet bumi.
C.
Tata
cara penggunaan Alat
a.
Menggunakan
Theodolit
Cara
Pengoperasian / Penggunaan Theodolite
1)
PenyiapanAlat Theodolit
Cara
kerja penyiapan alat theodolita antara lain:
a. Kendurkan
sekrup pengunci perpanjangan
b. Tinggikan
setinggi dada
c.
Kencangkan sekrup pengunci perpanjangana
d. Buat
kaki statif berbentuk segitiga sama sisi
e. Kuatkan
(injak) pedal kaki statif
f.
Atur kembali ketinggian statif sehingga
tribar plat mendatar
g. Letakkan
theodolite di tribar plat
h. Kencangkan
sekrup pengunci centering ke theodolite
i.
Atur (levelkan) nivo kotak sehingga sumbu
kesatu benar-benar tegak / vertical dengan menggerakkan secara beraturan sekrup
pendatar / kiap di tiga sisi alat ukur tersebut.
j.
Atur (levelkan) nivo tabung sehingga sumbu
kedua benar-benar mendatar dengan menggerakkan secara beraturan sekrup pendatar
/ kiap di tiga sisi alat ukur tersebut.
k.
Posisikan theodolite dengan mengendurkan
sekrup pengunci centering kemudian geser kekiri atau kekanan sehingga tepat
pada tengah-tengah titi ikat (BM), dilihat dari centering optic.
l.
Lakukan pengujian kedudukan garis bidik
dengan bantuan tanda T pada dinding.
m. Periksa
kembali ketepatan nilai index pada system skala lingkaran dengan melakukan
pembacaan sudut biasa dan sudut luar biasa untuk mengetahui nilai kesalaha
index tersebut.
b. Menggunakan
Rambu
Cara
menggunkan Rambu yaitu
a.
Letakan
rambu pada daerah yang mudah di bidik
b.
Pastikan
rambu berdiri tegak lurus
c.
Bacalah
skala yang ada pada rambua jika kita menbidiknya dengan theodolit
c. Menggunakan
Kompas
a) Peganglah kompas dengan tangan kanan dan cermin berada
pada badan pengamat.
b) Posisikan kompas horizontal di atas boardfiel atau alas
yang permukaannya datar.
c) Perhatikan nifo kotak (gelembung kecil yang terdapat pada
lingkaran bagian atas kompas).
d) Cari posisi kompas hingga nifo tersebut masuk ke dalam
lingkaran kecil di dalam lingkaran bagian atas kompas.
e) Setelah nifo berada pada posisi yang tepat (di tengah
lingkaran), baca pengkuruan strike pada kompas.
BAB III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Tabel : data
hasil pengukuran
Data Kelompok 1, 2 dan 3 Besar
Titik
|
Tinggi
(cm)
|
BA
|
BB
|
Jarak
|
Azimuth
(HA)
|
Back
Azimuth
|
Kemiringan
|
VA
|
|
Sebenarnya
(m)
|
Peta
(cm)
|
||||||||
0-1
|
|
154
|
128
|
26
|
1.3
|
88o42’53”
|
268o42’53”
|
72o22’45”
|
18o
|
1-2
|
|
156
|
126
|
30
|
1.5
|
97o25’37”
|
277o25’34”
|
97o29’05”
|
7o
|
2-3
|
|
153
|
123
|
30
|
1.5
|
92o26’20”
|
272o26’20”
|
89o54’44”
|
1o
|
3-4
|
|
152
|
126
|
26
|
1.3
|
99o57’47”
|
279o57’47”
|
93o35’44”
|
3o
|
4-5
|
|
148
|
141
|
7
|
0.35
|
59o11’07”
|
239o11’07”
|
87o06’19”
|
3o
|
5-6
|
|
163
|
133
|
30
|
1.5
|
80o13’52”
|
|
90o09’05”
|
0o
|
6-7
|
|
149
|
155
|
14
|
0.7
|
80o36’23”
|
260o36’23”
|
88o38’32”
|
-2o
|
7-8
|
|
158
|
126
|
32
|
1.6
|
79o50’30”
|
|
99o52’25”
|
-9o
|
8-9
|
|
156
|
130
|
26
|
1.3
|
77o10’08”
|
257o10’08”
|
82o10’35”
|
-8o
|
9-10
|
|
157
|
129
|
28
|
1.4
|
89o52’14”
|
|
97o53’42”
|
-7o
|
10-11
|
|
138
|
128
|
10
|
0.5
|
63o36’22”
|
543o36’22”
|
88o02’44”
|
-2o
|
11-12
|
|
147
|
117
|
30
|
1.5
|
48o03’58”
|
|
99o59’17”
|
-9o
|
12-13
|
|
148
|
124
|
24
|
1.2
|
43o21’05”
|
223o21’05”
|
83o46’03”
|
-7o
|
13-14
|
|
169
|
119
|
50
|
2.5
|
34o03’11”
|
|
99o33’23”
|
-9o
|
14-15
|
|
138
|
127
|
11
|
0.55
|
78o34’02”
|
258o34’02”
|
82o42’44”
|
-8o
|
15-16
|
|
142
|
125
|
17
|
0.85
|
73o31’34”
|
|
101o39’16”
|
-11o
|
16-17
|
|
151
|
131
|
20
|
1
|
49o46’45”
|
229o46’45”
|
93o35’01”
|
3o
|
17-18
|
|
151
|
127
|
30
|
1.5
|
17o15’32”
|
|
91o40’20”
|
-1o
|
Titik
|
Tinggi
(cm)
|
BA
|
BB
|
Jarak
|
Azimuth
(HA)
|
Back
Azimuth
|
Kemiringan
|
VA
|
|
Sebenarnya
(m)
|
Peta
(cm)
|
||||||||
0-1
|
148
|
168
|
126
|
42
|
2.1
|
101o53’53”
|
281o53’53”
|
76o05’22”
|
14o
|
1-2
|
130
|
145
|
115
|
30
|
1.5
|
100o56’09”
|
280o56’09”
|
78o22’42”
|
12o
|
2-3
|
134
|
151
|
117
|
34
|
1.7
|
109o55’41”
|
289o55’41”
|
84o00’21”
|
6o
|
3-4
|
136
|
148
|
124
|
24
|
1.2
|
124o01’38”
|
304o01’38”
|
94o13’26”
|
4o
|
4-5
|
136
|
163
|
113
|
50
|
2.5
|
104o31’20”
|
284o31’20”
|
80o53’23”
|
10o
|
5-6
|
151
|
163
|
140
|
23
|
1.15
|
113o22’58”
|
293o22’58”
|
98o22’58”
|
8o
|
6-7
|
151
|
178
|
125
|
53
|
2.65
|
72o48’40”
|
252o48’40”
|
83o39’42”
|
7o
|
7-8
|
145
|
149
|
140
|
9
|
0.45
|
188o40’04”
|
08o40’04”
|
92o10’13”
|
2o
|
8-9
|
145
|
155
|
135
|
20
|
1
|
174o08’35”
|
354o08’35”
|
87o39’40”
|
3o
|
9-10
|
139
|
150
|
127
|
23
|
1.15
|
50o23’28”
|
230o23’28”
|
88o49’44”
|
2o
|
10-11
|
139
|
146
|
132
|
14
|
0.7
|
121o34’25”
|
301o34’25”
|
75o13’03”
|
15o
|
11-12
|
138
|
150
|
126
|
24
|
1.2
|
54o23’14”
|
234o23’14”
|
103o23’57”
|
13o
|
12-13
|
138
|
153
|
121
|
32
|
1.6
|
69o48’21”
|
249o48’21”
|
80o18’34”
|
10o
|
13-14
|
135
|
142
|
129
|
13
|
0.65
|
81o22’19”
|
261o22’19”
|
98o46’21”
|
8o
|
14-15
|
135
|
153
|
116
|
37
|
1.85
|
98o27’09”
|
278o27’09”
|
88o49’16”
|
2o
|
15-16
|
137
|
147
|
127
|
20
|
1
|
83o31’43”
|
263o31’43”
|
91o27’43”
|
1o
|
16-17
|
137
|
155
|
118
|
37
|
1.85
|
115o13’06”
|
295o13’06”
|
86o50’34”
|
4o
|
Titik
|
Tinggi
(cm)
|
BA
|
BB
|
Jarak
|
Azimuth
(HA)
|
Back
Azimuth
|
Kemiringan
|
VA
|
|
Sebenarnya
(m)
|
Peta
(cm)
|
||||||||
0-1
|
147
|
155
|
139
|
16
|
0.8
|
234o06’38”
|
54o06’38”
|
98o01’56”
|
-8o
|
1-2
|
148
|
161
|
135
|
26
|
1.3
|
249o46’47”
|
69o46’47”
|
103o14’10”
|
-13o
|
2-3
|
154
|
169
|
139
|
30
|
1.5
|
261o18’04”
|
81o18’04”
|
103o40’27”
|
-13o
|
3-4
|
153
|
166
|
141
|
25
|
1.25
|
268o40’30”
|
88o40’30”
|
101o12’23”
|
-11o
|
4-5
|
144
|
157
|
132
|
25
|
1.25
|
279o51’47”
|
99o51’47”
|
80o12’28”
|
-10o
|
5-6
|
144
|
153
|
135
|
18
|
0.9
|
278o48’38”
|
98o48’38”
|
97o16’48”
|
-7o
|
6-7
|
143
|
158
|
129
|
29
|
1.45
|
274o16’48”
|
94o16’48”
|
82o39’09”
|
-8o
|
7-8
|
143
|
157
|
129
|
28
|
1.4
|
270o45’38”
|
90o45’38”
|
101o27’04”
|
-11o
|
8-9
|
143
|
165
|
121
|
44
|
2.2
|
265o10’23”
|
85o10’23”
|
81o10’01”
|
-9o
|
9-10
|
143
|
167
|
119
|
48
|
2.4
|
254o00’22”
|
74o00’22”
|
97o57’40”
|
-7o
|
10-11
|
144
|
168
|
120
|
48
|
2.4
|
256o38’37”
|
76o38’37”
|
83o59’49”
|
-7o
|
11-12
|
144
|
160
|
128
|
32
|
1.6
|
263o13’31”
|
85o13’31”
|
93o22’39”
|
-3o
|
12-13
|
143
|
166
|
121
|
45
|
2.25
|
0o40’32”
|
180o40’32”
|
90o43’27”
|
0o
|
13-14
|
142
|
165
|
121
|
44
|
2.2
|
01o54’10”
|
181o54’10”
|
94o14’39”
|
-4o
|
14-15
|
142
|
153
|
131
|
22
|
1.1
|
344o31’01”
|
164o31’01”
|
77o33’47”
|
13o
|
15-16
|
145
|
158
|
152
|
26
|
1.3
|
359o06’26”
|
174o06’26”
|
85o46’51”
|
7o
|
B. Pembahasan
Panaikang adalah daerah
yang berada di daerah pegunungan yang ada di daerah sekitar malino. Pada saat
melakukan praktikum kami di bagi menjadi 3 kelompok besar di daerah yang di
jadikan praktek antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya.
Kelompok satu melakukan pengukuran di daerah yang morfologinya naik dan turun,
dan kelompok 2 di daerah yang morfologinya naik atau tanjakan sedangakan
kelompok 3 di daerah yang morfologinya di daerah turunan dan setiap lokosi itu
memiliki kemiringan yang berbeda-beda.
Daerah ini merupakan daerah ekstrim baik dari segi
ketinggian maupun cuacanya. Daerah ini juga belum banyak tersentuh oleh era
modern karna disana masih sulit untuk mendapatkan signal Handphone. Yang paling
mendominasi di daerah panaikang adalah suku Bugis dan agamanya 100% Islam.
Di Panaikang terdapat gunung – gunung dan juga kita
bisa melihat hamparan sawah dan disana masih terdapat sisah – sisah longsor
yang terjadi akibat gunung Bawakaraeng.
Dalam pembuatan
peta arah jalan dan peta kemiringan secara manual kami menggunakan kertas
grafik, pinsil, penggaris, busur dan data dari 3 kelompok yang telah kami tulis
di dalam kertas kolom. Ada dua peta yang akan dibuat yaitu peta kemiringan
lereng dan peta arah jalan. Saat pembuatan peta arah jalan data yang digunakan pengukuran
jarak yang sebenarnya (jarak lapangan ). Dan di bagi dengan skalanya skala 1:
1500 dengan rumus.
Hasil dari
perhitungan diatas adalah skala yang di pakai saat pembuatan peta. Saat kembali
ke Makassar kami membuat peta yang sama tapi dengan skala yang berbeda yaitu
dengan skala 1: 2000 untuk dilampirkan dilaporan. Pembuatan peta secara manual
membutuhkan ketelitian yang tinggi untuk mendapatkan hasil yang benar-benar
akurat.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil praktikum yang telahdilakukan dapat
dimpulkan bahwa :
·
Dalam
melakukan pengukuran diperlukan ketelitian tinggi.
·
Saat
melakukan pengukuran digunakan alat seperti Thedolid, kompas, dan mistar bug
·
Kita
harus bisa membaca petunjuk – petunjuk yang ada di thedolid
·
Kemiringan
di setiap lokasi berbeda – beda antara lokasi satu dengan yang lainnya
·
Dalam
proses pembuatan peta diperlikanketelitian agar hasilnya benar.
B.
Saran
·
Saran untuk pembibing
Saya berharap agar pemberian materinya ditingkatkan
terus untuk semua pembelajaran baik saat praktikum maupun saat teori.
·
Saran untuk Asisten
Saya harap asisten sedikit membantu dalam penggambaran
peta dan membimbing mahasiswa yang belum terampil dalam menggambar peta
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2013. kartografi
http://earth.wordpress.com/2012/05/16/pengertian-kartografi/ Di akses pada tanggal 20 mei 2013
Anonim 2013.cara penggunaan theodolite dan pengertiannya..http://aimron90yahoo.blogspot.com/ Di akses pada tanggal 20 Mei 2013
Anonim 2013. Pengertian kompas dan
gambar dan cara penggunaanya https://www.google.com/search?q=Gambar+kompas+dan+keterangannya&aq=f& Di akses pada tanggal 20 Mei 2013.
LAMPIRAN
No comments:
Post a Comment